MRT Jakarta dan Revolusi Paradigma Transportasi Publik di Indonesia

MRT Jakarta dan Revolusi Paradigma Transportasi Publik di Indonesia
info gambar utama

Isu transportasi publik di Jakarta telah menjadi salah satu program pemerintah daerah sejak tahun 1980-an. Ide untuk sebuah sistem transportasi masal, dalam hal ini Mass Rapid Transit System, di Jakarta telah telah dimunculkan pada tahun 1980an untuk menjawab kebutuhan akan sistem transportasi publik yang lebih efisien dan modern.

Selain itu, salah satu negara tetangga Indonesia, Singapura, telah mulai membangun sistem MRT pada tahun 1983 yang pertama kali beroperasi pada tahun 1987. Hal ini tentunya menjadi salah satu faktor pendorong pembangunan MRT di Jakarta.

Berbeda dengan Singapura, Pemerintah Daerah Jakarta membutuhkan waktu lebih dari 3 dekade untuk mewujudkan rencana pembangunan MRT tersebut. Hal ini disebabkan oleh banyak hal, antara lain faktor sosial-politik dan krisis moneter di Asia tahun 1997.

Ini membuat pelaksanaan proyek MRT yang saat itu sudah memasuki tahap feasibility studies menjadi berhenti. Baru pada tahun 2013, pemerintah daerah DKI Jakarta berhasil meluncurkan sistem MRT sebagai transportasi publik di bawah manajemen PT MRT Jakarta dengan relasi Lebak Bulus-Bundaran HI.

Hal tersebut mendapat animo positif dari masyarakat karena masyarakat sudah menantikan kehadiran MRT di Jakarta. Masyarakat dari berbagai kota pun ada yang berbondong-bondong datang untuk sekedar piknik di stasiun MRT. Walaupun banyak kritik negatif mengenai orang-orang yang piknik di stasiun MRT pada saat itu, fenomena ini dapat menggambarkan betapa masyarakat kita ada yang belum memahami etika dalam menggunakan transportasi publik. Dan inilah opini saya mengenai bagaimana kehadiran MRT Jakarta menjadi titik balik bagi revolusi paradigma mengenai transportasi publik di Indonesia.

Mengungkap Temuan Baru dari Tupai Tanah Berjumbai yang Misterius di Borneo

Revolusi paradigma ini meliputi banyak hal, termasuk awareness, perilaku pengguna transportasi publik, hingga pandangan masyarakat maupun pemerintah mengenai transportasi publik. Selama ini, baik pemerintah maupun masyarakat, terutama di Jakarta dan sekitarnya belum memandang penting mengenai pengadaan transportasi publik yang terintegrasi. Dengan adanya MRT Jakarta, pemerintah maupun masyarakat terdorong untuk memiliki transportasi publik yang terintegrasi karena telah merasakan manfaat yang nyata. Seeing is believing.

Kekuatan dari seeing is believing ini sangat kuat, terutama di masyarakat yang masih rendah dari segi kualitas SDM. Kesuksesan layanan MRT membawa efek tertentu yang tidak disangka-sangka pada ekosistem transportasi publik di Indonesia. Muncul kesadaran dari masyarakat maupun pemerintah akan pentingnya transportasi publik yang aman dan mumpuni.

Beberapa tahun setelah MRT Jakarta beroperasi, Pemerintah DKI Jakarta pun meresmikan LRT Jabodebek pada akhir 2023 yang menghubungkan Bekasi dan Cibubur dengan Jakarta. Hal ini tentunya menjadi suatu kemajuan yang sangat signifikan mengingat proyek LRT di Jakarta sudah diwacanakan sejak lama, tetapi belum terwujud karena adanya berbagai tantangan. Dengan berhasilnya MRT Jakarta beroperasi, maka hal tersebut menjadi pembelajaran bagi stakeholders yang menangani transportasi di Jakarta bahwa tantangan yang ada dapat diatasi.

Proyek LRT Jabodebek dimulai dengan rencana pembangunan proyek monorail yang menghubungkan Jakarta dengan kota penyangga pada tahun 2004. Namun, proyek tersebut gagal pada tahun 2008 dan tiang-tiang monorail yang sudah dibangun dibiarkan begitu saja. Akhirnya, proyek monorail dialihkan menjadi proyek LRT yang sekarang ini sudah diresmikan dan beroperasi.

Penyelesaian proyek LRT ini menuai banyak kritikan, mulai dari pengerjaan yang serampangan, spesifikasi kereta yang berbeda-beda, waktu uji coba yang terlalu terburu-buru dan diundur beberapa kali. Namun, keberadaan LRT tetap menjadi hal yang ditunggu-tunggu oleh banyak orang, terutama para pekerja yang bertempat tinggal di Bekasi dan Cibubur. Hal ini dikarenakan banyak pekerja di Jakarta yang sudah lelah dengan kemacetan dan keruwetan jalanan di ibukota.

Di samping berbagai keluhan mengenai operasional LRT Jabodebek yang masih sering bermasalah, dengan adanya pemberitaan media yang luas, ternyata mendorong berbagai daerah di Indonesia untuk mulai membangun transportasi publik yang aman dan nyaman bagi warganya.

Beberapa daerah yang mulai memperhatikan transportasi publik adalah Bali, Yogya, Semarang, dan Surabaya. Kota-kota tersebut umumnya sudah memiliki transportasi publik berupa BRT. Namun, dengan adanya pemberitaan media mengenai MRT dan LRT di Jakarta, pemerintah daerah setempat mulai lebih serius menggarap layanan mereka.

Temukan 2 Sumber Gas Raksasa, SKK Migas Percepat Proses Produksi

Pemberitaan media juga mempengaruhi paradigma masyarakat mengenai bagaimana transportasi publik yang layak dan mereka mulai menghendaki pemerintah setempat untuk menyelenggarakan layanan transportasi publik yang menjawab kebutuhan masyarakat.

Kesadaran inilah yang penting sekiranya Indonesia ingin mulai berbenah dalam membangun transportasi publik yang layak. Kita tidak akan pernah bisa mengandalkan pemerintah saja, tetapi juga harus bergerak menuntuk hak kita. Ini adalah revolusi yang mungkin dimulai oleh MRT Jakarta dan menyebar ke seluruh Indonesia karena seeing is believing.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DC
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini