Wayang Potehi, Akulturasi Budaya Nusantara dan Tionghoa yang Seringkali Terlupakan

Wayang Potehi, Akulturasi Budaya Nusantara dan Tionghoa yang Seringkali Terlupakan
info gambar utama

Mari Kawan GNFI, kita mengenali kembali budaya yang nyaris terkikis. Tidak bisa dipungkiri bahwa Nusantara kaya akan berbagai budaya dan keseniannya. Hal ini didasari dengan banyaknya suku dan etnis yang menjadi bagian dari bangsa ini. Keberagaman tersebut seolah menjadi kekuatan untuk menunjukan kepada dunia betapa kayanya Nusantara, salah satunya adalah imlek.

Budaya imlek yang sangat meriah baru saja dirayakan oleh etnis Tionghoa di Indonesia. Perayaan ini tentu dapat dinikmati pula oleh seluruh warga di negara kita. Imlek biasanya identik dengan dengan berbagai pentas seni dan ikonnya yakni Barongsai.

Di berbagai sudut kota, ornamen-ornamen indah berwarna merah dan kuning keemasan juga menghiasi, sangat khas imlek. Jangan lupakan juga kuliner-kuliner enak yang hadir pada saat momen ini.

Banyak pentas kesenian yang turut ditampilkan di banyak ruang publik. Misalnya saja di pusat perbelanjaan yang sering menampilkan pertunjukkan Barongsai dan Liong-liong. Kesenian ini biasanya dikemas dengan sangat menarik, penuh dengan genderum musik, nan meriah.

Namun, apakah bentuk kesenian Tionghoa hanya Barongsai atau Liong-liong saja, Kawan GNFI? Tentu saja tidak! Ada satu kesenian lagi yang seringkali tidak tersebutkan, namanya adalah Wayang Potehi.

Wayang Potehi, Sekelumit Tradisi di Tengah Modernisasi

Indonesia dan Wayang

Di negara kita, wayang sudah masuk dalam “Daftar Representatif Warisan Budaya Tak Benda” dari UNESCO. Adapun jenis pertunjukan wayang yang dikenal di masyarakat pada umumnya ialah Wayang Kulit, Wayang Golek, hingga Wayang Orang.

Nah, mungkin tidak banyak yang tahu bahwa kita sebetulnya juga mempunyai Wayang Potehi, yang merupakan bentuk dari akulturasi budaya Nusantara dan Tionghoa. Untuk itu, mari mengenal seperti apa kesenian yang satu ini supaya Kawan GNFI semakin dekat dan mengenali warisan leluhur.

Wayang Potehi, Apa Keistimewaannya?

“Potehi” berasal dari akar kata “pou” (kain), “te” (kantong), dan “hi” (wayang). Secara harfiahnya bermakna wayang yang berbentuk kantong dari kain, meskipun beberapa bagiannya ada yang terbuat dari kayu. Wayang ini dimainkan menggunakan jari-jari tangan. Tiga jari tengah akan mengendalikan kepala, sementara ibu jari dan kelingking sebagai pengendali tangan wayang. Mirip dengan boneka tangan.

Panggung dari Wayang Potehi bernama Pay Low. Biasanya, Pay Loq menggunakan background yang artistik berbentuk miniatur rumah dengan ciri khas Tionghoa. Ia berkain merah, berukiran kayu, dan berbentuk seperti gapura. Panggung ini biasanya bisa dibongkar pasang, sehingga mudah untuk dibawa dan disesuaikan jika akan dipentaskan.

Wayang Potehi juga merupakan budaya tutur, di mana ada pencerita di baliknya atau yang biasa disebut sebagai dalang. Cerita-cerita yang diangkat biasanya berasal dari kisah klasik Tiongkok seperti legenda dinasti-dinasti di Tiongkok.

Namun, dalam perkembangannya, Wayang Potehi seringkali juga mengambil cerita di luar kisah dinasti klasik, seperti novel Sun Go Kong dengan tokoh utamanya yang bernama Si Kera Sakti yang sempat tersohor.

Kisah Wayang Potehi, Karya Terpidana Mati Zaman Dinasti Tang

Wayang Potehi Nyaris Punah

Sayangnya, kini Wayang Potehi sudah hampir punah. Kehadirannya seolah sirna karena semakin tergerus oleh budaya modern. Bahkan, Wayang Potehi seperti sempat mati suri pada masa orde baru.

Padahal, kesenian ini bukan sekadar seni pertunjukan. Wayang Potehi bagi etnik Tionghoa memiliki fungsi sosial serta ritual. tidak berbeda dengan wayang-wayang lain di Indonesia. Wayang Potehi menjadi sarana untuk menyampaikan terima kasih, pujian, dan doa kepada para dewa dan leluhur.

Agaknya perlu usaha yang cukup keras untuk tetap menyiarkan keberadaan Wayang Potehi. Berbagai penggiat wayang Potehi kini juga bergeliat untuk berusaha melestarikannya kembali. Tentunya juga merupakan tugas kita semua untuk bahu-membahu untuk menyuarakan kehadiran salah satu seni yang legendaris ini.

Apresiasikan dan kenalkan pada lingkungan sekitar bahwa Wayang Potehi merupakan tradisi yang harus tetap dirawat. Jangan sampai kebudayaan yang dulunya telah diperjuangkan ini semakin terkikis dan hilang begitu saja. Geliat-geliat Wayang Potehi, khususnya dalam gelaran imlek ini, harus terus digaungkan.

Memahami Ibadah King Thi Kong Saat Tahun Baru Imlek

Sumber:

  • https://id.wikipedia.org/wiki/Wayang_Potehi
  • https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=3746

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

RP
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini