Tari Tiban dan Tari Caci, Dua Budaya yang Disangka Identik Ternyata Berbeda

Tari Tiban dan Tari Caci, Dua Budaya yang Disangka Identik Ternyata Berbeda
info gambar utama

Tari Tiban dan Tari Caci merupakan dua budaya yang berasal dari daerah dan pulau yang berbeda. Tari Tiban berasal dari Jawa Timur yang tersebar ke sekitar Trenggalek, Blitar, Kediri dan Tulungagung. Adapun Tari Caci eksis di sekitar Manggarai hingga Flores, Nusa Tenggara Timur.

Meskipun keduanya dianggap identik karena tariannya yang menggunakan pecut atau cambuk sebagai perlengkapan utamanya, tetapi pada kenyataannya memiliki banyak perbedaan yang mencolok dari segi makna atau tujuannya, kostum serta gerakannya.

Tari Tiban

Tiban memiliki arti jatuh, dan sebenernya ditambahkan kata udan atau hujan dengan ini maksud dari Tiban adalah permohonan kepada Sang Kuasa untuk menurunkan hujan.

Tarian Tiban/Ritual Tiban by come2indonesia
info gambar

1. Tujuan Tari sebagai Ritual Adat

Pada dasarnya Tari Tiban merupakan suatu ritual yang diimplementasikan dalam bentuk tarian, dengan tujuan meminta hujan kepada Sang Kuasa di saat musim kemarau melanda. Para pemainnya juga kebanyakan berasal dari kalangan petani.

Namun, seiring perkembangan zaman, tujuan ini beralih fungsi sebagai sarana hiburan bagi masyarakat sekitar tanpa menghilangkan nilai-nilai luhur dari Tarian Tiban.

2. Tidak Menonjolkan Kekerasan

Maksud dari ini adalah walaupun pada tindakannya menggunakan cambuk asli dan mencambuk peserta lain, tatapi para peserta menghadapi cambukan seolah tidak merasakan rasa sakit dan malah melangsungkan gerakan ejekan dengan wajah yang tampak bahagia pada lawan yang mencambuk dan begitupun sebaliknya.

Di akhir tarian, mereka akan diminta untuk berjabat tangan supaya tidak ada dendam ataupun rasa permusuhan. Semua peserta dikumpulkan untuk penentuan nilai siapa yang menang. Dalam hal ini, kemenangan dalam Tiban bukanlah suatu perlombaan yang memiliki hadiah melainkan suatu kebanggaan karena dapat menjadi 'tumbal' demi kesejahteraan masyarakat sekitar.

3. Iringan Tari

Alat musik yang digunakan untuk mengiringi tarian ini adalah Gambang, Kendhang, dan Thongthongan. Ketiga pengiring tersebut memiliki peranannya masing-masing. Namun, ketiganya bersifat sekunder, artinya iringan bukan pusat utama dalam tarian melainkan terpusat pada Tarian Tiban saja.

4. Aturan Main

Pada aturannya, para peserta dibagi menjadi 2 kelompok dan masing-masing dipimpin oleh 1 Landang (wasit). Peserta hanya menggunakan celana dan tidak boleh menggunakan baju. Semua peserta memiliki persyaratan laki-laki dewasa antara 20—40 tahun.

Sekalipun sudah ada peraturan permainan yang sudah sama-sama di ketahui, tetapi masih juga diperingatkan oleh wasit bagian-bagian badan mana yang boleh dilecut, mana yang tidak. Sasaran lecut ialah punggung dan badan bagian depan di atas pusar.

Daerah larangan ialah bagian pusar ke bawah, dan kepala. Setiap lecutan yang jatuh, kena atau tidak, pihak menyerang lalu meneriakkan “jailaaak!” sebagai isyarat pergantian giliran, pihak penyerang kini menjadi pihak yang bertahan.

Misteri Omah Dhemamit, Bekasi Gudang Senjata Peninggalan Kompeni

5. Kostum dan Perlengkapan

Untuk kostumnya dalam Tiban sangatlah sederhana hanya celana komprang hitam yang di lilitkan jarit atau kain batik serta udheng atau ikat kepala. Sedangkan perlengkapannya hanya perlu pecut atau cambuk yang berasal dari ranting pohon aren serta fisik yang sehat dan mental yang kuat.

Tari Caci

Tari Caci Khas Manggarai NTT by Fahmi Catperku
info gambar

Caci berasal dari kata ca dan ci. Ca berarti satu dan ci berarti uji. Jadi, caci bermakna ujian satu lawan satu untuk membuktikan siapa yang benar dan salah.

1. Tarian sebagai Bentuk Rasa Syukur

Tujuan utama tarian ini sebenarnya adalah sebagai bentuk rasa syukur para petani atas hasil panen yang melimpah serta memiliki makna mendalam setiap gerakannya.

Meskipun demikian, Tari Caci dapat dipentaskan pada ritual akhir tahun, upacara pembukaan lahan dan juga untuk menyambut tamu penting.

2. Menonjolkan Kegagahan dan Keberanian

Seorang pria dewasa dengan gagah yang membawa cambuk serta tameng atau perisai, layaknya seorang prajurit yang hendak berperang. Kegagahan ini ditampilkan untuk menciptakan keberanian diri.

Pertunjukan ini bisa dibilang lebih keras dalam penampilannya yang berbeda sekali dari Tari Tiban. Walaupun demikian, para pemain memiliki fisik yang sangat kuat dan sudah menjalani pelatihan yang panjang serta sebagai pembuktian kekuatan seorang laki-laki di sana.

Kilas Balik Momen Timnas Indonesia Mengalahkan Jepang dalam Pertemuan Pertama pada 1954

3. Iringan Tari

Iringan dari Caci sendiri adalah gendang, gong serta nyanyian (nenggo atau dere) dari para pendukung. Bentuk gong dan gendang tidaklah berbeda dari alat musik sejenis di daerah Jawa. Namun, bunyinya sedikit berbeda dengan teknik memukulnya.

4. Aturan Main

Hampir sama dari Tari Tiban, peserta Tari Caci dibagi menjadi 2 kelompok yang secara bergantian menjadi penyerang dan bertahan. Bila pukulan lawan dapat ditangkis, maka pecutan tidak akan mengenai badan. Kalau pecutan tidak dapat ditangkis, pemain akan menderita luka. Jika mata terkena cambukan, maka pemain itu langsung dinyatakan kalah (beke), dan kedua pemain segera diganti.

Seluruh kulit tubuh pemain dapat menjadi sasaran cambukan dan itu sah, tetapi dikecualikan pada bagian tubuh dari pinggang ke bawah yang ditandai sehelai kain yang menjuntai dari sabuk pinggang. Kulit bagian dada, punggung, dan lengan yang terbuka adalah sasaran cambuk.

5. Kostum dan Perlengkapan

Para pemain melengkapi dirinya dengan pecut, perisai dan juga panggal (penutup kepala seperti topeng). Tidak diperkenankan menggunakan baju dan hanya menggunakan celana panjang putih serta kain songke yang di kaitkan di pinggang. Ditambah kain songket hitam yang dililitkan di pinggang hingga lutut.

Sedangkan panggal atau topeng sendiri berfungsi sebagai pelindung dari cambukan yang mengarah ke mata. Panggal terdiri dari kain destar yang dipakai ke sekeliling wajah agar tetap dapat melihat pergerakan lawan. Terkadang pada bagian kepala pemain tertutup hiasan kepala.

Melalui perbandingan ini, Kawan GNFI dapat lebih menghargai kekayaan budaya Indonesia yang terwujud dalam bentuk Tari Caci dan Tari Tiban. Meskipun keduanya memiliki akar dalam nilai-nilai lokal, perbedaan tersebut menunjukkan keragaman dan kompleksitas seni tradisional Indonesia yang patut dijaga dan dilestarikan.

Di tengah perkembangan zaman saat ini, janganlah meninggalkan budaya. Sebab, budaya kita merupakan kekayaan yang tidak dapat di miliki negara lain. Maka dengan pengenalan dua budaya melalui perbedaan ini dapat memberikan wawasan akan khasanah budaya yang ada di Indonesia.

Mengenal Surastri Karma Trimurti, Pejuang Pers Wanita Pertama di Indonesia

Referensi:

  • https://id.m.wikipedia.org/wiki/Caci
  • https://id.wikipedia.org/wiki/Ritual_Tiban

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

FA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini