Ekowisata ke Taman Nasional Taka Bonerate, Cocok untuk Pecinta Pantai dan Bawah Laut

Ekowisata ke Taman Nasional Taka Bonerate, Cocok untuk Pecinta Pantai dan Bawah Laut
info gambar utama

Pada permulaan tahun 2024 ini, sudahkan Kawan GNFI membuat rencana untuk berlibur? Jika belum, yuk, kita bersiap ke petualangan yang menantang ini! Mau healing, sightseeing, kemah, olahraga, atau belajar, bisa dilakukan di sini.

Udaranya bersih, tidak ada polusi udara, tidak ada sampah berserakan, tidak ada gedung-gedung tinggi, banyak spot menarik, banyak atraksi yang bisa dilakukan, dan tentu saja pengetahuan kita juga ikut bertambah. Di mana itu? Lokasinya berada di Taman Nasional Taka Bonerate, Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, Indonesia. Ini adalah 1 dari 7 Taman Nasional Laut yang ada di Indonesia, lo!

Apa Itu Taman Nasional Taka Bonerate?

Berdasarkan UU RI No. 5 Tahun 1990 tentang KSDAHE, Taman Nasional adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

Dunia Terancam Mengalami Overtourism pada 2024, Bagaimana dengan Indonesia?

Sedangkan dalam buku TNTBR (2015), Taka Bonerate adalah sebuah kawasan terumbu karang atol yang terletak di sisi selatan Pulau Sulawesi, atau berada di Laut Flores seluas 220.000 Ha. Kawasan ini diidentifikasi sebagai atol terluas di Asia Tenggara, dan ketiga terluas di dunia setelah atol Kwajilein (Kwajalein) di Kepulauan Marshall (Oseania, Samudra Pasifik bagian barat) dan atol Suvadiva (nama kuno dari Atol Huvadhu) di Maladewa (Maldives, Asia Selatan), seperti yang dikutip dari id.wikipedia.org dan kumparan.com.

Temperatur permukaan laut kawasan ini berkisar antara 26,7-29℃. Taman nasional tersebut dideklarasikan sebagai anggota Jaringan Cagar Biosfer Dunia pada Sidang ICC (International Co-ordinating Council) ke 27 Program MAB UNESCO di Paris 8-12 Juni 2015. Taka Bonerate Kepulauan Selayar adalah Cagar Biosfer ke 10 di Indonesia.

Apa Saja Biodiversitas di Sini?

Ada 3 jenis terumbu karang yang ada di Taka Bonerate, yaitu terumbu karang tepi atau pantai (fringing reef atau shore reef), terumbu karang penghalang (barier reef), dan terumbu karang cincin (attol) yang bentuknya melingkar seperti goba.

Indonesia sendiri mempunyai ketiga jenis itu dan TN ini termasuk jenis yang ketiga. Menurut Chafid Fandeli dan Muhammad (2009), terumbu karang (coral reef) adalah tempat hidup (habitat) dari biota laut, biasanya terdapat di pantai atau laut yang airnya hangat sampai panas, dan pertumbuhannya melambat pada ekosistem perairan dengan suhu sangat dingin.

Ekosistem ini memiliki produktivitas organik yang sangat tinggi, sehingga menjadi tempat berkembangbiaknya ikan, terutama ikan hias. Berdasarkan data dari LIPI, 1995; RPTN, 1997; PSTK UNHAS, 2000; TNTBR, 2005, 2012 dalam buku TNTBR, 2015; di sini ada 68 genera dan 242 spesies karang, 526 spesies ikan karang (155 genera), 112 spesies makro algae (46 genera), 11 spesies lamun (7 genera), 70 spesies tumbuhan darat, 34 spesies burung (meliputi burung darat-pantai-laut).

Ada juga beberapa biota laut dan darat lainnya, seperti penyu, lumba-lumba, paus, tikus, dan sebagainya. Dilansir dari tntakabonerate.com, jenis burung yang dijumpai meliputi Cerek Melayu, Cerek Pasir Besar, Gajahan Pengala, Gajahan Kecil, Trinil Pantai, Trinil Pembalik Batu, Kuntul Karang, Dara Laut Jambul, Dara Laut Bengala, Dara Laut Kecil, Kokokan Laut, Kirik-Kirik Australia, Alap-Alap Sapi, Alap-Alap Kawah, dan Elang Tiram. Menurut ksdae.menlhk.go.id, kekayaan biodiversitasnya menjadi penanda bahwa ekosistemnya masih sangat terjaga!

Pergeseran Kebijakan: Thailand Terapkan Larangan Penggunaan Ganja untuk Rekreasi

Ekowisata di Taman Nasional vs Interpretasi Alam

Di sini adakah yang bertanya apa itu ekowisata? Mengapa ekowisata dilakukan di Taman Nasional? Chafid Fandeli dan Muhammad Nurdin (2005) menyebutkan, ekowisata pada intinya menjual atraksi seperti ilmu pengetahuan alam, filsafat sosial budaya, dan pengalaman baru; yang didapatkan dari pembuatan interpretasi.

Interpretasi itu memberikan informasi pada wisatawan dengan tujuan agar tertarik mengetahui lebih banyak dan memberikan apresiasi terhadap alam dan budaya. Interpertasi lebih dari presentasi data dan fakta di lapangan, yang pelaksanaannya dilakukan terhadap nilai dan pengetahuan terkait alam.

Mengutip buku Chafid Fandeli dan Mukhlison Tahun 2000, ekowisata menurut Australian Department of Tourism (Black, 1999) adalah wisata berbasis pada alam dengan mengikutkan aspek pendidikan dan interpretasi terhadap lingkungan alami dan budaya masyarakat dengan pengelolaan kelestarian ekologis. Di sini, ekowisata merupakan bentuk wisata yang dikelola dengan pendekatan konservasi.

Menurut The International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (1980), konservasi adalah usaha manusia untuk memanfaatkan biosphere dengan berusaha memberikan hasil yang besar dan lestari untuk generasi kini dan mendatang. Ini sangat sesuai ya, Kawan GNFI, dengan definisi taman nasional.

Chafid Fandeli (2002) dan TNTBR (2015) memaparkan, ada 3 macam wisata alam yang dapat dilakukan di area pantainya, yaitu surface activities (dilakukan di permukaan air pantai seperti melihat kumpulan baby shark jenis Black Tip dari pinggir pantai, berperahu/canoeing/sailing, memancing/fishing), contact activities (dilakukan kontak langsung dengan air seperti berenang, menyelam/diving, snorkeling), dan littoral activities (dilakukan di daratan seperti sunbathing, sunrise, sunset, jogging/trekking, yoga, piknik, berfoto, dan berjalan-jalan santai). Sedangkan, wisata budayanya berupa kekhasan suku Bugis dan Bajo dengan budaya kemaritiman serta nuansa islami yang sangat kental.

Kapan Waktu Terbaik Berkunjung ke Sana?

Saat ini masih ada 3 bulan lagi menuju bulan April, waktu terbaik berkunjung ke sana. Pada bulan itu, beningnya air laut membuat saya sangat puas snorkeling di laut melihat berbagai jenis ikan berenang di sekitaran terumbu karang yang berwarna-warni, sangat cantik, ada penyu berukuran besar menyelam di kedalaman laut yang terlihat semakin gelap. Seperti berada di akuarium raksasa!

Pemandu pun siap menemani sebagai bagian dari safety. Bersama rombongan, kami berkunjung melihat rumah, jala, mencicipi makanan khas, dan bertegur sapa dengan penduduk asli. Hal paling menantang, ketika diving bersama interpreter di dekat dermaga untuk melihat langsung struktur terumbu karang yang cenderung melandai dan semakin gelap; belajar pun bisa semenarik ini!

Dilema ASEAN: Masa Depan Keanggotaan Timor-Leste di ASEAN

Dari atas kapal, hanya tampak laut dan birunya langit bersama kumpulan awan putih, tiba-tiba terihat atraksi alami dari munculnya rombongan lumba-lumba, mereka sangat suka berlompatan. Terdengar diskusi antara anak kecil laki-laki dengan orang tuanya saat mereka pernah melihat lumba-lumba di suatu wahana.

Hal yang sangat indah ketika moment ini akan menjadi pengalaman masa kecilnya sekaligus pembelajaran, melihat lumba-lumba pada habitat alaminya, anak itu terlihat sangat antusias berdiri di ujung kapal.

Pulau Tinabo, menjadi tempat beristirahat setelah seharian berada di laut, merasakan semilir angin pantai, desiran ombak, makan ikan segar, keheningan malam tanpa sinyal telepon, dan tanpa suara kendaraan bermotor, membuat saya sadar bahwa manusia tidak bisa lepas dari alam. Alam sudah memberikan apa yang kita butuhkan dan tugas kitalah untuk menjaga keseimbangan dan kekayaan biodiversitasnya. Kawan GNFI, bersama kita bisa, langkah kecilmu sangatlah berharga!

Sumber:

  • Anonim. 2007. Peraturan Perundang-Undangan Bidang Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Jakarta: Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Departemen Kehutanan
  • Anonim, 2015. Taman Nasional Taka Bonerate. Banteng, Sulawesi: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
  • Fandeli, Chafid. 2002. Perencanaan Kepariwisataan Alam. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan UGM
  • Fandeli, Chafid dan Muhammad. 2009. Prinsip-Prinsip Dasar Mengkonservasi Lanskap. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
  • Fandeli, Chafid dan Muhammad Nurdin. 2005. Pengembangan Ekowisata Berbasis Konservasi di Taman Nasional. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan UGM
  • Fandeli, Chafid dan Muklison. 2000. Pengusahaan Ekowisata. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan UGM
  • https://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Nasional_Taka_Bonerate
  • https://id.wikipedia.org/wiki/Kepulauan_Marshall
  • https://id.wikipedia.org/wiki/Atol_Kwajalein
  • https://id.wikipedia.org/wiki/Atol_Gaafu_Alif
  • https://id.wikipedia.org/wiki/Takabonerate,_Kepulauan_Selayar
  • https://id.wikipedia.org/wiki/Samudra_Pasifik
  • https://ksdae.menlhk.go.id/berita/4910/TN-Taka-Bonerate-The-Hidden-Paradise-di-Ujung-Semenanjung-Pulau-Sulawesi.html
  • https://kumparan.com/berita-update/5-negara-berkembang-yang-unik-di-benua-australia-1uer2iZrCzR/full
  • https://kumparan.com/sejarah-dan-sosial/letak-maldives-di-negara-apa-ini-jawabannya-20JIqvahfT2/full
  • https://tntakabonerate.com/id/inventarisasi-burung-pantai-taman-nasional-taka-bonerate/#:~:text=Jenis%20burung%20yang%20dijumpai%20anatara,Alap%20Kawah%2C%20dan%20Elang%20Tiram

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

AP
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini