Rumah Betang, Rumah Adat Khas Kalimantan Tengah

Rumah Betang, Rumah Adat Khas Kalimantan Tengah
info gambar utama

Rumah betang menjadi simbol kekayaan seni budaya Provinsi Kalimantan Tengah yang unik. Keberadaannya mencerminkan kekayaan tradisional yang masih terpelihara dengan baik di wilayah ini, menjadi daya tarik utama bagi wisatawan yang ingin merasakan keunikan budaya setempat.

Keunikan rumah betang tentu dapat menjadi aset pariwisata bagi Provinsi Kalimantan Tengah sehingga sektor kebudayaan dan kepariwisataan dapat dikembangkan secara maksimal.

Tahukah Kawan, rumah Betang memiliki banyak keunikan yang membuat kita terkesan. Penasaran? Berikut penjelasan, jenis-jenis, dan keunikan rumah Betang.

Apa itu Rumah Betang?

Rumah betang adalah rumah adat suku Dayak di Kalimantan Tengah yang memiliki ukuran dan bentuk bervariasi. Ada yang panjangnya mencapai 150 meter dan lebarnya 30 meter. Umumnya, rumah betang dibangun di atas panggung dengan ketinggian 3—5 meter dari tanah untuk melindungi dari banjir, binatang buas, atau serangan musuh. Tiap keluarga tinggal di bilik terpisah di dalam rumah betang yang besar itu.

Bagas Godang, Rumah Adat Mandailing yang Identik dengan Tiang Ganjil

Rumah betang umumnya dilengkapi dengan satu tangga khusus yang disebut tangga lempang, terbuat dari kayu bulat yang diatur secara khas. Tangga ini dirancang dengan praktis, dapat dilepas dan dipasang kembali sesuai kebutuhan.

Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah telah mengangkat rumah betang sebagai objek wisata yang menarik dari segi budaya dan sejarah. Saat ini, pemerintah setempat bahkan menawarkan paket wisata petualangan ke rumah betang, terutama yang sudah berusia ratusan tahun dan memiliki nilai sejarah yang kuat dalam pembentukannya.

Jenis-Jenis Rumah Betang

1. Rumah Betang Toyoi bin Panji

Salah satu rumah betang kuno terletak di Tumbang Malahoi, Kabupaten Gunung Mas. Jaraknya sekitar 190 km dari Palangkaraya. Warga setempat menyebutnya rumah betang Toyoi bin Panji karena cerita sejarahnya menyatakan bahwa rumah tersebut dibangun oleh tokoh adat setempat bernama Toyoi bin Panji.

Rumah adat ini memiliki ukuran 36 meter panjang dan 9,95 meter lebar. Dibuat dari berbagai jenis kayu seperti bangkirai, sungkai, ulin (kayu besar), dan kayu khas Kalimantan lainnya. Tiang-tiangnya juga besar, dengan tinggi mencapai 5,58 meter dan garis tengah 177 cm.

Selain sebagai tempat tinggal, rumah betang sering digunakan untuk upacara sakral dan musyawarah desa.

Rumah betang Dayak di wilayah ini memiliki fungsi yang beragam, sehingga dibangun dengan ukuran besar dan kokoh. Perjalanan menuju rumah betang juga merupakan pengalaman petualangan alam yang menarik, seperti menjelajahi sungai yang berjeram, lembah berbukit, dan hutan tropis yang memukau.

2. Rumah Betang Ojung Batu

Rumah Betang dengan panjang 150 meter
info gambar

Salah satu rumah betang yang terjaga dengan baik dan sering menjadi tujuan wisata di Kecamatan Delang, Kabupaten Lamandau, adalah rumah betang Ojung Batu. Yang membedakan rumah betang ini dari yang lain adalah keberadaan banyak tajau di dalamnya.

Konon, rumah betang ini dahulu merupakan kediaman seorang tokoh masyarakat Dayak yang sangat kaya, yang memiliki ribuan tajau. Tajau adalah sebuah benda serupa dengan tempayan yang dianggap sebagai simbol kekayaan dan status oleh masyarakat lokal.

Rumah Betang Ojung Batu menampilkan keunikan yang khas. Dengan panjang sekitar 200 meter, rumah ini memiliki panggung bertiang dari kayu ulin dengan diameter lebih dari 50 cm dan tinggi 1,5 meter. Atapnya yang terbuat dari kayu ulin memberi kesan tradisional dengan gaya sirap.

Limasan, Rumah Adat Masyarakat D.I.Yogyakarta di Pulau Jawa: Ini Ceritaku Menginap Disana!

Pada rumah betang ini terdapat puluhan bilik, dan setiap keluarga mendiami satu bilik. Setiap keluarga memiliki koleksi barang antik seperti piring keramik, gong, meriam kuno, talam tembaga, serta berbagai perhiasan Cina dan Belanda yang sudah langka.

Penghuni rumah betang Ojung Batu juga dikenal memiliki keahlian seni budaya yang tinggi. Ini tercermin dari berbagai ukiran yang menghiasi hampir seluruh bagian rumah, keberadaan mandau (senjata khas suku bangsa Dayak) yang tergantung di dinding, tombak, dan berbagai anyaman dari rotan.

3. Rumah Betang Tumbang Gagu

Rumah betang di Desa Tumbang Gagu, Kecamatan Tumbang, Kabupaten Katingan terdapat sebuah rumah betang yang sangat terkenal dan tetap mempertahankan keasliannya. Rumah betang ini telah berdiri sejak tahun 1870 dan membutuhkan waktu pembangunan selama tujuh tahun. Menjadi salah satu bangunan tertinggi di Pulau Kalimantan, rumah ini terletak sekitar 5 meter di atas tanah.

Konstruksi rumah betang Tumbang Gagu menggunakan kayu besi atau ulin, kayu khas Kalimantan yang dikenal karena kekuatan dan ketahanannya yang luar biasa. Tangga rumah dibuat dari batang pohon yang disusun secara berundak untuk menghindari serangan binatang buas. Selain itu, tangga tersebut dirancang agar tidak permanen sehingga dapat dipindahkan atau diangkat ke dalam rumah sesuai kebutuhan.

Keunikan Rumah Betang

Rumah betang mencerminkan semangat kebersamaan dan keunikan. Setiap keluarga yang tinggal di sana sepakat untuk menjaga suasana harmonis. Ketika satu keluarga mengadakan hajatan, biaya dibagi secara bersama-sama oleh semua keluarga. Begitu pula saat ada musibah, kesedihan dirasakan bersama oleh seluruh penghuni rumah betang.

Keunikan lainnya yang menonjol adalah koleksi barang-barang berharga di dalam rumah betang. Di sana, terdapat benda-benda langka yang sebagian besar sudah tidak diproduksi lagi saat ini. Barang-barang tersebut meliputi piring dan mangkuk dari keramik, patung kayu, lukisan dari kulit kayu dan kulit binatang, lesung untuk menumbuk padi, mandau (senjata tradisional suku Dayak), pakaian perang, sumpit untuk berburu, dan tanduk binatang.

Selain itu, di depan rumah betang terdapat dua tolem atau patung kayu khas suku Dayak. Ukurannya besar, dengan diameter sekitar 40—50 cm dan tinggi mencapai 7 meter. Tolem pertama menghadap ke timur dan biasanya digunakan untuk mengikat binatang kurban pada upacara kegembiraan, seperti saat kelahiran atau panen padi. Sementara itu, tolem kedua menghadap ke barat dan dipergunakan untuk mengikat binatang kurban dalam upacara berkabung, seperti saat kematian.

Rumah Adat Banjar Pesayangan Martapura, Rumah Batu yang masih terjaga hingga di era modern

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

S
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini