Serba-Serbi Suku Dayak di Kalimantan: Sejarah, Budaya, dan Tradisinya

Serba-Serbi Suku Dayak di Kalimantan: Sejarah, Budaya, dan Tradisinya
info gambar utama

Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kebudayaan yang khas dan keunikan tersendiri. Tak terkecuali dengan Suku Dayak yang begitu memukau dengan keunikan budaya dan tradisi yang dipegang teguh hingga hari ini.

Memiliki tampilan khas yang begitu lekat di ingatan, tentu akan lebih baik untuk mengenal lebih jauh Suku Dayak yang merupakan salah satu suku asli dari Pulau Kalimantan ini. Untuk itu kami telah menyiapkan ulasan lengkapnya khusus untuk menambah wawasan budaya Kawan GNFI agar makin cinta Indonesia.

Sejarah dan Asal-usul Suku Dayak

Mengutip dari sebuah jurnal yang bertajuk SosialHorizon: Jurnal Pendidikan Sosial Volume 3 Nomor 2 Tahun 2016, Dayak adalah sebutan untuk penduduk asli dari Pulau Kalimantan.

Suku Dayak sendiri memiliki sekitar 405 sub suku yang mana antar satu sub dengan sub yang lainnya memiliki kebudayaan serta adat istiadat yang tak jauh berbeda.

Dilansir dari laman Kemendikbud, pada 1987 Coomans mengungkapkan sebuah teori yang diperkuat dengan adanya dukungan dari Inoue pada 1999, bahwa Suku Dayak merupakan keturunan imigran asal Provinsi Yunnan di China Selatan lebih tepatnya di Sungai Mekong, Sungai Yangtse Kiang, dan Sungai Menan.

Hal ini juga diperkuat kembali oleh pernyataan dari salah seorang tokoh Dayak Kayan yang menjelaskan bahwa Suku Dayak merupakan ras Indo China yang awalnya bermigrasi ke Indonesia pada abad ke 11.

Sejatinya Suku Dayak memang berasal dari Pulau Kalimantan. Namun karena terdesak oleh kondisi, akhirnya Suku Dayak terpencar dan tersebar hingga ke wilayah Malaysia yaitu Sabah dan Serawak.

sejarah suku dayak
info gambar

Menurut beberapa sumber, hal ini disebabkan oleh hancurnya kerajaan Nansarunai yaitu kerajaan dari Suku Dayak Maanyan akibat serangan dari Kerajaan Majapahit pada akhir abad ke 13.

Buntut dari peristiwa ini yaitu, sebagian besar dari Suku Dayak menganut agama Islam dan mereka mengganti identitasnya menjadi orang Melayu atau orang Banjar. Lalu sebagian lagi yang tidak memeluk Islam pada akhirnya menyusuri sungai untuk dapat masuk kembali ke pedalaman Pulau Kalimantan.

Terpencarnya masyarakat Suku Dayak telah menciptakan akulturasi baik yang disebabkan oleh faktor budaya atau pun agama.

Hal ini pada akhirnya melahirkan etnis dan sub suku baru yang mandiri. Namun setelah terpecah dan terpencar, saat ini Suku Dayak terbagi ke dalam enam rumpun terbesar yaitu Apokayan, Klemantan, Ot Danum Ngaju, Murut, Punan dan Iban.

Keenam sub suku terbesar ini diketahui mendiami wilayah Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan serta provinsi lainnya. Sementara untuk wilayah dengan Suku Dayak terbanyak adalah wilayah Kalimantan Barat.

Baca juga: Mengenal Berbagai Senjata Perang Khas Suku Dayak

Bahasa Suku Dayak

Dalam keseharian, masyarakat Suku Dayak berkomunikasi menggunakan Bahasa Dayak dengan sedikit perbedaan bahasa antara satu rumpun dengan yang lainnya.

Pun demikian, seiring berjalannya waktu, penggunaan bahasa Dayak semakin berkurang karena generasi saat ini jarang yang diajarkan mengenai bahasa ibu mereka. Sehingga menurut Hery Budhiono dari Balai Bahasa Kalimantan Tengah, hal ini dapat membuat Bahasa Dayak diperkirakan akan punah pada 20-30 tabun ke depan.

Agama dan Kepercayaan Suku Dayak

Suku Dayak memiliki agama asli yang disebut dengan Kaharingan. Namun pada perkembangannya, kini kepercayaan ini mulai ditinggalkan dan masyarakat suku Dayak telah menganut agama seperti Islam, Kristen, Katolik, Budha dan Hindu. Sementara untuk agama mayoritas masyarakat Dayak dominan menganut agama Kristen dan Katolik lalu kemudian disusul dengan agama Islam, Hindu dan Budha.

Pakaian Adat Suku Dayak

Pakaian adat Suku Dayak memiliki penamaan yang berbeda untuk pakaian adat laki-laki dan perempuan. Untuk pakaian adat untuk laki-laki disebut dengan King Baba sementara untuk pakaian adat perempuan disebut dengan King Bibinge.

Pakaian adat Suku Dayak baik untuk laki-laki ataupun perempuan sama-sama dibuat dari kulit kayu Ampuro atau kayu Apuo yang merupakan salah satu flora endemik dari Pulau Kalimantan.

Terdapat juga aksesoris yang khas yaitu pengikat kepala serta sehelai bulu burung enggang khas Kalimantan yang menjadi ciri khas tersendiri dari pakaian adat Suku Dayak.

Baca juga: 4 Jenis Rumah Adat Kalimantan Barat: Radakng, Melayu, Baluk, dan Panjae

Rumah Adat Suku Dayak

Rumah adat Suku Dayak adalah rumah Betang yang termasuk ke dalam jenis rumah panggung dan biasa dibangun di sekitar hulu sungai.

Tinggi tiang penyangga rumah Betang cukup tinggi yaitu sekitar 5 meter namun tiang ini sangat kokoh karena terbuat dari kayu ulin asli Kalimantan.

Untuk masuk ke dalam rumah, masyarakat Suku Dayak harus menggunakan tangga. Uniknya, jumlah tangga harus berjumlah ganjil yang mana menurut kepercayaan Suku Dayak, hal ini dilakukan agar mereka dihindarkan dari kesulitan serta dimudahkan rezekinya.

Tangga yang digunakan juga dibuat tidak permanen alias bisa dilepas dan biasanya akan dilepas pada malam hari karena menurut kepercayaan masyarakat Dayak hal ini dapat mencegah agar roh jahat tidak masuk ke dalam rumah.

Baca juga: Rumah Lamin Adat dari Kutai Kalimantan Timur yang Melambangkan Kewibawaan Dayak

Tradisi Suku Dayak

tradisi tato suku dayak anting panjang dan sejarahnya
info gambar

Suku Dayak terkenal dengan keunikan tradisi yang dimilikinya. Beberapa tradisi dari Suku Dayak yang unik dan tetap dijaga kelestariannya hingga kini di antaranya.

  • Tradisi Tato Tradisional

Tato tradisional merupakan salah satu tradisi yang paling unik dari Suku Dayak yang hingga kini tetap dilestarikan.

Tato pada Suku Dayak memiliki makna mendalam bagi masyarakat Dayak karena berkaitan dengan hubungan dengan Tuhan serta perjalanan hidup yang telah dilalui.

Untuk proses pembuatannya pun masih menggunakan alat ukir atau alat mentato yang sederhana dan dilakukan tanpa menggunakan obat bius sehingga orang yang ditato harus menggigit kain karena menahan rasa sakit ketika sedang ditato.

  • Tradisi Kuping Panjang

Masyarakat Dayak di wilayah Kalimantan Timur khususnya perempuan memiliki tradisi memanjangkan daun telinga mereka. Hal ini dilakukan dengan menggunakan logam sebagai pemberat yang diletakkan pada bagian anting sehingga akan menarik daun telinga memanjang ke bawah.

Terdapat anggapan bahwa perempuan Dayak akan lebih cantik ketika memiliki telinga yang panjang. Untuk para perempuan dapat memanjangkan telinga hingga sepanjang dada sementara untuk laki-laki juga diperbolehkan untuk memanjangkan telinga, namun hanya boleh mencapai bawah dagu.

Baca juga: Cantik Ala Suku Dayak Yang Hampir Punah

  • Tiwah

Tiwahmerupakan upacara pemakaman dari Suku Dayak Ngaju yang mana pada upacara ini sebagian tulang dari kerabat yang meninggal akan dibakar sementara itu para anggota keluarga lainnya akan menari dan bernyanyi mengelilingi jenazah selama upacara tersebut berlangsung.

Bukan tanpa tujuan, upacara ini dilakukan dengan tujuan agar kerabat yang telah meninggal bisa dipermudah dalam menempuh perjalanan menuju akhirat.

  • Mantat Tu' Mate

Sama halnya dengan Tiwah, Mantat Tu’ Mate juga merupakan salah satu upacara pemakaman dari Suku Dayak yang bertujuan untuk mengantarkan roh dari kerabat yang telah meninggal. Mantat Tu’ Mate merupakan acara yang berisi iring-iringan musik serta tari tradisional yang dilangsungkan selama 7 hari. Setelah upacara selesai barulah jenazah tersebut akan dimakamkan.

Baca juga: Hidup Rukun Ala Suku Dayak di Umah Betang

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Raras Wenny lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Raras Wenny.

RW
RP
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini