Legenda Kolam Sampuraga, Malin Kundang Versi Mandailing Natal

Legenda Kolam Sampuraga, Malin Kundang Versi Mandailing Natal
info gambar utama

Legenda di Indonesia merambat ke seluruh daerah. Berkaitan dengan berbagai peninggalan yang masih ada hingga kini, tapi banyak juga yang berhubungan dengan tempat wisata. Alur cerita pun beragam. Namun, tidak jarang menyimpan makna yang hampir sama. Seringnya bertemakan anak yang durhaka kepada orang tuanya.

Apa yang pertama kali terlintas dalam benak Kawan tentang tema tersebut? Apakah langsung teringat dengan Malin Kundang dari Sumatra Barat?

Ya, cerita Malin Kundang memang sangat fenomenal. Bahkan, terdengar sampai negara tetangga, hingga masuk ke dalam dialog perdebatan antara Susanti, Upin dan Ipin. Kira-kira, bagaimana bila Susanti tahu kalau Indonesia punya banyak versi legenda tentang anak durhaka?

Versi lainnya berasal dari Mandailing Natal. Tidak berupa batu, meliankan kolam air panas bernama Sampuraga.

Cerita Rakyat Si Tanduk Panjang yang Malang, Tak Bersalah tapi Malah Dibuang

Terkisah, tokoh utama bernama Sampuraga yang tinggal bersama ibunya. Bertani adalah pekerjaan yang mereka geluti untuk bertahan hidup. Akan tetapi, ladang yang mereka kerjakan bukan milik mereka, melainkan orang lain.

Sampuraga dan ibunya terkenal jujur dan pekerja keras. Sampuraga pun dikenal orang sebagai anak yang berbakti pada ibunya. Hingga suatu ketika, pemilik ladang menyuarakan pendapat kepada Sampuraga.

Menurutnya, sangat disayangkan bila hidup Sampuraga dihabiskan untuk berladang saja dan akan lebih baik bila ia pergi merantau, mencari pekerjaan yang memiliki potensi besar. Sampuraga memikirkan saran itu. Tidak lupa membicarakannya pada sang ibu.

Seperti seorang ibu kebanyakan, ibu Sampuraga sangat mendukung keputusan anaknya. Ia berharap dengan merantau maka nasib mereka akan menjadi lebih baik. Akhirnya Sampuraga pun pergi setelah sebelumnya berjanji akan menjemput ibunya bila kelak telah berhasil.

Perjalanan Sampuraga dalam mencari pekerjaan sampai ke Desa Sirambas. Sebuah desa yang dipimpin oleh raja bernama Silanjang. Sampuraga pun berhasil mendapat pekerjaan dengan Raja Silanjang yang memiliki usaha dagang yang sangat besar.

Sama seperti di kampungnya, bersama Raja Silanjang pun Sampuraga bekerja dengan jujur serta rajin. Karenanya, lama-kelamaan sang raja menaruh rasa percaya yang besar pada Sampuraga. Sampai-sampai, usaha sang raja diserahkan pada Sampuraga.

Kisah Cinta Datu Museng dan Maipa Deapati, Sang ‘Romeo dan Juliet’ dari Makassar

Sampuraga berhasil, usahanya semakin berkembang dan ia menjadi pengusaha yang kaya raya. Kehidupannya pun berubah.

Di samping itu, Raja Silanjang memiliki seorang putri yang berparas jelita. Atas penilaian baiknya pada Sampuraga membawa niatnya untuk menikahkan sang putri pada Sampuraga. Tidak mungkin menolak, akhirnya Sampuraga pun menikah dengan sang putri.

Pesta pernikahan digelar secara besar-besaran. Saking besarnya, berita itu sampai ke banyak penjuru, termasuk desa kampung halaman Sampuraga. Terdengar oleh ibunya. Hanya saja, sang ibu teringat dengan janji anaknya.

Akan tetapi, berkat rasa penasaran sang ibu pun pergi ke desa di mana acara pernikahan digelar. Susah payah untuk mencapai tempat tujuan, tapi keyakinannya yang kuat bahwa anaknya tidak mungkin melupakannya membuat dirinya berjuang keras.

Ternyata benar, memang ada pesta pernikahan. Sang ibu lantas mencari sepasang pengantin dan betapa terkejutnya bahwa itu benar anaknya. Meskipun demikian, ia merasa bahagia sebab anaknya menikah dengan orang terpandang. Jadi, dengan semangat ia mendekati kedua pengantin dan berteriak menyerukan nama anaknya.

Namun ternyata, sang ibu harus mendapati kenyataan bahwa Sampuraga tidak mengakui dirinya. Sampuraga merasa malu saat melihat ibunya berdiri di antara tamu-tamu undangan yang terhormat dan berpenampilan sempurna. Berbeda dengan pakaian ibunya yang lusuh.

Sampuraga menyuruh orang untuk mengusir ibunya dan berkata bahwa ibunya sudah meninggal dunia. Tidak ada hati seorang ibu yang tidak merasa sakit bila diperlakukan demikian. Ibu sampuraga menangis tersedu-sedu. Di sela tangisnya, ia berharap Tuhan akan menunjukkan keadilan.

Setelah itu, cuaca langsung berubah. Alam berada di pihak ibu Sampuraga. Angin berembus sangat kencang, badai melanda, dan ternyata banjir air panas pun datang menghantam pesta pernikahan Sampuraga.

Tidak ada waktu untuk menyelamatkan diri. Tidak ada yang selamat, termasuk Sampuraga sendiri. Kejadian itu hanya menyisakan sebuah kolam air panas di lokasi pesta pernikahan Sampuraga. Itu sebabnya hingga kini menjadi tempat wisata dikenal dengan nama Kolam Sampuraga.

Fenomena Pohon Menangis yang Sampai Disakralkan Warga, Benar Mengandung Mistik?

Referensi:

https://dongengceritarakyat.com/dongeng-cerita-pendek-anak-anak-indonesia/

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini