Ekonomi Stabil, Lembaga Pemeringkat Fitch Pertahankan Investment Grade Indonesia

Ekonomi Stabil, Lembaga Pemeringkat Fitch Pertahankan Investment Grade Indonesia
info gambar utama

Salah satu lembaga pemeringkat utang internasional, Fitch, pada 10 Agustus 2020 lalu mempertahankan Sovereign Credit Rating pada peringkat BBB yang masuk dalam kategori investment grade atau negara layak investasi.

Outlook yang diberikan Fitch kepada Indonesia juga masih dalam kategori stabil.

Salah satu faktor kunci yang mendukung afirmasi peringkat Indonesia, menurut pandangan Fitch adalah prospek pertumbuhan ekonomi jangka menengah yang baik dan beban utang pemerintah yang relatif rendah.

Indonesia sendiri dianggap mampu mengendalikan perekonomian dalam negeri di tengah ketidakpastian akibat pandemi Covid-19.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, juga mengatakan bahwa afirmasi peringkat Indonesia ini merupakan salah satu pengakuan Fitch terhadap stabilitas makroekonomi dan prospek ekonomi jangka menengah Indonesia yang tetap terjaga.

Hal ini terlihat bagaimana sikap pemerintah Indonesia untuk upaya menstabilkan ekonomi untuk menahan segala tekanan yang terjadi di perekonomian global.

Fitch juga memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berpotensi menjadi 6,6 persen pada 2021 mendatang dan bahkan angka tersebut mampu dipertahankan hingga tahun 2022.

Menurut Fitch, hal ini karena Indonesia didukung oleh fokus pemerintah pada pembangunan infrastrukturnya.

Untuk diketahui, Fitch telah memberikan kategori investment grade kepada Indonesia sejak tahun 2011 silam. Indonesia baru mendapat peringkat ke level BBB dari Fitch pada Desember 2017.

Dan Indonesia berhasil mempertahankan peringkat BBB dengan outlook stabil dari Fitch sejak 24 Januari 2020 lalu.

Beberapa Pertimbangan Fitch Mendukung Afirmasi

Lembaga Pemeringkat Utang Fitch
info gambar

Meski perekonomian Indonesia sempat terkontraksi pada kuartal II (Q2) 2020 yaitu tumbuh di angka -5,3 persen, terbukti bahwa aktivitas makroekonomi Indonesia masih menunjukan stabilitas yang cukup solid.

Ada berbagai indikator ekonomi yang menunjukkan bahwa stabilitas makroekonomi Indonesia masih terjaga. Seperti angka inflasi pada Juli 2020 yang tercatat tumbuh 1,54 persen (year on year).

Angka tersebut masih diperkirakan akan tumbuh dan berada di kisaran 3 persen untuk sepanjang tahun 2020.

Sejalan dengan itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga masih terlihat stabil, dengan kata lain tidak bergerak dalam volatilitas tinggi. Bahkan pergerakan rupiah tercatat menguat hingga 14,4 persen pada Q2 2020.

Dua indikator tersebut juga didukung oleh cadangan devisa Indonesia yang hingga akhir Juli 2020 mencapai level tertingginya sepanjang masa. Bank Indonesia mencatat bahwa cadangan devisa Indonesia ada di posisi 135,1 miliar dolar AS.

Angka tersebut sudah menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah yang pernah dicapai pada Januari 2018 yang berada di posisi 131,98 miliar dolar AS.

Baca Juga: Mantap! Cadangan Devisa Indonesia Capai Level Tertinggi Sepanjang Sejarah

Dengan jumlah cadangan devisa tersebut, negeri ini sedikitnya sudah mampu menangani masalah pembiayaan impor selama 8,6-9,0 bulan, serta pembayaran utang luar negeri.

Bahkan jumlah tersebut sebenarnya sudah sangat jauh di atas standar kecukupan internasional yang biasanya cukup untuk membiayai 3 bulan impor.

Dilihat dari sisi kebijakan fiskal pemerintah Indonesia, Fitch menilai kebijakan yang diberlakukan sudah dilakukan secara hati-hati sehingga mampu memberi ruang untuk perubahan kebijakan yang harus ditempuh pemerintah untuk mengatasi dampak pandemi Covid-19.

‘’Mengacu pada deficit fiskal selama satu dekade terakhir yang selalu berada di bawah 3 persen dari PDB, Fitch meyakini pemerintah akan memenuhi komitmennya untuk membawa defisit fiskal kembali di bawah 3 persen dari PDB pada 2023,’’ ungkap Fitch dalam pernyataan tertulisnya yang dikutip Bank Indonesia. (h/t Warta Ekonomi)

Tantangan yang Dihadapi Indonesia

Ekonomi Indonesia
info gambar

Fitch pun tidak serta merta akan mempertahankan peringkat utang Indonesia tersebut. Pasalnya masih ada beberapa tantangan yang akan dihadapi oleh Indonesia yang bisa saja mengganggu stabilitas ekonomi Indonesia.

Salah satunya adalah masih tingginya ketergantungan Indonesia terhadap sumber pembiayaan eksternal, pemasukan pemerintah yang rendah, dan PDB per kapita yang masih tertinggal dibandingkan negara-negara peers.

Untuk diketahui, negara-negara peers adalah negara-negara yang memiliki peringkat setara, termasuk negara dengan peringkat BB.

Terkait kekhawatiran defisit fiskal, Fitch memperkirakan bahwa defisit fiskal Indonesia akan meningkat menjadi sekitar 6,0 persen pada 2020 ini. Meningkat cukup tajam dari defisit fiskal 2019 yang mencapai 2,2 persen.

Bukan tanpa alasan memang, hal ini dipengaruhi oleh belanja pemerintah yang tinggi di tengah penerimaan yang lebih rendah akibat perlambatan ekonomi.

Meski begitu, Fitch memandang bahwa Indonesia mampu menurunkan defisit fiskal tersebut menjadi 5,0 persen pada 2021 dan terus menjadi 3,5 persen pada 2022. Hal ini akan berjalan seiring berkurangnya pengeluaran karena pulihnya situasi pasca pandemi nanti.

Serba-Serbi Peringkat Utang

Peringkat Utang Indonesia
info gambar

Mengapa peringkat utang ini penting?

Sederhananya, peringkat utang ini sama seperti ketika Kawan GNFI melakukan pembayaran kartu kredit. Kalau pembayaran tagihannya lancar, maka peringkat kreditnya akan baik.

Begitu pula dengan negara, jika tidak ada indikasi kredit macet, maka dinilai bahwa potensi gagal bayar ke depannya akan semakin kecil. Kalau ternyata begitu, maka peringkatnya juga akan dinaikan.

Semakin tinggi peringkatnya maka itu menunjukan bahwa kinerja perekonomian suatu negara bisa dipercaya. Risiko gagal bayarnya rendah. Artinya, peluang investasinya juga akan semakin menarik. Ini akan menarik investasi secara langsung (Foreign Direct Investment) yaitu investasi ke sektor riil, serta investasi tidak langsung seperti di sektor pasar modal dan pasar keuangan.

Peringkat paling tinggi adalah AAA diberikan oleh negara-negara ekonomi besar di dunia seperti AS, Inggris, Jerman, Perancis, Australia, Kanada, Swiss, dan lainnya. Peringkat AAA tersebut diberikan oleh lembaga Fitch. Setiap lembaga mempunyai pandangannya masing-masing, meski begitu peringkat yang diberikan tidak begitu berbeda.

Selain Fitch lembaga analis keuangan internasional lainnya yang memberikan peringkat antara lain, Standard & Poor’s (S&P), Moodys, Rating and Investment (R&I), dan Japan Credit Rating Agency (JCRA). Selain memberikan peringkat, mereka juga selalu menilai outlook ranking tersebut setiap tahunnya. Outlook yang diberikan adalah stable dan positive. Jika sudah diberikan outlook positive, maka berpotensi mendapat kenaikan peringkat.

Peringkat utang ini juga dibagi dalam beberapa kategori, antara lain (1) investment grade; (2) non investment grade atau low credit worthiness; (3) substansial risk or in default.

--

Sumber: Warta Ekonomi | Bank Indonesia | DJPPR | DDTC | Investing Indonesia

--

Baca Juga:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dini Nurhadi Yasyi lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dini Nurhadi Yasyi.

Terima kasih telah membaca sampai di sini