Sosok Keramat Morea, Belut Raksasa Sang Penjaga Mata Air Sungai Waiselaka

Sosok Keramat Morea, Belut Raksasa Sang Penjaga Mata Air Sungai Waiselaka
info gambar utama

Warga Desa Larike, Leihitu Barat, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku memiliki hewan keramat yang dipercaya menjadi penjaga alam. Hewan keramat ini adalah belut yang dinamakan morea.

Dimuat dari Merdeka, belut-belut ini sudah ada sejak ratusan tahun silam. Selama itu, penduduk setempat tidak pernah memburunya untuk dijadikan makanan. Karena dianggap hewan suci.

Ikan Pari Jawa Dinyatakan Punah, Jadi Kepunahan Pertama Akibat Ulah Manusia

Warga Desa Larike menganggap morea sebagai penjaga mata air Wailela. Karena itulah sejak dulu, tidak ada satu warga atau orang luar desa yang berani mencuri atau membunuh morea ini karena menghormati tradisi.

“Mereka juga takut akan kutukan yang akan mereka dapatkan jika melanggar aturan ini,” papar laman Indonesia Kaya.

Bentuk hewan

Hewan yang juga dijuluki sebagai sidat ini memiliki sorot mata yang tajam. Morea mampu tumbuh panjang mencapai 2 hingga 2,5 meter. Dan memiliki berat 10 kg hingga 30 kg. Hewan ini punya nama ini dan punya dua kehidupan, air tawar dan laut.

Siklus kehidupan morea dewasa akan memijahkan telur di laut. Telur yang sudah menetas menjadi larva akan hidup sesaat di laut hingga berukuran benih atau glass eel. Setelah itu anakan belut akan berenang kembali ke perairan tawar hingga besar.

Khasiat Ikan Dewa yang Jadi Lauk Wajib Bangsawan Nusantara hingga Tionghoa

Belut raksasa atau morea di Sungai Wailela begitu banyak. Hal ini karena siklus hidupnya yang lama, sementara jumlahnya selalu meningkat. Apalagi tak ada perburuan dari warga untuk menjadikannya makanan.

“Morea akan bersembunyi di dalam lubang dan celah bebatuan. Kejernihan airnya membuat belut betah dan mudah dilihat dari atas permukaan air,” paparnya.

Dipanggil pawang

Morea tinggal di lubang-lubang alami yang terbentuk di sepanjang sungai. Mereka hanya keluar bila merasa lapar dan mencari ikan-ikan kecil untuk dimakan. Tetapi hewan ini bisa dipanggil keluar oleh pawang.

Sang pawang akan memecah telur tersebut dan membuat decakan-decakan air beserta sedikit telur mentah. Aroma amis telur akan membuat mereka keluar dari sarangnya dan mendekat ke sang pawang.

Menggali Potensi Ekonomi dari Ikan Terbang bagi Nelayan di Pulau Maluku

“Biasanya, hal inilah yang dilakukan pawang morea untuk memanggil keluar morea ketika banyak wisatawan yang berkunjung ke Desa Waai,” paparnya.

Setelah keluar sarang, para wisatawan tidak hanya bisa menyaksikan tetapi juga bisa menyentuh hingga berenang bersama. Wisatawan juga bisa memberi telur mentah sebagai makanan seperti yang dilakukan sang pawang.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini