Kampung Ketandan Yogyakarta, Sepotong Akulturasi Tionghoa di Kentalnya Budaya Jawa

Kampung Ketandan Yogyakarta, Sepotong Akulturasi Tionghoa di Kentalnya Budaya Jawa
info gambar utama

Etnis Tionghoa adalah salah satu komunitas dari masyarakat yang telah menjadi bagian dari keberagaman di Indonesia selama berabad-abad.

Dengan banyaknya orang-orang Tionghoa yang datang ke Nusantara sejak zaman dulu, mereka pun tidak hanya sekedar singgah saja, melainkan juga ada yang menetap hingga menikah dengan warga lokal hingga beranak cucu.

Pemukiman Tiongoa pun bisa kita temui di berbagai daerah, termasuk di kawasan Kampung Ketandan yang berada di Yogyakarta dan benar-benar berdekatan dengan kawasan Jalan Malioboro.

Sejarah Kota Singkawang yang Mayoritas Penduduknya Keturunan Tionghoa

Wujud akulturasi budaya dan masyarakat

Di tengah wilayah Kota Yogyakarta yang sangat menjunjung tinggi kebudayaan Jawa dan telah menjadi identitasnya ini, kita bisa melihat bagaimana keberagaman telah terjalin sekian lamanya di wilayah Kampung Ketandan.

Inilah wujud nyata dari akulturasi budaya keraton, Tionghoa, serta dengan masyarakat lokal. Diperkirakan orang-orang Tionghoa sudah ada di Yogyakarta sejak 200 tahun yang lalu.

Untuk menemukan wilayah ini pun tidaklah sulit. Telusuri saja sepanjang jalan Malioboro, lalu bila menemukan sebuah gapura besar berwarna merah mentereng dengan gaya Tionghoa, maka disitulah pintu masuk dari Kampung Ketandan.

Menysuri Kampung Ketandan ini, kita akan disuguhkan dengan desain arsitektur kuno dengan sentuhan khas Tionghoa yang sangat kental, namun tetap berdiri kokoh seiring dengan berubahnya zaman. Meskipun memang semakin sedikit bangunan-bangunan aslinya karena tergerus modernisasi.

Arsitekturnya pun melambangkan sebuah percampuran budaya. Yang mana, bentuk asli dari atap bangunan di sini pada zaman dulu berbentuk gunungan, lalu perlahan juga mulai diganti dengan bentuk lancip.

Sebagian besar rumah di sini terdiri atas dua lantai dengan bentuk yang memanjang ke belakang. Yang mana, lantai bawah dari bangunan ini kerap difungsikan sebagai toko, sementara bangunan atas menjadi tempat tinggal.

Mengenal Suku-suku Tionghoa yang Ada di Indonesia

Punya peran dalam perekonomian

Bersumber dari situs Portal Berita Pemkot Yogyakarta, Kampung Ketandan ini muncul sekitar akhir abad ke-19. Waktu itu, memang kawasan ini sudah menjadi permukiman dari orang-orang Tionghoa di zaman Belanda dan bekerja sebagai "tondo" atau penarik pajak.

Suatu ketika, pemerintah Belanda menerapkan passenstelsel dan wijkertelsel untuk membatasi tempat tinggal orang Tionghoa dengan pribumi. Atas izin dari Sri Sultan Hamengku Buwono II, komunitas Tionghoa ini akhirnya bisa tetap tinggal di Kampung Ketandan.

Hal ini agar aktivitas perekonomian dan perdagangan di daerah ini bisa semakin berkembang dan memberikan dampak yang positif bagi masyarakat.

Dengan begitu, kebanyakan dari mereka berprofesi sebagai pedagang. Kontribusi orang-orang Kampung Ketandan sejak dulu dalam ranah ekonomi pun turut memberikan peran cukup besar dalam roda perekonomian Yogyakarta.

Interaksi pun tentunya terjadi sebagai bagian dari aktivitas perdagangan. Mereka pun sudah membaur dengan masyarakat sekitar, khususnya pedagang yang ada di Pasar Beringharjo serta yang ada di kawasan sekitar Jalan Malioboro.

Hingga akhirnya, mereka juga sudah menjadi bagian dari Kota Yogyakarta itu sendiri. Kampung Ketandan juga telah diresmikan menjadi cagar budaya oleh Pemerintah Kota Yogyakarta.

Untuk tetap mempertahankan eksistensi kebudayaannya, sejak tahun 2006 telah rutin diadakan acara Pekan Budaya Tionghoa (PBTY) dalam rangka menyambut tahun baru imlek. Festival ini pun jadi daya tarik tersendiri yang semakin menambah daftar tujuan pariwisata di Yogyakarta.

Mengapa Banyak Orang Palembang yang Mirip Orang Tionghoa?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Muhammad Fazer Mileneo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Muhammad Fazer Mileneo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini