Cerita Gemulainya Penari Jawa yang Bius Masyarakat Kota Paris di Abad 19

Cerita Gemulainya Penari Jawa yang Bius Masyarakat Kota Paris di Abad 19
info gambar utama

Jawa telah memikat dunia sejak abad 19, salah satunya dalam peringatan seabad Revolusi Prancis. Pada peringatan itu diadakan pameran yang bertajuk l’Exposition Universelle (Pameran Semesta) yang diadakan di Paris.

Pameran ini diadakan untuk menunjukkan kemajuan teknologi Prancis yang terwakili oleh Menara Eiffel dan memamerkan daerah-daerah koloni dengan tujuan mendapatkan dukungan rakyat Prancis atas kolonialisme.

“Pameran ini menarik lebih dari 30 juta pengunjung dari 61.722 peserta pameran, karena pemerintah Prancis mengundang dunia untuk datang ke Paris guna menunjukkan contoh produk industri, sumber daya alam, dan pencapaian budaya,” tulis Annegret Fauser dalam Musical Encounters at the 1889 Paris Word’ Fair yang dinukil dari Historia.

Tanah Jawa di Selatan Amerika

Kerajaan Belanda diberi tempat untuk membuka paviliunnya yang dinamakan Le Village Javanais (Desa Jawa) atau Le Kampong Javanais. Para pengunjung dapat melihat dari dekat bagaimana masakan Jawa, topi, dan bangunan bergaya Jawa.

Tetapi yang menarik perhatian para penonton adalah para penari Jawa yang menunjukkan kemolekkannya. Daya tariknya sudah memancar sejak tari itu belum dipentaskan. Panitia mendesain serius venue maupun pertunjukannya.

“Sejak pintu masuk, alunan suara angklung sudah membangkitkan rasa penasaran penonton. Begitu penonton duduk di meja dengan minuman mereka, suara gamelan menggantikan suara angklung dan menjadi pengumuman awal pertunjukan,” tulis Fauser.

Penari Jawa yang mempesona

Di hadapan para penonton ini ada gadis belasan tahun yang duduk di panggung bambu kecil. Empat di antara gadis ini, Sarikem, Tuminah, Sukiyah, dan Wakiyem merupakan kakak-adik dari sebuah keluarga tandak Mangkunegara.

Bersama para penari lain (enam orang, lima wanita dan satu pria), keempat gadis ini memakai kostum mewah untuk ukuran orang Eropa saat itu, kemben sutra, mahkota suci berjambul bulu dengan hiasan bertatah halus, dan juga selop.

Mereka kemudian naik ke atas panggung bersamaan dengan bunyi gamelan pembuka. Mereka mementaskan tari tandak bergaya langendrian - hiburan modis keraton Jawa pada abad ke 19 - dua babak berjudul Damarwulan.

Mongol Si Penguasa Dunia yang Kocar-kacir di Tanah Jawa

Fauser menyebut lenggak lenggok tubuh para penari Jawa ini membuat kagum mata. Hal ini karena kombinasi kostum, perhiasan indah, riasan yang berpadu dengan baik bersama dengan tarian, dan tentu saja eksotisme kecantikan para penari.

“Tak satupun pertunjukan yang terlihat luar biasa dan lebih aneh. Mata Eropa kami yang sudah jemu seakan terhipnotis oleh rangkaian mengejutkan yang memabukkan dan memesona seperti parfum yang menebarkan aroma bunga mancenillier,” kata Frantz Jourdain dalam buku Orang Indonesia dan Orang Prancis dari Abad XVI Sampai dengan Abad XX.

Menjadi kisah cinta

Achmad Sunjayadi dalam jurnal sastra Wacana menjelaskan mengapa penari Jawa berhasil mencuri perhatian pengunjung. Menurutnya telah beredar terlebih dahulu di Belanda kartu foto penari perempuan berposes setengah telanjang.

“Setengah telanjang dimaksud ialah hanya mengenakan kain sebatas dada saja,” tulisannya.

Karena itulah khalayak Prancis menjadi penasaran dan antusias untuk melihat penari Jawa itu secara langsung. Pada masa itu pertunjukkan setengah telanjang di muka umum menjadi hal yang tidak biasa di Prancis.

Benarkah Dewi Nawang Wulan Berasal dari Khayangan?

Kisah kekaguman ini tidak berhenti di atas panggung, konon seorang seniman Prancis Gauguin pernah menjalin kisah romantis dengan penari Jawa. Didier Hamel seorang pemilik galeri seni di Jakarta Selatan menceritakan hal tersebut.

Disebutkannya, sosok penari Jawa itu bernama Anna. Karena rasa cinta Gauguin dengan penari Jawa itu, dirinya pun pernah melukis sosok Anna dalam lukisan berjudul Anna la Javanaise atau Anna si Gadis Jawa.

“Pada satu kesempatan, Gauguin sempat berkelahi dengan beberapa nelayan yang mengejek Anna di sebuah daerah pesisir Prancis.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini