Kerajaan Gowa Tallo: Kesultanan Islam Penguasa Maritim di Sulsel

Kerajaan Gowa Tallo: Kesultanan Islam Penguasa Maritim di Sulsel
info gambar utama

Kerajaan Gowa Tallo adalah kerajaan bercorak Islam yang juga dikenal dengan nama Kerajaan Gowa, Kesultanan Gowa atau Kerajaan Makassar. Beberapa peninggalan sejarah menjadi bukti berdirinya Kesultanan Islam ini di masa lampau. Kerajaan ini dikenal akan kekuatan militer dan pengaruh yang cukup kuat terutama pada pusat perdagangan terbesar saat kepemimpinan Sultan Hasanuddin.

Kerajaan Gowa Tallo berlokasi di Makassar, Sulsel. Sementara ibukota kerajaan ini berada di Kota Sungguminasa, Kabupaten Gowa. Kekuasaan Gowa Tallo ini sangat luas, bukan hanya di Sulawesi penyebaran kerajaan ini juga sampai ke Kalimantan dan Nusa Tenggara.

Sejarah Kerajaan Gowa Tallo

sejarah kerajaan gowa tallo
info gambar

Sebelum terbentuk menjadi Kerajaan Gowa Tallo, terdapat sembilan negeri atau daerah yang masing-masing dikepalai oleh seorang penguasa yang dikenal dengan sebutan Raja Kecil. Daerah ini di antaranya adalah Tombolo, Lakiung, Samata, Parang-parang, Data, Agang Je’ne, Bisei, Kalling dan Sero.

Hingga suatu ketika, Paccallaya bersama raja-raja kecil ini kebingungan karena tidak memiliki raja sehingga mereka mengadakan musyawarah dan memohon kepada Dewata agar menurunkan seorang wakilnya untuk memerintah Gowa.

Lalu, diangkatlah Tumanurung menjadi Raja Gowa pada tahun 1320, sehingga kedudukan sembilan raja kecil berada di bawah pemerintahan Tumanurung Bainea selaku Raja Gowa pertama yang bergelar Karaeng Sombaya Ri Gowa. Raja kecil hanya merupakan Kasuwiyang Salapanga atau Sembilan Pengabdi dan lembaga ini berubah menjadi Bate Salapang atau Sembilan Pemegang Bendera.

Baca juga: Sejarah Kerajaan Samudera Pasai

Nama Pemimpin Kesultanan Gowa Tallo

raja-raja gowa tallo
info gambar

Silsilah Kerajaan Gowa Tallo bisa dikatakan cukup rumit dan masa pemerintahannya cukup panjang, bahkan dalam setiap pemerintahannya terdapat dua raja dalam masa kepemimpinannya.

Nah, setelah didirikan oleh Tumanurung Bainea Kerajaan Gowa Tallo digantikan oleh keturunannya yaitu Barayang. Sebelum menganut agama Islam, awalnya masyarakat memeluk kepercayaan animisme atau kepercayaan terhadap makhluk halus dan roh nenek moyang serta memeluk agama Hindu. Mereka percaya bahwa setiap benda yang ada di bumi memiliki jiwa yang harus dihormati agar tidak mengganggu manusia.

Dan pada tahun 1051 H atau 1605 M, Dato Ribandang menyebarkan Agama Islam di Kerajaan Gowa dan Raja I Mangarangi Daeng Manrabia menyatakan masuk agama Islam dan mendapat gelar Sultan Alauddin teoatnya pada 20 September 1605 M. Hal ini juga diikuti oleh Raja Tallo I yaitu Mallingkaang Daeng Nyonri Karaeng Katangka dan mendapatkan gelar sebagai Sultan Awwalul Islam yang mengenalkan shalat Jum’at untuk pertama kalinya kepada masyarakat.

Sejarah berdirinya Kerajaan Gowa telah mengalami 36 kali pergantian Somba atau Raja mulai dari Tumanurung Bainea hingga Raja Sultan Hasanuddin.

Masa Kejayaan Kerajaan Gowa Tallo

masa kejayaan kerajaan gowa tallo
info gambar

Kerajaan Gowa Tallo mencapai puncak kejayaan pada masa kepemimpinan Sultan Hasanuddin, di mana Raja Gowa ke-16 ini berhasil memajukan pendidikan dan kebudayaan Gowa Tallo. Bahkan ia bergelar pahlawan nasional dengan julukan Ayam Jantan dari Timur yang tak mudah terpengaruh oleh bangsa asing.

Sosok Sultan Hasanuddin ini terkenal akan keberaniannya yang menentang keras kehadiran VOC dalam perang Makassar (1666-1669) di mana saat itu VOC menguasai sebagian kerajaan-kerajaan kecil di Sulawesi.

Kerajaan Gowa Tallo juga menjadi salah satu wilayah yang menjadi pusat perdagangan terbesar di Indonesia bagian timur, di mana banyak saudagar muslim dari berbagai wilayah datang ke Gowa untuk berdagang. Sementara, Kerajaan Gowa sebagian masyarakatnya berprofesi sebagai nelayan.

Masa Kemunduran Kerajaan Gowa Tallo

Kebebasan berdagang di laut lepas menjadi garis kebijakan Gowa pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin pada tahun 1651-1670, namun VOC menentang hak ini dan menimbulkan perseteruan yang membuat Sultan Hasanuddin menyerang posisi Belanda di Buton. Peperangan terus menerus terjadi antara Kerajaan Gowa dengan VOC yang membuat kerugian yang cukup besar dari kedua belah pihak.

Guna menghindari kerugian ini dan pengorbanan rakyat, Sultan Hasanuddin menerima permintaan damai VOC. Dan dibuatkan sebuah perjanjian yang dikenal dengan Perjanjian Bongaya (Cappaya ri Bungaya) pada 18 November 1667, namun perjanjian ini membuat masyarakat Gowa rugi.

kerajaan gowa tallo makassar sulsel
info gambar

Pertempuran melawan Belanda kembali terjadi yang berakhir dengan jatuhnya Benteng Somba Opu secara terhormat, bahkan Sultan Hasanuddin bersumpah tidak sudi bekerja sama dengan Belanda. Sultan Hasanuddin akhirnya mundur sebagai Raja Gowa ke-16 pada tanggal 1 Juni 1669 setelah hampir 16 tahun melawan penjajah.

Setelah kekalahan tersebut, Kesultanan Makassar mulai mengalami perpindahan kepemimpinan. Pada masa kepemimpinan Sultan Muhammad Abdul Kadir Aidudin, kesultanan resmi menjadi bagian dari Republik Indonesia.

Sultan Hasanuddin sendiri mendapat gelar Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI Nomor 087/TK/Tahun 1973 tanggal 16 Nopember 1973. Semua itu atas jasa-jasa beliau dalam berjuang melawan penjajahan.

Baca juga: Kerajaan Islam di Jawa; Kerajaan Banten

Peninggalan Bersejarah Kerajaan Gowa Tallo

peninggalan kerajaan gowa tallo
info gambar

Sebagai bukti Kerajaan Gowa Tallo hadir sebagai kesultanan Islam penguasa maritim di Indonesia bagian timur adalah dengan peninggalan bersejarahnya yang dapat dilihat hingga saat ini, seperti:

1. Benteng Somba Opu

Benteng ini pernah dijadikan sebagai pusat pemerintahan sekaligus perdagangan pada masa Kerajaan Makassar. Benteng ini pada abad ke-16 menjadi lokasi yang penting karena ramai oleh para pedagang asing dari bangsa Asia, Eropa, dan pribumi. Dan dimasa pemerintahan Sultan Hasanuddin, Benteng Somba Opu dijadikan sebagai pusat pemerintahan.

2. Benteng Fort Rotterdam

Dikenal juga dengan nama Benteng Jumpandang yang merupakan bekas markas pasukan katak Kerajaan Gowa Tallo yang setelah Perjanjian Bongaya menjadi milik Belanda. Benteng Fort Rotterdam termasukCagar Budaya yang dilestarikan pemerintah setempat.

3. Istana Balla Lompoa

Merupakan hunian para Raja Gowa yang terletak di Kota Sungguminasa, yang saat ini telah menjadi situs budaya. Balla Lompoa memiliki arti Rumah Besar, yang dulunya menjadi pusat pemerintahan kerajaan.

4. Istana Tamalate

Istana Tamalate menjadi istana pertama Kerajaan Gowa-Tallo, sebelum berpindah ke Benteng Somba Opu. Bangunan istana ini berupa replika yang berada di samping Istana Nalla Lompoa. Bangunan asli istana Tamalate sendiri sudah tidak tersisa.

5. Kompleks Kuburan Raja Tallo dan Gowa

Menjadi salah satu Situs Cagar Budaya dan telah ada sejak abad ke 17 hingga abad 19, makam ini terletak di Jalan Sultan Abdullah Raya , Kecamatan Tallo, Kota Makassar.

6. Masjid Tua Katangka

Masjid ini merupakan masjid tertua yang berada di Sulawesi Selatan, masjid ini dikenal juga dengan nama Masjid Al-Hilal yang dulunya menjadi masjid Kesultanan Gowa.

Baca juga: Sekilas tentang 5 Kerajaan Islam Pertama di Indonesia

Referensi:

Gowakab.go.id | zenius.net

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Deka Noverma lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Deka Noverma.

DN
RP
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini