Tumbilotohe, Tradisi Memasang Lampu Jelang Idulfitri di Gorontalo

Tumbilotohe, Tradisi Memasang Lampu Jelang Idulfitri di Gorontalo
info gambar utama

Tumbilo tohe, pateya tohe…ta mohile jakati bubohe lo popatii…

Kalimat tersebut sering dilantunkan oleh anak-anak pada saat pemasangan lampu tumbilotohe. Tumbilotohe berasal dari kata tumbilo yang berarti pasang dan kata tohe berarti lampu. Tumbilotohe adalah acara menyalakan lampu atau malam memasang lampu.

Tradisi tumbilotohe adalah sebuah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Gorontalo menjelang maghrib hingga pagi selama tiga malam terakhir bulan Ramadan. Tradisi ini dimulai pada malam ke-27 Ramadan sebagai penanda akhir bulan suci Ramadan. Praktik ini telah berlangsung sejak abad ke-15.

Pada masa lalu, tumbilotohe diadakan untuk memberikan penerangan kepada umat Islam yang hendak memberikan zakat fitrah pada malam hari. Pada saat itu, penerangan utamanya berasal dari damar dan getah pohon yang dapat menyala untuk waktu yang lama.

Awalnya, damar tersebut dibungkus dengan janur dan ditempatkan di atas kayu. Namun, seiring berjalannya waktu, penggunaan damar mulai berkurang, dan digantikan oleh minyak kelapa (padamala). Kemudian, minyak kelapa juga digantikan oleh minyak tanah.

Festival Meriam Karbit Sebagai Perayaan Hari Raya Idul Fitri di Pontianak, PKN 2023

Seiring dengan perkembangan zaman, tumbilotohe mengalami perubahan. Meskipun banyak yang beralih menggunakan lampu pijar atau lampu listrik berbagai warna, sebagian masyarakat tetap mempertahankan nilai-nilai tradisional dengan menggunakan lampu minyak tanah.

Lampu-lampu minyak tanah tersebut biasanya digantungkan pada kerangka kayu yang dihiasi dengan janur kuning. Di atas kerangka tersebut, biasanya terdapat buah pisang yang melambangkan kesejahteraan, serta tebu yang melambangkan kemanisan, keramahan, dan kemuliaan dalam menyambut hari raya Idulfitri.

Saat malam menjelang, tradisi tumbilotohe dimulai, dan Kota Gorontalo bercahaya dengan gemerlapnya lampu-lampu botol yang tidak hanya menerangi halaman rumah, kantor, dan masjid, tetapi juga mengisi lahan kosong, petak sawah, bahkan lapangan sepak bola. Lampu-lampu botol ini disusun dengan berbagai bentuk, seperti replika bangunan masjid, Al-Qur'an, kaligrafi, dan lainnya, menyinari kota dengan keindahan yang memikat.

Lampu-lampu botol ditempatkan secara berjejer di depan rumah, di pagar, atau pinggir jalan, menyerupai jemuran, dan jumlahnya bervariasi tergantung pada luas halaman rumah.

Perayaan Tumbilotohe di Gorontalo | Kemenparekraf/kemenparekraf.go.id
info gambar

Berikut ini beberapa pelengkap yang digunakan dalam tradisi tumbilotohe:

  • Lampu botol ini terbuat dari botol bekas minuman energi atau minuman kaleng, menggunakan sumbu kompor, dan digantung pada sepotong kayu atau kawat. Beberapa juga diletakkan di atas tanah, jumlahnya mencapai ribuan.
  • Kerangka pintu gerbang (alikusu). Alikusu, yang terdiri dari bambu kuning, janur, pohon pisang, tebu, dan lampu minyak, diletakkan di pintu masuk rumah, kantor, masjid, dan pintu gerbang. Alikusu berbentuk kubah masjid yang menjadi simbol utama, dengan buah pisang digantung di atasnya sebagai lambang kesejahteraan dan tebu sebagai lambang keramahan.
  • Meriam bambu (bunggo). Bunggo, yang terbuat dari bambu yang dilubangi kecuali ruas paling ujung, memiliki lubang kecil di ujungnya yang diisi dengan minyak tanah untuk menghasilkan bunyi letusan kecil.
  • Lampion bambu (landera). Lampion ini dibuat dari bambu besar yang dibelah sesuai diameter, dengan tempurung kelapa di dalamnya yang dibalut kertas warna-warni dan dipasang lampu botol.
  • Obor (moronggo). Obor merupakan lampu penerang jalan yang dibuat dari sepotong bambu kuning atau sejenisnya. Bambu tersebut diisi minyak tanah serta sumbu.
Nganteuran dan Munjung, Tradisi Berbagi Makanan Jelang Idul Fitri

Tradisi ini menjadi magnet bagi warga pendatang, terutama warga kota tetangga, seperti Manado, Palu, dan Makassar. Mereka berkunjung ke Gorontalo untuk menyaksikan tradisi tumbilotohe. Tradisi tumbilotohe terdapat di Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo.

Untuk mencapai Kota Gorontalo, tersedia berbagai jalur transportasi meliputi darat, laut, dan udara. Bagi Kawan yang berada di Sulawesi, dapat menggunakan bus antarprovinsi sebagai sarana transportasi menuju Kota Gorontalo. Sementara bagi yang berasal dari luar Pulau Sulawesi, dapat memilih jalur laut atau udara.

Gorontalo memiliki dua pelabuhan, yaitu Pelabuhan Gorontalo dan Pelabuhan Anggrek Kwandang di Kabupaten Gorontalo. Selain itu, terdapat juga bandara yang terletak di Kecamatan Tibawa, Kabupaten Gorontalo, dengan jarak sekitar 35 km dari pusat Kota Gorontalo.

Menarik ya, Kawan! Di daerah kamu, tradisi apa yang biasa masyarakat lakukan untuk menyambut hari raya Idulfitri?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

S
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini