Kekayaan budaya di Indonesia tak dipungkiri begitu banyak ragamnya, dari Sabang sampai Merauke memiliki keunikan dan keorisinalitasannya masing-masing. Salah satunya dalam seni musik, setiap daerah memiliki gaya, bahasa, serta aransement yang unik dalam lagu daerahnya, mencerminkan kekayaan warisan budaya yang melimpah dari beragam suku dan tradisi di seluruh nusantara.
Seperti daerah Kalimantan Timur yang menjadi asal lagu Indung Indung. Lagu yang kerap dinyanyikan para orang tua Indonesia untuk menidurkan anak anaknya. Meski kerap digunakan sebagai lagu pembawa tidur. Nyatanya, lagu Indung Indung memiliki makna mendalam. Lagu yang ditulis Ilin Sumantri ini, memiliki lirik dengan sajak berirama yang kaya akan nilai nilai aqidah Islam.
SOS! Indonesia Darurat Lagu Anak!
LIRIK LAGU
Indung indung kepala lindung
Hujan di udik di sini mendung
Anak siapa pakai kerudung
Mata melirik kaki kesandung
La haula wala kuwwata
Mata melihat seperti buta
Tiada daya tiada upaya
Melainkan Tuhan Yang Maha Esa
Aduh aduh Siti Aishah
Mandi di kali rambutnya basah
Tidak sembahyang tidak puasa
Di dalam kubur mendapat siksa
Duduk goyang di kursi goyang
Beduk subuh hampir siang
Bangunkan ibu suruh sembahyang
Jadilah anak yang tersayang
Terlihat bahwa nilai nilai aqidah islam tercermin jelas di setiap bagian lirik lagu ini. Berikut makna di setiap bait lagunya:
Indung indung kepala lindung
Hujan di udik di sini mendung
Anak siapa pakai kerudung
Mata melirik kaki kesandung
Dalam bait pertama, diawali dengan lirik “Indung indung kepala lindung, Hujan di udik di sini mendung” yang menggunakan campuran bahasa daerah dan Indonesia. Bahasa daerah tertera di kata Indung yang berarti Ibu dan kata udik yang berarti desa.
Hoala dan Koala, Upaya Selamatkan Keberadaan Lagu Anak di Indonesia
Dilanjutkan lirik “Anak siapa pakai kerudung, Mata melirik kaki kesandung.” Menjelaskan peran orang tua terutama Ibu yang mengajarkan nilai nilai bersosial budaya di daerahnya. Serta mengajarkan nilai agama islam bagi perempuan untuk menutup aurat.
La haula wala kuwwata
Mata melihat seperti buta
Tiada daya tiada upaya
Melainkan Tuhan Yang Maha Esa
Dalam bait ke dua, ada lirik yang jelas jelas menunjukkan nilai ajaran islam yaitu pada lirik pertama. Terdapatkan kalimat zikir “La haula wala kuwwata.” Memiliki makna akan kekuasaan dan keesaan Allah yang mampu mengatur dunia dan segala isinya. Manusia hanya bisa berusaha, berdoa, dan berserah pada-Nya. Karena apapun itu harapan manusia, takdir sudah diatur Yang Maha Kuasa.
Aduh aduh Siti Aishah
Mandi di kali rambutnya basah
Tidak sembahyang tidak puasa
Di dalam kubur mendapat siksa
Dalam bait ke tiga memberi peringatan akan siksa Allah bagi manusia yang suka berperilaku dan berpenampilan mewah, tetapi tidak dibarengi dengan ibadah (sembahyang maupun puasa). Hanyalah sia sia. Karena penampilan dan harta yang mewah tidak akan di bawa mati ke liang lahat.
Duduk goyang di kursi goyang
Beduk subuh hampir siang
Bangunkan ibu suruh sembahyang
Jadilah anak yang tersayang
Dalam bait terakhir, terdapat petuah untuk menjadi anak yang berbakti dengan saling mengingatkan orang tuanya untuk beribadah kepada Allah SWT dengan tepat waktu.
Itulah makna dan petuah hidup yang terdapat dalam lagu Indung-Indung dari Kalimantan Timur. Lagu yang sering dinyanyikan oleh para orang tua untuk penghantar tidur anak. Ternyata hadir sebagai pembelajaran dan doa bagi generasi muda. Agar dapat menjadi pribadi yang berakhlak mulia, menghormati dan mencintai orang tua, serta menjaga nilai-nilai budaya maupun ajaran agama.
Lagu Anak Upaya Melestarikan Budaya Sejak Dini
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News