Kegelisahan Eksistensial, Krisis Identitas dalam Borderline Personality Disorder

Kegelisahan Eksistensial, Krisis Identitas dalam Borderline Personality Disorder
info gambar utama

Kesehatan mental bukan hanya sebatas ketiadaan gangguan, melainkan mencakup sebuah keadaan di mana kondisi emosional, psikologis, dan sosial yang memungkinkan bagi individu untuk memiliki akal berpikir yang baik.

Kesehatan mental juga membantu menentukan cara kita menangani stress, berhubungan sosial dengan orang lain, dan membuat pilihan hidup yang sehat. Kesehatan mental merupakan hal penting di setiap tahap kehidupan, mulai dari masa kanak-kanak, remaja hingga dewasa. Maka dari itu pentingnya untuk mengetahui kondisi kesehatan mental baik diri kita sendiri maupun orang lain.

Dalam hidup manusia, terdapat sebuah perbincangan mendalam tentang eksistensialisme yang melibatkan pemahaman diri, arti hidup, dan makna keberadaan. Namun, bagaimana jika kita membawa perspektif ini ke dalam realitas seorang individu yang hidup dengan gangguan kepribadian ambang?

Dalam artikel ini, penulis akan mendalami krisis eksistensialisme yang dialami oleh para pengidap Borderline Personality Disorder (BPD) dan juga pandangan teori krisis eksistensialisme Jean Paul Sartre. Dengan ini, kita dapat mengetahui bagaimana perjalanan mereka mencari makna hidup dan merumuskan identitas dalam konteks gejala yang kompleks dan penuh tantangan.

Definisi Borderline Personality Disorder

Borderline Personality Disorder (BPD) atau gangguan kepribadian ambang merupakan sindrom kejiwaan yang mempengaruhi cara berpikir dan perasaan dalam diri sendiri dan orang lain, sehingga menyebabkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Hal ini mencakup disregulasi emosi, impulsif, mudah tersinggung, perasaan kosong, takut akan dikucilkan, kesulitan dalam mengelola emosi, perilaku diri yang tidak stabil, dan keinginan untuk melukai diri sendiri.

Orang dengan BPD memiliki ketakutan yang kuat akan dikucilkan serta mengalami kesulitan untuk menoleransi kondisi kesepian. Namun, BPD juga disertai dengan kemarahan tanpa alasan, perubahan suasana hati secara tiba-tiba (moodswing).

Belum diketahui data pasti pengidap BPD di indonesia. Akan tetapi, diperkirakan jumlahnya semakin tinggi seiring dengan naiknya jumlah kasus kekerasan yang semakin tinggi di beberapa tahun ini.

Menurut Institut Kesehatan Mental Nasional, BPD lebih umum terjadi dibandingkan gangguan Bipolar. Orang sering kesulitan akan membedakan antara BPD dengan gangguan kesehatan mental lainnya, seperti Obsessive-Compulsive Disorder (OCD),Social Anxiety Disorder (SAD) dan Bipolar.

Tradisi Ngopi Bersama Tamu dari Warga Using untuk Ikat Persaudaraan

Indikasi dan Faktor Penyebab Borderline Personality Disorder

BPD biasanya muncul ketika seseorang menginjak usia remaja dan akan semakin berkurang gejalanya seiring bertambahnya usia. Indikasi pengidap BPD menunjukkan perilaku seperti emosional tinggi, terlalu over dramatis, dan perilaku eratik atau tidak menentu. Meskipun penyebab BPD tidak sepenuhnya diketahui, kombinasi faktor genetik, trauma, lingkungan, dan kelainan otak diyakini dapat meningkatkan peluang seseorang terkena BPD.

Faktor Trauma

Pengalaman traumatis di masa kanak-kanak, seperti pelecehan, kekerasan, atau penelantaran, dapat meningkatkan risiko terkena gangguan kepribadian ambang (BPD). Selain itu, hubungan yang tidak harmonis dalam keluarga juga dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan kepribadian ambang

Faktor lingkungan

Faktor lingkungan yang negatif seringkali dianggap pemicu berkembangnya gangguan ini pada usia remaja. Misalnya, karena merasa tidak diterima di lingkungan pertemanan sekitarmu, mengalami pelecehan atau penyiksaan saat masih kecil, atau pernah diabaikan atau ditinggalkan oleh orang-orang terdekat seperti orang tua atau anggota keluarga.

Kelainan genetis

Gangguan kepribadian ini bisa diturunkan. Artinya, jika ada anggota keluarga Kawan yang mengidap gangguan kepribadian ambang, risiko terkena gangguan kepribadian ambang juga lebih tinggi.

Kelainan otak

Penderita BPD memiliki kelainan pada struktur dan fungsi otak, khususnya pada area otak, yaitu Amygdala yang berfungsi untuk mengontrol perilaku dan emosi. Orang dengan gangguan kepribadian ambang juga diyakini mempunyai kelainan pada fungsi kimiawi di otaknya yang berperan dalam mengatur emosi.

Krisis Eksistensialisme Pada Pengidap BPD

Setiap individu bisa mengalami krisis eksistensial dalam perjalanan hidupnya, dan hal ini tidak harus berarti bahwa mereka sedang atau akan mengalami kondisi atau gangguan kesehatan mental. Keraguan dalam makna hidup dapat muncul tanpa alasan yang jelas, tetapi sering kali terhubung dengan peristiwa lampau yang efeknya signifikan.

Kesehatan mental sendiri merupakan hal yang kompleks bagi pengidap BPD, Salah satu aspek yang kerap muncul dengan intensitas luar biasa adalah krisis eksistensial. Orang dengan Borderline Personality Disorder sering kali menderita perasaan terfragmentasi yang menyebabkan krisis identitas.

Masuki Musim Hujan, Mengapa Jamur Raksasa Tumbuh Subur di Wilayah Indonesia?

Krisis eksistensial menimbulkan pertanyaan tentang siapa mereka, apa tujuan mereka, dan makna dari pengalaman mereka, dalam fase tersebut ancaman bunuh diri berulang dapat terjadi, gerak tubuh, perilaku atau menyakiti diri sering terjadi pada pasien yang menderita BPD.

Bagi penderita BPD, melukai diri sendiri memberikan kelegaan dari keadaan suasana hati yang negatif, mengurangi tekanan, mendapatkan perawatan dari orang lain serta terapis, dan mengekspresikan emosi dengan cara simbolis.

Hubungan BPD dengan teori Eksistensialisme Jean Paul Sartre

Borderline Personality Disorder dapat dikaitkan dengan teori eksistensialisme Jean-Paul Sartre, terutama dalam konteks pemahaman kebebasan, tanggung jawab, dan ketakutan eksistensial. Sartre menekankan bahwa individu mempunyai kebebasan mutlak untuk mengambil keputusan dan menentukan arah hidupnya.

BPD sering dikaitkan dengan ketidakstabilan identitas, di mana individu mungkin mengalami krisis identitas. Dalam konteks eksistensialisme, Sartre berbicara tentang "kesendirian" dan kebebasan untuk menjadi apa yang kita pilih. Individu dengan BPD mungkin mengalami ketidakpastian dalam memahami siapa mereka dan mengarahkan hidup mereka.

Pemikiran Eksistensialisme Sartre berpendapat bahwa individu memiliki kebebasan mutlak untuk membuat pilihan dan menentukan arah hidup mereka sendiri. Namun, dalam kebebasan tersebut ada juga tanggung jawab penuh atas tindakan dan pilihan individu tersebut, menurut Sartre, ketidakpastian dan kecemasan eksitensial merupakan dasar dari kepribadian manusia, kebebasan dalam membuat pilihan membawa ketidakpastian dan manusia harus mengatasi hal tersebut untuk mengatasi kecemasan eksistensial terjadi.

Keterasingan dan kekosongan juga terjadi dimana kecemasan eksitensial dapat menyebabkan perasaan keterasingan dari diri sendiri maupun dari masyarakat, serta munculnya rasa kekosongan hidup yang tidak mudah untuk terisi kembali.

Vaksin Covid Masih Gratis untuk Kelompok Tertentu, Siapa Saja?

Sumber Referensi

  • https://psychcentral.com/lib/existential-crisis-and-dread#is-it-a-mental-health-condition
  • https://psychcentral.com/disorders/borderline-personality-disorder/living-with
  • https://jurnal.ugm.ac.id/jpsi/article/view/22748/24217
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6266914/

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

LR
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini