Komunitas Urban Sketchers Medan, Perkenalkan Budaya dan Keindahan Medan melalui Sketsanya

Komunitas Urban Sketchers Medan, Perkenalkan Budaya dan Keindahan Medan melalui Sketsanya
info gambar utama

Terkadang, seorang seniman kerap disepelekan orang-orang. Mereka dianggap melakukan sesuatu yang kurang berguna, bahkan sia-sia. Padahal, sebuah seni tidak dibuat dengan sembarangan. Di dalam perjalanannya, mereka menyimpan banyak hal, cerita, harapan, emosi, dan sebagainya. Lagi pula, sebenarnya orang-orang yang memandang seni dengan sebelah mata hanya tidak memahami makna seni itu sendiri.

Melalui karyanya, seorang seniman akan bercerita. Bisa jadi tentang kehidupan pribadinya, atau bisa juga menceritakan apa yang ada di sekitarnya. Seperti yang dilakukan oleh sebuah komunitas sketsa di Medan yang memperkenalkan budaya serta keindahan Kota Medan melalui sketsa-sketsa yang mereka buat.

Komunitas itu bernama Urban Sketchers (USk). Mereka pada dasarnya merupakan komunitas seniman sketsa global yang mempraktikkan aktivitas menggambar langsung di lokasi tempat mereka tinggal atau berpergian.

Didirikan oleh seorang wartawan The Seattle Times pada tahun 2009 yang bernama Gabriel Campanario. USk mengungsung moto “We show the world, one drawing at a time!” Sampai saat ini USk berhasil menyebar di lebih dari 70 negara, 450 kota, dan 1.200 chapter.

USk mempunyai kegiatan tahunan sebanyak dua kali, diselenggarakan di wilayah Asia dengan nama AsiaLink Sketchwalk, dan Global bernama Urban Sketchers Symposium.

AsiaLink Sketchwalk 1 di Bangkok pada tahun 2016 menjadi awal mula dibentuknya USk di Medan. Sebab, acara itu dihadiri oleh Yulianto Qin dan Dumaria Pohan yang kini menjadi founder USk Medan. Begitu mereka pulang ke Medan, USk Medan pun didaftarkan agar menjadi komunitas resmi USk. Sebelumnya mereka juga mengajak Charles Pandiangan dan Andy Leonardo. Dengan demikian, original founder USk Medan berjumlah 4 orang.

Mengenali Beragam Jenis Kain Ulos yang Motifnya Mengandung Banyak Filosofi

“Selama ini Kota Medan diidentikkan dengan kota yang kurang bersahabat. Padahal mempunyai potensi yang besar dengan seni-seni, pariwisata, bangunan bersejarah, dan budayanya. Maka dari itu, USk Medan menargetkan untuk memperkenalkan keistimewaan kota Medan dan masyarakatnya dengan media sketsa,” ujar Yulianto Qin dalam sesi diskusi yang dilakukan via WhatsApp, Sabtu, (24/2/2024).

Alasan utama para founder dalam mendirikan USk Medan karena mereka tidak melihat adanya komunitas seni sketsa di Medan. Berbeda dengan kota-kota lain seperti Jakarta, Jogja, Semarang, Bandung, Surabaya, Makasar, dan Bali. Maka dari itu, USk Medan akan menjadi wadah bagi seniman sketsa untuk mempromosikan Medan secara luas.

USk Medan tidak membatasi siapa pun yang ingin bergabung bersama mereka. Tidak ada sistem keanggotaan, sehingga dengan terbuka mengundang semua kalangan dan umur secara gratis dalam kegiatan sketchwalk rutin mereka, yaitu satu bulan sekali. Hanya perlu membawa alat gambar sendiri.

Sketsa by Urban Sketchers Medan
info gambar

Memahami Ibadah King Thi Kong Saat Tahun Baru Imlek

Menariknya, kegiatan mereka tidak dilakukan dengan monoton di sebuah tempat tetap seperti basecamp, melainkan berpindah-pindah, seperti di Vihara Gunung Timur Medan, Tjong A Fie Mansion, Cemara Asri, Kesawan, dan lain-lain. Hal itu mengacu pada salah satu manifesto yang diusung oleh Urban Sketchers Pusat, “Kami menggambar di lokasi, di dalam atau di luar ruangan, menangkap apa yang kami lihat dari pengamatan langsung.”

Yulianto Qin mengatakan, “Tantangan kami kebanyakan disebabkan oleh cuaca yang tiba-tiba panas, kemudian hujan. Karena kegiatannya lebih banyak di luar ruangan. Tapi, tantangan itu bikin asik juga, bisa membuat sketsa keadaan yang tidak bisa diprediksi.”

Selain sketchwalk satu bulan sekali, sebisa mungkin dalam satu tahun mereka mengadakan workshop dan pameran minimal sekali. Namun, hal itu bergantung pada ada atau tidaknya sponsor yang mewadahi mereka.

Kemudian, para founder hanya aktif mengikuti kegiatan AsiaLink Sketchwalk. Inginnya mengikuti Urban Sketchers Symposium, hanya saja terkendala pada biaya. Karena untuk mengikuti kegiatan di Asia, selama ini mereka menggunakan dana pribadi.

Mengikuti AsiaLink Sketchwalk juga menjadi kesempatan bagi mereka untuk saling memperkenalkan pariwisata kota. Biasanya diselenggarakan selama 3 hari dengan rangkaian kegiatan meliputi sketsa bersama, diskusi, dan perkenalan chapter-chapter dari seluruh dunia.

Total dari Desember 2016, USk Medan telah melakukan sketchwalk sebanyak 74 kali. Untuk itu, founder berharap kegiatan mereka mendapat perhatian lebih dari pemerintah, seperti peserta dari negara lain yang disponsorin untuk mengikuti kegiatan keluar negeri.

“… jadi kami bisa saling mengundang teman-teman sketchers dari luar kota dan luar negeri. Atau siapa tahu kapan-kapan bisa mengadakan AsiaLink Sketchwalk di Medan.” ­

Ruy Iskandar, Aktor Indonesia yang Tampil di Avatar: The Last Airbender

Pewawancara: Nesya Adisty Susanto (Local Contributor GNFI Sumatra Utara)

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini