Berusia Lebih dari Seabad, Inilah Beberapa Bangunan Khas Eropa di Solo

Berusia Lebih dari Seabad, Inilah Beberapa Bangunan Khas Eropa di Solo
info gambar utama

Kota Solo atau dikenal juga dengan sebutan Surakarta, kota kecil padat penduduk dengan beragam keunikan yang menjadi daya tarik banyak orang. Kota Solo cukup banyak dikenal sebagai salah satu kota pengrajin batik, yang mana salah satu tempat terkenalnya adalah Kampung Batik Laweyan. Selain itu, ada juga kuliner khas Solo yang terkenal, yakni Serabi Notosuman.

Namun, selain dua ciri khas tadi, Kota Solo juga menyimpan kisah sejarah panjang yang menarik, loh. Bahkan, hingga kini, peninggalan berupa bangunannya masih bisa Kawan temui, jika berkunjung ke kota ini. Salah satu warisan sejarah yang menarik yaitu adanya kompleks atau area dengan arsitektur bangunan khas Eropa yang disebut dengan julukan “Kota Lamanya” Solo.

Bahkan, hingga saat ini, di kawasan tersebut, Kawan GNFI masih bisa menjumpai bangunan khas Eropa yang berdiri kokoh, walau sudah berumur lebih dari satu abad.

Kira-kira ada bangunan apa saja, ya? Berikut ini, beberapa bangunan khas Eropa di Kota Bengawan!

Strategi Maksimalkan Budi Daya Nila Srikandi Lewat Sistem RAS Berbasis IoT

1. Benteng Vastenburg

gerbang depan Benteng Vastenburg Solo
info gambar

Benteng Vastenburg merupakan satu-satunya benteng peninggalan Belanda di Solo, yang dibuat atas perintah Gubernur Jenderal Baron Van Imhoff pada tahun 1745. Benteng tersebut dibangun sebagai upaya pengawasan Belanda terhadap keraton, yang saat itu menjadi penguasa Surakarta.

Guide tour dari Soerakarta Walking Tour, Muhammad Aprianto, menyampaikan bahwa dulunya pada bagian dalam Benteng Vastenburg terdapat rumah para petinggi Belanda, dan sempat dihuni oleh 345 orang. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa kawasan Benteng Vastenburg mendapat julukan “Kota Lama atau Kota Pertama” di Solo. Namun sayangnya, saat ini bagian dalam benteng tersebut sudah kosong.

Pada masa awal kemerdekaan, Benteng Vastenburg juga sempat menjadi markas Tentara Nasional Indonesia (TNI), untuk mempertahankan kemerdekaan. Kini, benteng tersebut menjadi bangunan cagar budaya yang lebih sering digunakan untuk menggelar berbagai acara, seperti acara musik, festival, dan lainnya.

2. Gedung Djoeang 45

Tugu Laskar Putri yang terletak di halaman Gedung Djoeang
info gambar
Investasi di Batam Tembus Rp7 Triliun pada 2023, Terbanyak dari Singapura

Bangunan bergaya Eropa selanjutnya adalah Gedung Djoeang 45 yang dulunya (dalam Bahasa Indonesia) disebut panti jompo. Kemudian beralih fungsi menjadi asrama bagi anak-anak militer Belanda, di kisaran usia 6—12 tahun dengan jumlah 120 orang. Salah satu hal menarik dari gedung ini adalah struktur bangunannya nih, Kawan.

Di mana kita, masih bisa menjumpai bangunan dengan gaya arsitektuk khas Eropa, seperti contohnya daun pintu dan jendela yang dibuat tinggi-tinggi dengan tujuan agar sirkulasi udara lebih mudah. Selain itu, di halaman depan Gedung Djoeang 45, Kawan juga akan melihat adanya tugu yang disebut Tugu Laskar Putri.

Tugu Laskar Putri merupakan simbol bahwa dulu yang berjuang bukan hanya laki-laki, tetapi perempuan juga bisa berkontribusi besar.

3. Gedung Lama Bank Indonesia

Gedung lama BI di Solo
info gambar

Pada zaman kolonial Belanda, gedung lama Bank Indonesia di Solo yang memiliki arsitektur khas Eropa tersebut merupakan kantor De Javasche Bank (DJB) Agentschap Soerakarta. Kantor DJB ini, digunakan pemerintah Hindia Belanda untuk mencetak dan mengedarkan uang, guna menunjang perekonomian saat itu.

Gedung DJB yang didirikan tahun 1910 itu mempunyai peran cukup strategis untuk menghidupkan denyut perekonomian Solo kala itu. Meski demikian, bank sentral sudah ada dan mulai eksis di Solo, sejak tahun 1867.

Menurut Muhammad Aprianto atau yang kerap disapa Apri, hal unik dari berdirinya Bank Indonesia di Solo ini adalah pemilihan lokasinya. Di mana Pemerintah Hindia Belanda saat itu memang lebih banyak membangun kantor cabang DJB di daerah pesisir (dekat dengan wilayah laut), seperti di Batavia atau Jakarta, Semarang, dan Surabaya. Sedangkan Solo dulunya termasuk daerah pedalaman.

Lalu mengapa Pemerintah Hindia Belanda tertarik mendirikan di Solo?

Nah, jawabannya adalah karena adanya dua kerajaan di Solo ,yaitu Kasunanan dan Mangkunegaran yang pada saat itu memiliki perusahaan besar, di antaranya adalah pabrik gula Colomadu dan Tasikmadu.

Saat ini gedung lama Bank Indonesia sudah tidak beroperasi, karena semua kegiatannya sudah dipindahkan di gedung baru yang letaknya masih bersebelahan dengan gedung lama. Rencananya gedung lama tersebut akan dijadikan museum uang.

4. Bunker di Balai Kota Solo

Bunker di Balai Kota Solo
info gambar

Nah, Kawan, ini dia hidden gem di Balai Kota Solo, yaitu ditemukannya bunker peninggalan Belanda! Bunker tersebut pertama kali ditemukan pada tahun 2012, di mana pada saat itu rencananya akan dibuat pelebaran untuk kantor Dinas Pendudukan dan Catatan Sipil di balai kota.

Biara Santa Maria Ursulin: Cerita Kebangkitan Kaum Hawa Kaum Kristiani

Menurut Apri, berdasarkan informasi yang didapatkan dari para sejarawan, bunker tersebut dibangun sekitar tahun 1942, sebelum Jepang datang. Bunker yang ada di balai kota itu termasuk jenis bunker dormitory. Namun, sayangnya belum banyak informasi terkait bunker tersebut, karena baru satu kali dilakukan penelitian.

Itu tadi beberapa bangunan peninggalan Belanda yang masih eksis keberadaannya hingga saat ini. Kalau Kawan berkunjung ke Solo, bisa banget loh, mengunjungi tempat-tempat tadi.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini