Asal Mula Telaga Wahyu dan Mitos Putus Cinta yang Masih Dipertanyakan?

Asal Mula Telaga Wahyu dan Mitos Putus Cinta yang Masih Dipertanyakan?
info gambar utama

Jika membahas tentang Kabupaten Magetan, pasti tidak lepas dengan wisatanya, Wisata Telaga Sarangan. Wisata ini sudah dikenal sejak lama dan menjadi destinasi wajib bagi para wisatawan saat berkunjung ke Kabupaten Magetan.

Namun, di balik keelokkan Wisata Telaga Sarangan, ada sebuah telaga lagi yang tidak kalah indah di Kabupaten Magetan, yakni WisataTelaga Wahyu. Letak Wisata Telaga Wahyu dan Wisata Telaga Sarangan sama-sama berada di bawah lereng Gunung Lawu. Jarak antara kedua tempat tersebut juga tidak jauh, kurang lebih 4 kilometer via jalan raya Sarangan.

Bisa dikatakan bahwa Wisata Telaga Wahyu ini merupakan ‘surga tersembunyi’ yang ada di Kabupaten Magetan. Tidak banyak masyarakat yang tahu keberadaan wisata ini. Setibanya di sana, wisatawan akan disuguhkan pemandangan yang indah, tidak kalah dengan yang ada di Wisata Telaga Sarangan. Area sekitar telaga dikelilingi pepohonan cemara dan bukit-bukit hijau. Udaranya yang sejuk semakin membuat wisatawan betah untuk berlama-lama di sana.

Legenda Putri Cantik Pecinta Kedamaian di Balik Nama Sirkuit Mandalika

Para wisatawan yang ingin mengelilingi telaga sambil menikmati pemandangan, sudah disediakan wahana becak air untuk berkeliling. Di sana juga disediakan spot untuk wisatawan yang ingin memancing. Selain itu, terdapat beberapa tempat kuliner yang menjadi pilihan sebagai santapan sambil menikmati pemandangan di area telaga.

Tidak banyak memang wisatawan yang mengunjungi tempat wisata ini. Beberapa karena mempercayai mitos yang sudah berkembang lama di masyarakat sekitar. Mitos yang tersebar ini berasal dari legenda asal mula terbentuknya Telaga Wahyu yang sebelumnya bernama Telaga Wurung.

Legenda Telaga Wurung dan Mitos yang Terjadi Di Masyarakat

Suatu malam saat Ki Ageng Getas – penguasa di pedukuhan Getas yang letaknya di bawah lereng Gunung Lawu – melakukan semedi di sanggarnya. Tiba-tiba, terdengar suara gemuruh dari kejauhan. Di tempat dia duduk bersemedi terasa getaran-getaran yang semakin lama semakin kuat.

Dari kejauhan tampak kemunculan seekor naga besar yang bernama Naga Baru Klenting yang keluar dari sebuah lubang tanah. Setelah naga itu keluar, lubang itu kemudian ditutup dengan menggunakan tombak. Melihat kemunculan naga yang sangat besar, sepasang remaja yang berada di dekatnya kemudian jatuh pingsan.

Melihat kejadian itu, Naga Baru Klenting mengubah dirinya ke dalam wujud anak laki-laki berperawak cebol yang bernama Joko Baru Klenting. Joko Baru Klenting berdiri di dekat tombaknya yang mengeluarkan kilatan cahaya putih. Melihat berkas cahaya putih tersebut, Ki Ageng Getas pun bergegas mendekatinya.

Ki Ageng Getas kemudian melihat Joko Baru Klenting, dan menanyakan maksud kedatangannya. Joko Baru Klenting pun mengutarakan maksudnya ingin menemui ayahnya yang berada di lereng Gunung Merapi.

Cerita dari Desa Rahtawu, Mitos Larangan Menggelar dan Membicarakan Wayang

Ki Ageng Getas pun menjawab, “Wurung, wurung, wurung (yang berarti “belum”) sampai di Gunung Merapi, tempat ini daerah Gunung Lawu.”

Ki Ageng Getas memberikan petunjuk kepada Joko Baru Klenting bahwa keberadaan Gunung Merapi berada di barat daya Gunung Lawu. Joko Baru Klenting kemudian bergegas untuk melanjutkan pengembaraannya. Namun, sebelum dia beranjak pergi, dia berpesan kepada Ki Ageng Getas bahwa akan terjadi sesuatu sepeninggalnya dari sini.

Joko Baru Klenting kemudian kembali mengubah wujudnya menjadi Naga Baru Klenting. Sebelum memasuki lubang, dia mencabut tombak yang menancap di tanah. Dia pun kemudian memasuki lubang tanah untuk menuju ke daerah Gunung Merapi.

Tidak lama setelah Naga Baru Klenting pergi, muncul sumur air yang semakin lama semakin deras airnya. Semakin lama air tersebut mengisi penuh cekungan lebar tanah yang ada di sana. Sepasang remaja yang sedari tadi pingsan, kemudian dibangunkan oleh Ki Ageng Getas. Ki Ageng Getas terkejut ternyata sepasang remaja itu belum menyandang status suami-istri.

Sebelum Ki Ageng Getas kembali ke Desa Getas, dia mengatakan dengan disaksikan sepasang remaja tadi bahwa suatu hari jika pemuda-pemudi yang belum menikah melewati atau mendatangi tempat ini, maka pernikahannya akan wurung atau batal.

Dari legenda itulah akhirnya mencuat mitos di masyarakat bahwa para pemuda-pemudi yang belum menikah datang ke Wisata Telaga Wahyu, pernikahannya akan batal atau putus cinta. Berdasarkan penelusuran detik.com yang bersumber dari seorang perangkat desa yang bernama Sukiran atau akrab disapa Mbah Sambong pun mengatakan, “Mitos pacaran ke Telaga Wahyu membuat putus dengan pacar itu sepertinya hanya keyakinan masing-masing saja.”

Sosok Nyai Balau: Wanita Sakti dari Suku Dayak yang Diabadikan dalam Teater

Referensi:

  • Sukarjan. 2018. Telaga Wahyu Dalam Legenda. Magetan: Telaga Ilmu Indocamp.
  • Detik.com. Mitos Putus Cinta di Telaga Wahyu Magetan. https://www.detik.com/jatim/budaya/d-6359129/mitos-putus-cinta-di-telaga-wahyu-magetan

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini