Perlindungan dan Pelestarian Flora Fauna Lewat Ekowisata di Nusa Tenggara Barat

Perlindungan dan Pelestarian Flora Fauna Lewat Ekowisata di Nusa Tenggara Barat
info gambar utama

Provinsi Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu daerah wisata di Indonesia yang memiliki keanekaragaman flora dan fauna yang beragam. Usaha perlindungan dan pelestarian dibuktikan dengan adanya kawasan-kawasan yang dijadikan sebagai cagar alam, suaka margasatwa, taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam.

Penasaran bukan? Berikut ini beberapa cagar alam konservasi yang terdapat di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Selain bisa berwisata, kita juga bisa mengetahui jenis-jenis flora dan fauna yang terdapat di dalamnya.

Cagar Alam Tambora Selatan

Saat menikmati pemandangan alam di Cagar Alam Tambora Selatan, wisatawan akan terpesona. Hutan tersebut masih dalam keadaan asri dan terpelihara dengan baik. Sebuah kawasan alam dengan luas sekitar 17.221 hektar terletak di Kecamatan Sanggar, Kabupaten Bima, yang meliputi Desa Doropeti dan Desa Kawinda Toi.

Beberapa jenis tumbuhan yang dapat ditemui di wilayah konservasi ini meliputi duabanga, bidada, dan kesambi. Bila beruntung, Kawan bisa menemukan beberapa hewan yang hidup di daerah ini. Wisatawan dapat bertemu dengan berbagai jenis binatang seperti rusa, burung beo, kakatua, kepodang, burung gosong, dan tenggiling di tempat tersebut.

Insyafnya Para Pemburu untuk Pelestarian Burung Endemik Langka dari Maluku

Taman Wisata Alam Semongkat

Taman Wisata Alam Semongkat memiliki luas 100 ha. Taman ini terletak di Desa Semongkat, Kecamatan Batu Lante, Sumbawa. Selain dapat menikmati kealamian alam, di kawasan ini Kawan GNFI juga bisa menikmati air yang berasal dari sumber-sumber alami. Keindahan panorama dan udara yang segar menjadikan tempat ini sebagai destinasi wisata favorit.

Di taman wisata ini Kawan dapat menemukan berbagai macam jenis tumbuhan seperti beringin, kesambi, kayu batu, dan ketimunan. Kawan juga bisa menemukan berbagai jenis hewan, seperti rusa, burung beo, burung koakiau, kakaktua, udang raja, burung perkutut, ayam hutan, dan burung perkici.

Cagar Alam Sangiang

Sangiang adalah pulau vulkanik yang muncul kepermukaan di laut Flores. Di pulau ini terdapat Gunung Sangiang dengan ketinggian sebesar 1.949 meter di atas permukaan laut. Gunung Sangiang adalah sebuah gunung berapi yang sedang aktif. Gunung Sangiang terakhir meletus pada tahun 2013 yang lalu.

Pulau Sangiang memiliki flora dan fauna yang luar biasa dengan ekosistem yang sangat istimewa. Di Pulau Sangiang, terdapat berbagai jenis tumbuhan seperti kesambi, ketimis, banten, waru laut, beringin, bidara, johar, sengon, ketapang, dan pulai.

Di sisi lain, fauna yang ditemukan di area ini termasuk beberapa jenis burung pemangsa seperti burung Haliastur indus, burung Accipiter virgatus, burung Circaetus gallicus, dan burung Hieeraetus fascitus.

Suaka Margasatwa Lunyuk

Suaka Margasatwa Lunyuk terletak di Desa Lunyuk Ode, Kecamatan Lunyuk, Kabupaten Sumbawa. Kawasan ini memiliki luas sekitar 3.000 hektare. Di area ini, teman-teman dapat menemukan berbagai jenis satwa yang dijadikan sebagai perlindungan, seperti penyu, burung rajawali laut, kepodang, punai, koakiau, burung gosong, nuri, dan beo.

Teman juga bisa menemukan beberapa jenis tumbuhan seperti pohon kayu batu, malaka, ketimus, dan kesambik. Terdapat juga pantai yang mempesona di daerah ini.

Suaka Margasatwa Lunyuk dapat dicapai oleh wisatawan dari Kota Mataram ke Sumbawa Besar selama lebih kurang 6 jam. Kemudian, dapat melanjutkan perjalanan ke Lunyuk selama lebih kurang dua setengah jam.

Pemerintah Bangun Tanggul Laut Raksasa di Pantura Jawa, Biaya Awal Rp164 Triliun

Cagar Alam Tofo

Cagar Alam Tofo Kota Lambu memiliki luas lebih kurang 7.334 hektare. Letaknya di Desa Sumi, Kecamatan Sape, Kabupaten Bima. Tumbuhan yang dapat dijumpai di kawasan ini adalah bidara, asam, dan malaka. Adapun satwa yang dapat ditemui adalah burung gosong, rusa, koakiau, dan raja udang. Di cagar alam ini Kawan juga dapat menikmati keindahan alam pegunungan.

Cagar Alam Pulau Panjang

Secara umum, vegetasi di kawasan Cagar Alam Pulau Panjang didominasi oleh jenis mangrove. Spesies dominan di kawasan suaka alam ini adalah genus Rhizophora meliputi mengrove, tanjang merah, api-api, dan sentigi. Sementara itu, vegetasi savana di wilayah ini terdiri atas jenis rumput, tanaman merambat, dan semak-semak.

Potensi ekosistem mangrove di wilayah cagar alam ini memiliki peranan yang sangat penting dalam keberlangsungan kehidupan. Ekosistem mangrove memiliki pengaruh terhadap kelangsungan dan keberlanjutan ekosistem lainnya (fungsi ekologis).

Ini termasuk mengurangi tingkat erosi di pantai, mencegah air laut masuk ke daratan, menjadi tempat tinggal bagi organisme pantai atau laut, serta memberikan manfaat ekonomi kepada manusia sebagai sumber oksigen.

Beberapa jenis burung yang dapat dijumpai di Cagar Alam Pulau Panjang termasuk burung raja udang, kecial, dan kuntul karang. Di daerah ini juga ditemukan burung yang terancam punah, seperti burung gosong. Seringkali terlihat beberapa burung migran seperti kuntul merah di wilayah pesisir utara Pulau Panjang.

Taman Buru Pulau Moyo

Taman Buru Pulau Moyo memiliki potensi keanekaragaman hayati flora dan fauna yang tinggi. Taman Buru berada di Pulau Moyo di Desa Labuan Aji dan Desa Sebotok, Kecamatan Sumbawa, Kabupaten Sumbawa. Luas kawasan Taman Buru Pulau Moyo ini mencapai 23.250 hektare.

Kawasan Taman Buru Pulau Moyo merupakan habitat burung dilindungi yang merupakan spesies prioritas nasional, yaitu kakatua kecil jambul kuning. Menurut data pemantauan yang dilakukan pada tahun 2014, tercatat sebanyak 105 ekor kakatua jambul kuning yang ditemukan di Pulau Moyo.

Ada dua tempat pengamatan kakatua jambul kuning di Moyo, yaitu Ai Manis dan Brang Sedo. Burung kakatua ialah jenis burung yang gemar mengonsumsi makanan berupa buah kelor dan pelas. Kawan dapat mencapai Taman Buru Pulau Moyo dengan pergi melalui Badas atau Aik Bari menuju Pulau Moyo.

Cerita dari Desa Rahtawu, Mitos Larangan Menggelar dan Membicarakan Wayang

Taman Wisata Gunung Tunak

Taman Wisata Alam Gunung Tunak merupakan hutan yang berada pada ketinggian 0-105 mdpl. Sebagian besar hutan ini merupakan hutan sekunder. Di dalam hutan Gunung Tunak dapat ditemui gundukan sarang burung langka. Burung gosong (Megapodius reinwartdtii) merupakan salah satu jenis langka dari hutan Gunung Tunak yang mendapat perlindungan sesuai dengan peraturan hukum.

Burung ini menjadi daya tarik bagi wisatawan dari seluruh dunia yang ingin mengabadikan keberadaannya dalam keindahan alam. Jika beruntung, Kawan akan menjumpai di antara semak belukar.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

S
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini