5 Manfaat Mengikuti Kampus Mengajar, Salah Satunya Bisa Lulus Kuliah Tanpa KKN

5 Manfaat Mengikuti Kampus Mengajar, Salah Satunya Bisa Lulus Kuliah Tanpa KKN
info gambar utama

Sudah dua tahun berlalu Kampus Mengajar Angkatan 1 yang diselenggarakan Kemendikbudristek dalam programnya Kampus Merdeka. Hingga saat ini Kampus Mengajar sudah berjalan sebanyak 7 angkatan.

Di program Kampus Mengajar ini, saya ditempatkan untuk mengabdi di SDN 1 Karangpatihan Balong Ponorogo. Sebelum penerjunan untuk memulai pengabdian kita para peserta Kampus Mengajar dibekali ilmu mengajar, pengetahuan literasi dan numerasi, juga tentang pelajar pancasila dan lain-lainnya selama satu minggu melalui Zoom dan live YouTube.

Pada angkatan pertama, yang mana pandemi Covid-19 masih hangat-hangatnya, mengabdi di SD yang cukup tertinggal rasanya sangat challenging. Di SD tempat saya mengabdi, ada enam peserta lainnya dari kampus berbeda-beda dan satu dosen pendamping lapangan dari kampus lain juga.

Bersama Masyarakat, Tim KKN-PPM UGM Kelana Kendal Optimalkan Potensi UMKM di Desa Majasem

Kita berkenalan, mengurus penerjunan dan surat ijin dari Dinas Pendidikan setempat, serta membuat program kerja sampai mengabdi selama tiga bulan dari 22 Maret 2021—26 Juni 2021. Di tengah banyaknya praktikum dan menyusun laporan sebagai mahasiswa psikologi semester 6 yang berkuliah daring, mengabdi sebagai peserta Kampus Mengajar Angkatan 1, jujur saja motivasi dari benefit yang didapatkan yang membuat saya sangat bersemangat.

Enaknya Kampus Mengajar

Dapat uang saku

Katanya, kalau mendapatkan uang saku itu bonus. Namun, bagi saya, poin yang satu ini bagaikan rejeki nomplok. Di Kampus Mengajar Angkatan 1, uang saku yang didapat sejumlah Rp 1.200.000/bulan.

Namun, sebagai orang mengabdi untuk pendidikan Indonesia, ada syarat-syarat yang harus terpenuhi dahulu agar uang sakunya dapat dicairkan. Setiap hari, para peserta Kampus Mengajar perlu membuat laporan harian di akun MBKM peserta masing-masing.

MBKM itu singkatan dari Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Setelah laporan harian dan bukti pengabdian di upload, mereka masih harus melewati verifikasi dari dosen pendamping lapangan (DPL) juga. Tidak hanya laporan harian, kita juga perlu menuntaskan laporan mingguan dan laporan bulanan yang skemanya serupa, karena harus mendapat ACC dari DPL.

Potongan UKT

Hal menggiurkan selanjutnya adalah dapat potongan UKT maksimal Rp 2.500.000. Nominal ini lumayan besar bagi buat saya. Sebagai mahasiswa psikologi yang berkuliah di PTS, UKT yang perlu dibayarkan sebenarnya lebih mahal dari itu. Namun, mendapatkan rejeki dengan potongan sejumlah itu sangat meringankan beban biaya kuliah semester 6 yang harus dibayar orang tua saya.

Manfaatkan SDA, Mahasiswa KKN Tematik Unand 2024 Membuat Gapura dari Bambu

Konversi SKS

Kampus mengajar angkatan 1 waktu itu memberikan konversi sejumlah 12 SKS. Kita belajar dan berdampak dengan mengabdi di SD penempatan selama tiga bulan dan disetarakan dengan menyelesaikan 12 SKS mata kuliah, idealnya begitu.

Namun, biar tidak salah memahami, dari pihak Kampus Mengajar juga sudah menekankan jika konversi mata kuliah adalah kebijakan kampus masing-masing. Jadi, tidak serta merta setelah selesai Kampus Mengajar akan dapat 12 SKS mata kuliah yang bisa dikonversi.

Dengan pertimbangan dari Kepala Program Studi dan Dekan Fakultas, konversi yang didapatkan didiskusikan. Dari pihak fakultas dan kampus akan mempertimbangkan 12 SKS konversi dari program kerja yang terlaksana selama pengabdian dan disesuaikan dengan SKS dari prodi masing-masing.

Lulus Kuliah Tanpa KKN

Hal yang paling menggembirakan buat saya adalah saya bisa lulus kuliah tanpa KKN. Loh, kok bisa?

Begini ceritanya. Sebelumnya saya sangat pusing, sebagai mahasiswa yang berkuliah di PTS tentu saja orang tua saya harus selalu siap sedia uang. Apalagi waktu itu saya duduk di bangku semester 6. Informasi mengenai KKN dan biayanya membuat kepala cukup berdenyut-denyut.

Saya sempat bertanya teman yang sudah KKN di semester ganjil, habis berapa uang selama 40 hari KKN. Jawabannya membuat ngilu karena katanya jutaan rupiah.

Namun, karena saya alumni peserta Kampus Mengajar Angkatan 1 dan mendapatkan 12 SKS, saya dan teman-teman yang lain dari kampus yang sama ikut menyoal ini, apakah bisa konversi SKS-nya ke KKN? Puji syukur sekali, dari pihak kampus membolehkan konversi 12 SKS Kampus Mengajar ke KKN.

Senang sekali rasanya bisa lulus kuliah tanpa KKN. Kamu tertarik nggak?

Teman Lintas Prodi dan Kampus

Buat saya, Kampus Mengajar seperti KKN versi saya, tetapi levelnya beda. Saya tidak berada dalam satu tim hanya dengan teman-teman dari prodi lain, melainkan juga dari beda kampus.

Kami bahkan baru bertemu saat penerjunan Kampus Mengajar dan langsung akrab sebagai teman pengabdian selama tiga bulan. Tidak ada namanya malas-malasan karena semua harus dilaporkan.

Kerja sama tim diasah di sini. Kami harus menyusun program kerja di pertemuan awal dan berkolaborasi selama tiga bulan dalam suka dan duka. Ada sambat soal sekolah pengabdian, soal kuliah daring, dan tugas-tugasnya. Pengalaman ini menjadi momen yang tak terlupakan dan berharga selama saya jadi mahasiswa.

Melalui perjalanan sebagai salah satu peserta Kampus Mengajar Angkatan 1, saya semakin mendalami pendidikan dari kacamata seorang mahasiswa Jurusan Ilmu Psikologi. Kampus Mengajar adalah salah satu program Kemendikbudristek yang membuat saya bisa berdampak untuk pendidikan Indonesia.

Merdeka Belajar Kampus Merdeka Buka Peluang Kolaborasi dengan Inggris

Saya semakin mengetahui apa dan bagaimana seharusnya saya mengabdikan diri setelah lulus dan menjadi seorang sarjana.

Buat saya, enak-enaknya mengikuti Kampus Mengajar menjadi cerita yang tak terlupakan semasa kuliah yang bisa saya ceritakan sampai tua nanti. Ini menjadi pengalaman yang tidak bisa diulang sama sekali karena hanya sekali selamanya.

Apalagi, benefit dari mengikuti Kampus Mengajar yang paling berkesan buat saya. Bisa lulus kuliah tanpa ikut KKN wajib dari kampus. Sungguh menjadi rejeki yang luar biasa.

Bagaimana nih, tertarik kan, untuk mengabdi dan lebih memahami segala hal mengenai pendidikan di Indonesia?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

LA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini