Cerita Awal Mula Orang Tasikmalaya Terkenal sebagai Tukang Kredit di Ibu Kota

Cerita Awal Mula Orang Tasikmalaya Terkenal sebagai Tukang Kredit di Ibu Kota
info gambar utama

Para tukang kredit selalu identik dengan para perantauan dari Tasikmalaya. Para perantau dari Kota Santri tersebut sempat merajai jalanan hingga gang-gang di Jakarta, bahkan berkelana jauh ke luar Jawa.

Entis Sutisna adalah salah satu warga Kampung Nagrog, Desa Mandalagiri, Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya yang sempat merantau dan menekuni usaha tukang kredit di Jakarta pada 1971 hingga 1973.

Dirinya mendapatkan modal dari pamannya senilai Rp400 ribu untuk membuka usaha kredit di sekitar ibu kota. Dirinya membawa empat warga dari kampungnya yang masih terhitung sanak saudara.

Curug Agung Galunggung, Wisata Air Terjun Warna-warni di Tasikmalaya

“Di sana, mereka menjadi pemikul barang-barang kredit yang dibawa menggunakan keranjang bambu,” kata Entis yang dimuat dari Pikiran Rakyat.

Entis menjadi saksi para tukang kredit Tasikmalaya memikul barang-barang jualannya merajai jalanan ibu kota. Rute berkeliling dimulai dari kawasan Tanah Abang seperti Kebon Jahe, Gang Harlan, Kota Bambu, dan Roxy.

“Usaha itu berkembang pesat. Dari empat, jumlah tukang kredit bertambah menjadi delapan orang. Modal Etnis yang mulanya Rp400 ribu bertambah menjadi Rp800 ribu,” jelasnya.

Asal mula

Didin Saripudin dalam makalah berjudul Tradisi Merantau Tukang Kredit Dari Tasikmalaya menyebutkan keberadaan tukang kredit dari Tasikmalaya tidak bisa dipastikan secara akurat kapan mulai berkembang.

Namun berdasarkan penelitian Sutjipto dan Saripudin mengungkap ada dua versi asal-usul tukang kredit di Tasikmalaya. Pertama adalah kemunculan tukang kredit diinspirasi oleh tukang mindring dari China yang muncul di tatar Sunda pada 1920.

Tukang mindring merupakan pedagang keliling warga China perantauan yang menjajakan barang dagangan seperti baju. Selain pembayaran tunai, mereka juga menjual dengan cara diangsur harian.

Nasi Tutug Oncom, Kuliner Tasikmalaya yang Melegenda sejak Penjajahan

Selanjutnya aktivitas usaha para pedagang China ini berkembang. Banyak dari mereka yang memilih berdagang menetap atau membuka toko. Saat pengaruh tukang mindring ini kendor, warga lokal mulai mengambil peran.

“Munculah tukang gendong, yaitu orang Tasikmalaya yang menggantikan cara mindring itu,” tulis Didin.

Namun ada versi kedua, yakni diawali dari para santri asal Tasikmalaya. Untuk bekal hidup selain membawa uang juga membawa barang-barang. Dari barang inilah, santri-santri terkadang menjualnya dengan skema cicilan.

“Dengan cara ini konsumen merasa diuntungkan karena dapat membayar dengan cara cicilan dan para santri juga untung karena dengan pembayaran semacam ini dapat memanjangkan biaya hidup mereka semasa mondok,” jelasnya.

Kini hilang

Pola marketing ini mulai digandrungi sebagai ladang usaha. Apalagi pada dekade 1950-an, wilayah Tasikmalaya dan sekitarnya tidak kondusif akibat pemberontakan DI/TII. Suasana kampung yang tak kondusif membuat warga Tasikmalaya melakukan urbanisasi.

Dijelaskan oleh Didin, peristiwa inilah yang diperkirakan memberikan pengaruh luar biasa bagi masyarakat Tasikmalaya melakukan urbanisasi. Mereka tersebar mulai-mula di kota-kota yang aman di Jawa Barat dan Jakarta.

“Jiwa petualangan dan benih keinginan berprestasi dalam bidang ekonomi yang secara kultural tertanam pada orang Tasikmalaya mendorong mereka melakukan mobilitas ke luar Jawa Barat bahkan ke luar Pulau Jawa,” tulisnya.

Mengenal KH Zainal Mustafa, Sosok Pembela Tanah Air dari Tasikmalaya

Bagi Tasikmalaya eksistensi tukang kredit ini menjadi salah satu penopang pertumbuhan ekonomi. Keuntungan yang diraup tukang kredit di perantauan, tentu saja dibawa pulang dan dibelanjakan di Tasikmalaya.

Tetapi demikian masa kejayaan itu kini telah pudar. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi telah menggerus usaha kredit secara informal. Penjualan barang secara online membuat tukang kredit asal Tasikmalaya susah bertahan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini