Ragam Oleh-Oleh Khas Indonesia, Pengaruh Historis dan Letak Geografisnya

Ragam Oleh-Oleh Khas Indonesia, Pengaruh Historis dan Letak Geografisnya
info gambar utama

Bukan hanya tentang keragaman alam dan wisata yang melimpah, seni budaya yang rupa-rupa bentuk dan warnanya, nampaknya, Indonesia juga dikaruniai kekayaan ragam boga dan kreasi di setiap daerahnya. Berbagai macam boga dan kreasi kerajinan tangan ini tentu akan ramai sebagai buah tangan di momentum tertentu.

Oleh-oleh ini biasanya ramai diburu, bukan hanya saat liburan saja, tapi pada momentum Lebaran juga. Menjelang lebaran, budaya berkunjung ke sanak-saudara sudah menjadi kebiasaan. Sebagai ruang temu untuk saling bersilaturahmi dan mempererat tali kasih.

Saat berkunjung ke sanak saudara, biasanya datang dengan membawa buah tangan atau oleh-oleh dari tempat masing-masing. Biasanya yang dibawa dari perantauan, bisa berbentuk kuliner atau kreasi kriya.

Bukan hanya sebagai oleh-oleh, menjelang Lebaran biasanya juga mulai sibuk mencari referensi hampers Lebaran untuk saudara, rekan kerja, hingga orang terkasih. Berbagai macam pilihan, karena begitu banyak ragamnya.

Berkirim hampers Lebaran kepada orang terkasih tak sekadar memberikan bingkisan saja. Momen ini sebagai salah satu cara mempererat silaturahmi dengan orang lain hingga menumbuhkan rasa berbagi, sekaligus bersyukur atas segala hal yang didapatkan.

Perlu diketahui berbagai macam oleh-oleh yang berbentuk jajanan, roti, ataupun kuliner dan kreasi kriya yang ada di masyarakat saat ini sangat dipengaruhi oleh letak wilayah geografis dan histori bagaimana daerah tersebut dulu dibentuk.

Setiap wilayah di Indonesia membentuk potensi kulinernya masing-masing. Ini menjadikan kuliner di setiap wilayah di Indonesia memiliki karakteristik tersendiri.

Keberagaman ini merupakan puncak dari perjalanan panjang sejarah kuliner Indonesia dari zaman prasejarah hingga saat ini.

Perantau ini bisa jadi agen promotor atau istilah pronya ‘diaspora’ untuk mengenalkan bermacam-macam ragam kuliner dan kreasi kriya.

8 Jenis Kerupuk Tradisional Indonesia untuk Pelengkap Makanan dan Camilan

Akulturasi Budaya Asing

Keberagaman kuliner Indonesia tidak hanya ditentukan dari unsur lokal, tetapi juga disebabkan oleh pengaruh dari luar. Seperti yang kita diketahui, ras dan suku di Indonesia dipengaruhi juga oleh pendatang yang menempati wilayah negara kita. Maka tidak heran jika keberagaman ini akhirnya juga membawa budaya baru yang bercampur dan disesuaikan dengan budaya kita.

Pengaruh pendatang yang datang ke Indonesia dan membawa budaya baru, tentu tidak ditolak mentah-mentah. Budaya yang ada diselaraskan hingga akhirnya sampai kini terdapat berbagai kudapan atau kreasi yang dapat ditemui.

Akulturasi Eropa

Usaha bangsa Eropa untuk menjajah Indonesia selama beratus tahun lamanya tentu membawa kebiasaan mereka untuk diterapkan di Nusantara. Lewat kolonialisme, bangsa Eropa memperkenalkan roti, keju, steik panggang, wafel, dan panekuk.

Di era kolonial, bangsa Eropa mengonsumsi roti dengan mentega, keju, dan selai buah. Makanan-makanan itu akhirnya berakulturasi dengan sajian khas Nusantara.

Beberapa hasil akulturasi di antaranya adalah kue bolu, kue sus, kue lidah kucing, nastar, lapis legit, spiku, dan kaasstengel. Tak sedikit resep yang diciptakan sebagai masakan perpaduan Hindia Belanda, menggunakan bahan-bahan asli Indonesia, tetapi dengan teknik memasak Eropa. Tentu aneka kue ini akan ramai diburu sebagai oleh-oleh juga dihidangkan di meja-meja saat lebaran.

Akulturasi Tiongkok

Warga Tionghoa terkenal dengan makanannya yang lezat, salah satunya adalah bakpia. Saat Berlibur ke Yogyakarta dan ditanya oleh-oleh apa? Pasti banyak yang menjawab bakpia. Siapa sangka, kudapan ini merupakan oleh-oleh khas Jogja dari hasil akulturasi budaya Jawa dan Tiongkok.

Dilansir dari laman Kemenparekraf, bakpia berasal dari dialek Hokkian, Tou Luk Pia, yang berarti kue atau roti berisi daging. Sejak pertama kali dibawa ke Yogyakarta, bakpia dibuat dengan isian daging dan minyak babi. Lantas, dimodifikasi dan disesuaikan dengan lidah masyarakat Yogyakarta. Sehingga lahirlah bakpia menggunakan isian kacang hijau tanpa minyak babi, hingga seperti sekarang dengan berbagai macam varian isian.

Pengaruh Timur Tengah

Makanan Timur Tengah identik dengan rasa yang sangat kaya, hidangan ini banyak menjamur di daerah Sumatra. Salah satu yang juga menjadi ciri khas makanan Timur Tengah adalah kaya akan rempah, misalnya rendang. Campuran bumbu yang terdapat di dalam rendang menghasilkan cita rasa yang khas dan nikmat, seperti halnya pluralisme di Indonesia yang menghasilkan keunikan dan persatuan.

Rendang merupakan akulturasi dari India. Interaksi dengan pedagang India dan Timur Tengah menjadi gerbang islamisasi di wilayah pesisir. Bukan hanya itu, perkawinan antara pedagang dengan penduduk juga melahirkan masyarakat yang multietnik. Sesuai dengan pembahasan di atas, percampuran tersebut juga mengawinkan bermacam hal, termasuk kuliner rendang.

Di daerah Jawa, bentuk pengaruh Timur Tengah ada juga. Hasil olahan ini lahir karena kerinduan sebuah rasa. Hadirnya madumongso, merupakan salah satu kuliner yang lahir karena rindu akan buah kurma. Maka dari itu, dibuatlah jajanan yang rasanya manis dan teksturnya seperti buah kurma.

Makanan ringan ini mirip jenang atau dodol. Berbahan dasar beras ketan hitam yang memiliki rasa asam manis. Cita rasa madumongso berasal dari hasil fermentasi ketan hitam yang dibuat tape terlebih dahulu. Setelah proses fermentasi selesai, tape ketan tersebut ditambahkan dengan bahan-bahan lainnya dan dimasak hingga mengental seperti dodol.

Madumongso biasanya dikemas dengan kertas minyak yang warna-warni. Jajanan ini juga sering kali dihidangkan saat lebaran, terkhususnya area Jawa Timur.

Mengenal Kerupuk Klejat, Kerupuk dari Kerang Laut Khas Bali

Setelah mengenal beberapa kudapan yang bisa dijadikan oleh-oleh khas Lebaran. Mari, mengenal ciri khas yang dihasilkan berdasarkan letak geografisnya.

Letak Wilayah Geografis

Berdasarkan letak geografisnya, Indonesia yang membentang dari Sabang—Merauke. Wilayahnya terbagi dari pesisir lautan, daratan, dan pegunungan. Kondisi alam ini tentu mempengaruhi hasil bumi yang dihasilkan. Makanan di daerah pegunungan tentunya berbeda dengan makanan di daerah pantai.

Wilayah Pegunungan

Daerah-daerah pegunungan yang biasanya mempunyai tingkat kesuburan tanah tentu memiliki hasil pangan yang melimpah pula. Hasil tani dan kebun ini diolah menjadi berbagai macam kudapan khas yang dapat dijadikan oleh-oleh, misalnya keripik buah. Trend makan buah sebagai cemilan kini mulai marak, maka solusinya adalah menjadikannya sebagai keripik buah.

Malang adalah salah satu kota yang banyak menghasilkan industri keripik buah dan yang paling terkenal adalah apel. Namun, banyak buah lain yang juga dimanfaatkan sebagai aneka keripik, seperti nangka, ubi, dan pisang. Hasil tani dan kebun ini dikonsumsi untuk sehari-hari, pada saat lebaran pun biasanya sebagai oleh-oleh untuk sanak saudara.

Selain berbagai jenis keripik, bahan untuk diseduh sebagai minuman seperti berbagai jenis wedang juga dihasilkan dari pegunungan. Contohnya saja wedang jahe, wedang uwuh, dan yang lainnya. Seringkali jamu, yang dikeringkan ini dijadikan untuk oleh-oleh juga.

Wilayah Pesisir Pantai

Wilayah pesisir pantai tentu mempunyai kekayan laut yang melimpah, maka sesuatu yang dihasilkan tentu berupa hasil daripada laut itu sendiri. Biota laut yang melimpah biasanya selain dikonsumsi langsung dengan diolah secara sederhana juga dijadikan olahan yang awet.

Beberapa olahan yang awet dan dapat dijadikan oleh-oleh antara lain abon ikan, olahan terasi udang, kerupuk ikan, dan snack rumput laut.

Penjelasan di atas adalah berbagai hal yang dapat memengaruhi hadirnya sebuah olahan kuliner yang dapat dijadikan oleh-oleh, khususnya menjelang lebaran kali ini. Jika di daerah Kawan GNFI, ada oleh-oleh apa saja?

Renyahnya Dorokdok, Kerupuk Khas Garut




Sumber referensi:

  • https://www.kemenparekraf.go.id/ragam-ekonomi-kreatif/tak-melulu-kue-ini-pilihan-hamper-lebaran-kekinian
  • https://www.sehataqua.co.id/oleh-oleh-makanan-khas-indonesia/
  • https://www.kemenparekraf.go.id/hasil-pencarian/kuliner-khas-nusantara-hasil-akulturasi-budaya
  • https://www.unpad.ac.id/profil/fadly-rahman-m-a-kita-bisa-belajar-sejarah-dari-makanan/

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

RP
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini