Kepiting Tapal Kuda, Diburu karena Darah Biru yang Mahal Kini Populasinya Merosot

Kepiting Tapal Kuda, Diburu karena Darah Biru yang Mahal Kini Populasinya Merosot
info gambar utama

Kepiting tapal kuda menjadi perbincangan hangat di media sosial Twitter atau X. Hewan unik ini menjadi perhatian karena memiliki darah biru. Tetapi karena hal itulah hewan yang biasa ditemukan di wilayah Asia dan Amerika Utara terancam punah.

Dinukil dari laman Britannica, kepiting tapal kuda memiliki nama latin Limulus Polyphemus. Terlepas dari namanya, hewan ini sama sekali bukan kepiting, melainkan dengan kalajengking, laba-laba, dan tribola yang telah punah.

Kepiting tapal kuda juga disebut-sebut sebagai hewan purba yang sudah ada sejak 400 juta tahun lalu. Darah biru pada tapal kuda yang mempunyai nilai jual mahal, dinilai memiliki khasiat kesehatan tinggi.

5 Sungai di Kalimantan, Ada Sungai terpanjang di Indonesia

Jenisnya yang paling terkenal adalah spesies tunggal dari Amerika yaitu Limulus polyphemus. Selain itu ada tiga spesies lain adalah tapal kuda jepang, tapal kuda pesisir dan kepiting tapal kuda bakau.

Hewan ini paling melimpah di perairan muara, tempat mereka memakan alga, cacing laut, kerang, moluska, serta ikan mati. Kepiting tapal kuda juga dimanfaatkan sebagai makanan oleh manusia.

Diburu untuk farmasi

Kepiting tapal kuda yang di Indonesia lebih dikenal dengan nama belangkas ini banyak ditemukan di Sumatra Selatan. Hewan ini juga sedang diteliti oleh berbagai peneliti yang ada di dunia.

Darah biru kepiting tapal kuda merupakan komponen penting dalam pengujian untuk menilai keamanan vaksin, suntikan insulin, dan banyak intervensi medis lainnya yang digunakan manusia saat ini.

49 Spesies Flora Dan Fauna Baru di Indonesia Ditemukan Selama 2023

“Memanen kepiting tapal kuda untuk diambil darahnya telah menyelamatkan jutaan nyawa,” kata Rich Gorman dari Sussex University yang dimuat The Guardian.

“Jika Anda pernah diberi vaksin, Anda berterima kasih kepada kepiting tapal kuda karena telah memastikan bahwa suntikan Anda aman,” ucapnya.

Jumlahnya merosot

Namun karena eksploitasi tapal kuda harus dibayar mahal. Para ahli biologi menjelaskan terjadi penurunan drastis jumlah mereka. Ratusan ribu ekor diambil darahnya sehingga memicu kematian dan mengurangi populasi.

Penurunan ini juga mempunyai konsekuensi ekologi yang lebih luas. Penurunan besar populasi burung, seperti burung simpul merah rufa, kini dilaporkan setelah penurunan populasi kepiting tapal kuda.

Selain itu, kepiting tapal kuda menjadi sumber umn utama bagi para nelayan, dan eksploitasi yang meluas ini juga berkontribusi terhadap tekanan ekologis terhadap mereka. Akibatnya larangan pemanenan kepiting ini diberlakukan di Teluk Delaware.

Kumbang Trilobita Penghuni Pulau Sumatra, Benar Telah Hidup Jutaan Tahun Lalu?

Dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: P.20/MenLHK/Setjen/kum.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi, kepiting tapal kuda merupakan jenis yang dilindungi.

Terdapat tiga jenis kepiting tapal kuda yang dilindungi. Tiga jenis yang diatur dalam Peraturan Menteri tersebut, yakni Tachypleus gigas (belangkas besar), Tachypleus tridentatus (belangkas tiga duri), dan Carcinoscorpius rotundicauda (belangkas padi).

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini