Mengintip Kehidupan Tradisional Masyarakat 4 Desa Adat di Pulau Lombok

Mengintip Kehidupan Tradisional Masyarakat 4 Desa Adat di Pulau Lombok
info gambar utama

Pulau Lombok di Nusa Tenggara Barat selama ini dikenal sebagai surga bagi turis yang gemar wisata alam. Memang nyatanya di sana banyak objek wisata alam yang populer dengan keindahannya, seperti Gunung Rinjani, Pantai Senggigi, Pantai Tanjung Aan, Bukit Merese, Kuta Mandalika, dan Gili Trawangan.

Namun, Lombok bukan hanya tentang keindahan alamnya. Di sana pun masih banyak desa-desa adat yang mempertahankan kehidupan tradisional. Tak ada salahnya menyempatkan diri mengunjungi desa-desa tersebut bila sedang liburan ke Lombok. Sebab, pengunjung akan melihat langsung bagaimana kehidupan warga desa sehari-hari yang menarik di sana dan tentunya akan jadi pengalaman berbeda.

Berikut 4 desa adat yang ada di Lombok:

Desa Dusun Beleq

Desa Torosiaje, Kampung di Atas Laut Kediaman Suku Bajo

Desa Dusun Beleq berlokasi di daerah Gumantar, Kecamatan Khayangan, Lombok Utara. Di dalam dusun yang telah dibangun sejak 200 tahun lalu ini terdapat rumah-rumah tradisional dan menempati lahan seluas dua hektare. Di sana, tak ada listrik dan bangunan modern, sehingga kesan desa tradisionalnya masih terasa kental.

Kawasan desa ini dibagi menjadi beberapa area, yaitu Bale Pegalan, Rumah Penghulu, Rumah Pemangku, Rumah Raden, Rumah Mekel, dan Rumah Tuaq Lokak. Bale Pegalan menjadi rumah induk yang penempatannya berada di tengah kampung dan berfungsi sebagai tempat musyawarah terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan adat. Bale juga tidak dihuni dan hanya digunakan oleh pemangku adat pada momen tertentu.

Meski usianya sudah ratusan tahun, warga setempat terus merawat rumah-rumah tradisional di sana sehingga kondisinya masih baik. Uniknya, di desa ini hanya ada tujuh rumah saja. Konon, Dusun Baleq didirikan oleh tujuh pasangan yang selamat dari letusan Gunung Rinjani beberapa abad lalu. Mereka akhirnya kabur ke Lembah Rinjani dan mendirikan rumah.

Masyarakat Dusun Baleq juga memegang teguh Watu Telu, merujuk pada hal-hal yang mengisi dunia ini. Mereka percaya bahwa semua yang ada di dunia ini berasal dari kelahiran, bertelur, dan tumbuh.

Mereka juga sebenarnya cukup fleksibel dengan perubahan zaman. Namun, syarat melakukan perubahan adalah ketika semua warga sudah mampu melakukannya, misalnya berpakaian dan mengenyam pendidikan formal.

Ritual Ruwat Desa, Representasi Rasa Cinta kepada Sang Babat Alas di Desa Pagerngumbuk

Desa Bayan Beleq

Desa Bayan Beleq berada di Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara. Di sana terdapat sebuah bangunan masjid tua yang jadi daya tarik desa adat ini. Namanya ialah Masjid Kuno Bayan Beleq, tempat ibadah umat Muslim tertua di Lombok dan jadi peninggalan terbesar yang jadi saksi bisu penyebaran agama Islam di Lombok sekitar abad ke-16.

Bangunan masjid ini telah ditetapkan sebagai situs cagar budaya yang dilindungi pemerintah. Keberadaan Masjid Kuno Bayan Beleq menggambarkan peradaban masyarakat Lombok Utara yang dibangun berdasarkan kesadaran kosmos, kesadaran sejarah, kesadaran adat dan kesadaran spiritual.

Melihat Rumah Adat dan Kuburan Batu di Desa Kete Kesu Tana Toraja

Desa Segenter

Desa Segenter menjadi salah satu desa adat Sasak yang dijadikan desa wisata budaya oleh Pemerintah Lombok. Masyarakat yang mendiami kampung ini ialah bagian dari suku Sasak, sama seperti mereka yang menghuni Desa Sade dan Desa Ende. Sedangkan mereka yang tinggal di Desa Bayan biasa disebut Orang Bayan.

Termasuk desa tertua, masyarakat Suku Sasak di sana masih mempertahankan adat dan tradisi yang dijalankan turun-temurun. Kebanyakan warganya bekerja sebagai petani. Bila mengunjungi desa ini di pagi dan siang hari, suasananya akan tampak sepi karena mereka pergi ke sawah atau ladang. Namun, pengunjung juga bisa melihat beberapa warga yang membuat kerajinan anyaman dari bambu.

Untuk mengunjungi Desa Segenter, hanya ada satu gerbang masuk dan keluar. Di sana, turis dapat melihat bangunan rumah tradisional beratapkan ilalang, lantai dari tanah liat, dan dindingnya dari anyaman bambu.

Di dalam rumah, akan ada beberapa bagian seperti Amben Belek untuk menyimpan peralatan dapur, Inan Balek untuk pengantin baru, serta Berugak, bale-bale yang biasa jadi tempat menerima tamu atau kumpul keluarga.

Menjelajahi 4 Desa Wisata di Nusa Tenggara Barat

Desa Ende

Kemudian ada Desa Ende yang terletak di Desa Sengkol, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah. Tempat ini memang belum setenar Desa Sade sehingga masih belum ramai dikunjungi wisatawan.

Di desa ini, pengunjung bisa menyaksikan masyarakat yang membuat kerajinan tangan dan tenun tradisional. Nantinya, semua hasil karya akan dikumpulkan di koperasi desa sehingga tak ada warga berjualan di rumah masing-masing.

Mayoritas rumah di Desa Ende masih tradisional, beratap alang-alang, menggunakan dinding dari bilik bambu, dan lantainya pun masih menggunakan campuran tanah liat serta kotoran sapi yang memang jadi khas Suku Sasak.

Rumah-rumah tradisional di Desa Ender tersusun rapi dan semua tampilannya seragam. Rata-rata ukuran rumah sekitar 5x7 meter dan serba sederhana. Uniknya, pintu rumah tampak lebih pendek. Konon, pembuatan pintu pendek itu memang disengaja agar para tamu yang masuk rumah memberi hormat pada pemilik rumah.

Jika berkunjung ke Desa Ende, kemungkinan Anda bisa menyaksikan Presean, pertarungan dua laki-laki Suku Sasak dengan senjata rotan sebagai pemukul dan tameng. Presean biasanya dilakukan untuk membuktikan ketangkasan, ketangguhan, keberanian bagi para lelaki Suku Sasak dalam bertanding. Tak hanya itu, tradisi ini juga biasa digelar dalam ritual pemanggil hujan saat musim kemarau.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dian Afrillia lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dian Afrillia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini