Menikmati Serabi Notosuman yang Jadi Kuliner Legendaris dari Kota Solo

Menikmati Serabi Notosuman yang Jadi Kuliner Legendaris dari Kota Solo
info gambar utama

Ketika berkunjung ke Kota Solo tak lengkap rasanya bila tidak mencoba serabi notosuman. Biasanya wisatawan yang belum mengenal serabi notosuman, akan menyebutnya sebagai serabi Solo.

Nama Notosuman sendiri diambil dari nama Jalan Notosuman yang sekarang menjadi jalan Mohammad Yamin. Serabi Notosuman pada awalnya dirintis oleh pasangan suami istri, Hoo Geng Hok dan Tan Giok Lan pada tahun 1923.

Ramaikan Perayaan Awal Tahun Baru 2024 di Solo, Street Performance Hingga Night Market

Sejak dirintis oleh Hoo Geng Hok dan Tan Giok Lan, saat ini kedai Serabi Notosuman sudah diteruskan oleh generasi keempat. Tetapi kualitas rasa dan bahan baku tetap diutamakan agar rasa serabinya sama seperti pada awalnya.

Salah satu rahasia kelezatan serabi Notosuman adalah penggunaan beras cendani yang berkualitas dan sengaja ditumbuk sendiri. Hal ini untuk menjaga kualitas rasa, tekstur, dan kebersihannya.

Sebenarnya bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan Serabi Notosuman biasa saja, mereka hanya menggunakan tepung beras, pandan, gula, santan, garam, dan vanila. Karena menggunakan bahan-bahan alami, serabi ini hanya bisa bertahan 24 jam.

Berawal dari ketidaksengajaan

Dinukil dari Detik, Serabi Notosuman lahir dari ketidaksengajaan. Pembuatan serabi ini pertama kali dilakukan karena permintaan dari tetangga untuk selamatan. Karena rasanya yang begitu nikmat membuat tetangga itu memesan kembali.

Dari situlah Nyonya Hoo Giang Hok berjualan apem. Pada saat itu seorang pelanggan meminta untuk dibuatkan apem yang bentuknya lebih pipih. Akhirnya pelanggan itu menyebutnya serabi.

Baluwarti: Ekspo Sisi yang Sedikit Terlupakan dari Kultur Surakarta

“Mereka menciptakan serabi sebagai hasil pengembangan dari kue apem. Di luar dugaan, serabi justru lebih digemari daripada apem,” tulis Murdijati Gardjito dalam Kuliner Surakarta: Mencipta Rasa Penuh Nuansa.

Pada awalnya, Serabi Notosuman disajikan sesuai bentuk aslinya selepas dimasak. Tetapi dalam beberapa tahun terakhir, Serabi Notosuman bisa disajikan dengan digulung dan dilapisi daun pisang sebelum dikemas dengan kotak karton.

Ada dua outlet

Sekarang bisnis Serabi Notosuman diteruskan kakak-beradik Handayani dan Lidia. Handayani menempati lokasi di outlet sejak era kakeknya di Jalan Mohammad Yamin, sementara Lidia membuka outlet yang dekat dengan lokasi lama.

Kedua outlet itu memiliki perbedaan dalam memasak. Outlet milik Handayani memakai tutup wajan dari tanah liat, sementara di outlet milik Lidia memilih memakai tutup dari aluminium. Keduanya sama-sama mengembang sempurna hanya waktunya saja berbeda.

Jelajah Kota Budaya : Surakarta

Keputusan untuk tetap mengambil dua macam variasi itu karena ingin menjaga identitas dan karakter yang sudah dirintis Hoo Gek Hok dan Tan Giok Lan. Inovasi yang mereka lakukan adalah membungkus serabi dengan daun pisang agar lebih praktis.

Biasanya untuk memenuhi selera pembeli, banyak pembuat serabi menjual kue ini dalam berbagai rasa dan aroma: nangka, stroberi, pandan, keju, dan lain-lain. Namun dari dulu hingga kini, Serabi Notosuman tetap konsisten membuat dua rasa yaitu: polos dan coklat.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini