FOMO vs JOMO: Tantangan Fresh Graduate Menuju Kesuksesan

FOMO vs JOMO:  Tantangan Fresh Graduate  Menuju Kesuksesan
info gambar utama

Era yang terus berubah memberikan tantangan tersendiri untuk Fresh Graduate yang akan memasuki dunia kerja. Tantangan mental seringkali muncul untuk mencapai standar kesuksesan yang ditentukan oleh harapan dan ekspektasi lingkungan terutama setelah lulus dari Perguruan Tinggi.

Terkadang harapan ini menjadi suatu tekanan dan menimbulkan perilaku takut ketinggalan atau saat ini biasa kita sebut FOMO.

FOMO atau Fear of Missing Out seringkali diikuti oleh kecemasan dan kekhawatiran akan kehilangan momen penting, kebahagiaan, atau pengalaman yang dianggap penting oleh orang lain. Dilansir melalui ciputramedicalcenter.com menjelaskan bahwa secara bahasa FOMO diartikan sebagai perasaan khawatir secara terus menerus yang menggambarkan rasa takut ketinggalan sesuatu seperti informasi, berita terbaru, tren, dan bahkan pencapaian karir.

Penggunaan media sosial yang menunjukkan aktivitas seseorang yang menyenangkan seperti perjalanan dinas, aktivitas saat mengikuti internship, aktivitas kantor, dan acara sosial lainnya dapat menjadi trigger serta memunculkan perasaan FOMO bagi Fresh Graduate yang berada dalam masa tunggu kerja.

Baca juga: Mengapa Kita Takut Ketinggalan? FOMO dengan Gejala dan Dampak yang Tersembunyi

Penyebab FOMO

Tekanan untuk membangun jaringan sosial, mencapai kesuksesan secepat mungkin, dan menyesuaikan diri dengan tren terbaru di dunia pekerjaan dapat menjadi pemicu utama FOMO. Bagi fresh graduate, penyebab FOMO (Fear of Missing Out) dapat muncul dari berbagai konteks dan situasi yang khas pada fase awal karier. Beberapa penyebab yang mungkin memicu FOMO pada fresh graduate antara lain:

  • Tekanan Pekerjaan Ideal

Fresh graduate mendapatkan tekanan untuk segera mencapai karir yang dianggap "ideal" oleh masyarakat atau lingkungan sekitar. Ketidakpastian akan masa depan mengenai pekerjaan dan keinginan untuk segera meraih sukses dapat menjadi pemicu FOMO.

  • Perbandingan Sosial di Media Sosial

Paparan terus-menerus terhadap pencapaian dan aktivitas teman seangkatan di media sosial mampu memunculkan perbandingan sosial (comparison with friends). Melihat teman-teman yang terlibat dalam proyek menarik atau meraih pencapaian tertentu dapat meningkatkan perasaan ketinggalan.

  • Ketidakpastian Karier dan Pengambilan Keputusan

Fresh graduate seringkali menghadapi ketidakpastian dalam memilih jalur karir yang tepat. Rasa takut untuk memilih jalur yang salah atau kehilangan peluang berharga dapat memicu FOMO terkait keputusan karir.

  • Tren Industri dan Skill Baru

Seiring dengan perkembangan industri saat ini, ada Fresh Graduate memiliki kecenderungan untuk mengikuti tren terkini dan mengembangkan keterampilan baru. Hal ini memberikan tekanan baru bagi Fresh Graduate untuk terus mengikuti perkembangan ini agar tetap relevan di pasar kerja.

  • Pemahaman Konsep Kesuksesan

Fresh graduate seringkali menghadapi ekspektasi tentang apa yang dianggap sebagai kesuksesan dalam karier. Pemahaman ini dapat menciptakan kekhawatiran bahwa mereka mungkin melewatkan langkah-langkah kunci menuju kesuksesan.

Baca juga: Mindless Scrolling Jadi Alasan GenZ Gampang FOMO!

Dampak FOMO bagi Fresh Graduate

  • Meningkatnya Resiko Gangguan Psikologis

Fresh graduate yang terjebak dalam perasaan FOMO mungkin mengalami tekanan mental yang tinggi. Jika tidak diatasi dengan baik, FOMO dapat berkontribusi pada risiko masalah kesejahteraan emosional, seperti depresi atau kecemasan. Terus menerus merasa tertekan atau tidak mencukupi dapat merusak kestabilan emosional fresh graduate.

  • Kurangnya Ruang untuk Pertumbuhan Pribadi

FOMO dapat menurunkan rasa percaya diri bagi karena membandingkan diri dengan kehidupan orang lain. Selain itu, Fresh Graduate kurang memperhatikan kebutuhan pertumbuhan pribadi karena terlalu sibuk mengikuti jejak orang lain daripada mengeksplorasi minat dan keahlian mereka sendiri.

  • Gangguan Fokus dan Produktivitas

Fresh graduate mungkin kesulitan menetapkan prioritas dan fokus pada tujuan karir yang sebenarnya, karena pengaruh dari aktivitas orang lain.

Ubah FOMO Menjadi JOMO

Sebagai upaya untuk mengurangi dampak negatif, tren FOMO (Fear of Missing Out) kini berkembang menjadi JOMO (Joy of Missing Out.) Hal ini mencerminkan pergeseran budaya ketika individu lebih memilih menikmati ketenangan dan kebahagiaan dari me-time daripada terjebak dalam tekanan sosial dan informasi yang berlebihan. JOMO merupakan respon puas dan bahagia ketika seseorang mampu menghargai hidup diri sendiri tanpa melihat pencapaian orang lain.

Mengubah FOMO menjadi JOMO adalah hal yang positif terutama bagi Fresh Graduate untuk membentuk pandangan yang seimbang terhadap pengalaman hidup dan karir.

Selain itu, seseorang yang menikmati JOMO memiliki kecerdasan emosional yang baik, sehingga akan membuat perasaan lebih bebas dan fokus pada hal-hal yang bisa dinikmati saat ini. Berikut hal-hal yang dapat dilakukan untuk meninggalkan FOMO dan beralih ke JOMO, yang bisa Kawan lakukan:

  • Hargai Diri Sendiri

Menerima diri sendiri dan menghargai keunikan serta kemampuan yang dimiliki, dengan berhenti membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Karena setiap orang memiliki perjalanan waktu yang berbeda untuk mencapai tujuan masing-masing.

  • Fokus pada Pertumbuhan Pribadi

Alihkan perhatian dan tekanan yang ada dan fokus pada hal-hal yang berkaitan dengan pertumbuhan individu, melalui aktivitas-aktivitas (volunteer atau pelatihan) yang diminati sebagai bentuk upgrade skill dan meningkatkan kualitas diri. Serta perlu dipahami bahwa setiap pengalaman yang telah diikuti atau dilewatkan merupakan bagian dari pembelajaran.

Baca juga: Kenapa Manusia FOMO? Ini Kata Sains
  • Mengubah Persepsi

Mengontrol pikiran diri sendiri dan tidak memikirkan hal-hal yang tidak penting, atau detoksifikasi media sosial perlu dilakukan untuk merubah pemikiran menjadi lebih positif.

Dengan mengadopsi JOMO, Fresh Graduate dapat merayakan kebahagiaan dalam setiap pilihan yang mereka buat, baik itu terlibat dalam suatu kegiatan atau memilih untuk menikmati momen saat ini.

Selain menumbuhkan Joy of Missing Out, perilaku Subjektif Well-Being dapat dilakukan untuk menggiring penilaian diri seseorang untuk berperilaku positif terutama dalam penerimaan diri, hubungan dengan sesama manusia, penguasaan terhadap lingkungan, menentukan tujuan dalam hidup, serta dalam proses pertumbuhan pribadi.

Nah, Gimana Kawan GNFI? FOMO merupakan bayangan yang menghalangi langkah-langkah kita, dan harus diubah menjadi kekuatan positif untuk mendorong kita ke arah pertumbuhan dan pencapaian yang lebih besar. Sebagai fresh graduate, mari kita berkomitmen untuk mengubah setiap tantangan menjadi kesempatan, setiap ketidakpastian menjadi pelajaran berharga dan menjadi langkah menuju kesuksesan. Just keep swimming towards success!

Sumber referensi:

  • https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/JAWARA/article/view/15434
  • https://www.researchgate.net/publication/338862862_Dari_Fomo_ke_Jomo_Mengatasi_Rasa_Takut_akan_Kehilangan_Fomo_dan_Menumbuhkan_Resiliensi_terhadap_Ketergantungan_dari_Dunia_Digital#:~:text=PDF%20%7C%20FoMO%20atau%20Fear%20of%20missing,terhubung%20dengan%20informasi%20tentang%20apa%20yang%20sedang.
  • https://www.ciputramedicalcenter.com/apa-itu-sindrom-fomo/

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

WO
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini