Fakta Satelit Merah Putih 2: Berat 4 Ton, Usia 15 Tahun, Beroperasi April

Fakta Satelit Merah Putih 2: Berat 4 Ton, Usia 15 Tahun, Beroperasi April
info gambar utama

PT Telkom Indonesia bersama anak usahanya, Telkomsat, berhasil meluncurkan Satelit Merah Putih 2 dari Space Launch Complex 40 (SLC-40) di Stasiun Antariksa Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat (AS). Satelit itu diterbangkan dengan roket Falcon 9 pada Selasa (20/2/2024) pukul 15.11 waktu setempat.

Untuk mengenal satelit ini lebih jauh, GNFI telah merangkum fakta menarik tentang Satelit Merah Putih 2.

Bobot 4 ton

Satelit Merah Putih 2 memiliki bobot 8.800 pon atau 4.000 kilogram. Dalam proyek ini, Telkomsat bekerja sama dengan SpaceX—perusahaan kedirgantaraan AS—untuk meluncurkan satelit dari bumi menuju ketinggian yang ditentukan menggunakan roket Falcon 9.

Menempati orbit 113 derajat BT

Ada tiga misi yang ingin dibawa Telkomsat melalui Satelit Merah Putih 2, menurut Direktur Wholesale and International Service Telkom, Bogi Witjaksono. Pertama, meningkatkan ketahanan infrastuktur digital nasional untuk mendukung pemerataan konektivitas di seluruh Indonesia.

Kedua, satelit itu akan menempati, mengamankan, dan mempertahankan, slot orbit Indonesia di 113 derajat Bujur Timur (BT). Pada 17 Agustus 2018, Telkom telah meluncurkan Satelit Merah Putih atau Telkom-4 yang kini berada di slot orbit 108 BT. Ketiga, memperkuat portofolio bisnis satelit melalui peningkatan kapasitas internal dari 10 Gbps menjadi 42.4 Gbps.

Satelit Merah Putih 2 Meluncur di AS, Dukung Koneksi Internet ke Seluruh RI

Umur 15 tahun

SpaceX dalam pernyataan tertulis menyebut bahwa setelah mengorbit, satelit ini akan menyediakan layanan internet cepat bagi pelanggan di Indonesia selama 15 tahun ke depan. Telkom pun menjelaskan, Satelit Merah Putih 2 menggunakan platform Spacebus 4000B2 dengan usia desain 15 tahun.

Pabrikasinya dikerjakan oleh Thales Alenia Space asal Prancis selaku kontraktor utama yang menggarap desain, konstruksi, pengujian, dan pengiriman satelit ke lokasi peluncuran. Bukan itu saja, perusahaan tersebut juga bertanggung jawab terhadap fase launchand early orbit phase (LEOP)—fase awal satelit setelah lepas dari roket peluncur hingga mencapai slot orbit yang diinginkan di 113 BT dan fase in-orbit tests (IOT)—pengujian performa satelit saat berada di slot orbitnya.

“Thales Alenia Space akan memberikan dukungan penuh terhadap sistem pengendalian satelit dari stasiun pengendali (ground control) sekaligus melatih Telkomsat agar siap dalam mengoperasikan broadband satelit ini sepanjang usia satelit,” tulis Telkom, Selasa (20/2/2024). Selain itu, Telkomsat juga menggandeng Jasindo untuk menjamin risiko satelit serta Telesat sebagai konsultan pengadaan dan manufaktur satelit.

Asal-Usul Depok, Kota Satelit yang Diusulkan Gabung ke Jakarta Raya

Beroperasi April 2024

Ilustrasi Satelit Merah Putih 2 di orbit.

Telkom merencanakan Satelit Merah Putih 2 beroperasi pada April 2024. Satelit ini akan dimanfaatkan untuk membantu pemerataan digital di Indonesia melalui penyediaan layanan backhaul berbasis satelit, mengembangkan bisnis maritim di Indonesia, dan mendukung kedaulatan data, dengan mengurangi kebergantungan kapasitas satelit asing.

Kapasitas 32 Gbps

Satelit Merah Putih 2 memiliki kapasitas hingga 32 Gbps. Satelit ini siap membawa transponder aktif frekuensi C-band dan Ku-band untuk menjangkau seluruh area di Indonesia. Merah Putih 2 diharapkan dapat menjadi satelit paling andal di Indonesia sebagai negara yang memiliki curah hujan tinggi. Terlebih lagi C-Band ternama sebagai frekuensi yang memiliki performa paling baik terhadap curah hujan.

Berteknologi HTS

Merah Putih 2 menjadi satelit ke-11 dan satelit pertama milik TelkomGroup yang menggunakan teknologi High Throughput Satellite (HTS) atau dikenal dengan broadband satelit. Kata Direktur Utama Telkomsat, Lukman Hakim Abd. Rauf, teknologi HTS memiliki desain cakupan area di bumi yang berukuran kecil namun banyak (multi-spots beam).

Dengan begitu, ia mampu menghasilkan kekuatan pancar satelit besar di suatu area yang dilingkupi beam tersebut. Kekuatan pancar satelit ini identik dengan besaran data yang mampu dikirim satelit ke lokasi tersebut.

“Satelit broadband ini memungkinkan sumber daya frekuensi yang dapat digunakan berulang. Hal ini berpotensi untuk menaikkan jumlah kapasitas yang dimiliki satelit HTS,” terang Lukman.

Apa Itu Starlink, Satelit Milik Elon Musk yang Resmi Masuk Indonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Afdal Hasan lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Afdal Hasan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini