Landak Jawa yang Terancam karena Mitos Kesaktian Batu Mustika

Landak Jawa yang Terancam karena Mitos Kesaktian Batu Mustika
info gambar utama

Landak merupakan hewan unik karena identik dengan duri yang berada di bagian tubuhnya. Landak termasuk ke dalam jenis mamalia pengerat atau rodentia terbesar ketiga setelah kapibara dan berang-berang.

Indonesia dikenal memiliki lima jenis landak yakni landak raya (Hystrix brachyura), landak sumatra (H.sumatrae), landak jawa (H.Javanica), landak butun (H.crassipinnis), dan landak angkis/ekor panjang (Trichys fasciculata).

Landak jawa atau dalam bahasa Inggris disebut Sunda porcupine tergolong satwa Indonesia yang menjadi aset keanekaragaman hayati yang vital. Tetapi kini keberadaan landak, khususnya landak jawa dalam kondisi terancam.

Owa Jawa, Primata Zona Asiatis Bersuara Nyaring yang Langka dan Terancam Punah

Dinukil dari greeners, kepala LIPI ketika itu Prof Dr Iskandar Zulkarnain menyebut perburuan liar landak dari alam untuk tujuan konsumsi dan perdagangan masih banyak terjadi. Hal ini menyebabkan populasi landak terus menurun.

Hal ini salah satunya karena kepercayaan masyarakat di beberapa daerah yang menganggap daging landak jawa mempunyai khasiat. Salah satunya adalah mampu menyembuhkan asma.

“Selain itu landak juga menjadi incaran para pemburu batu geliga yang terdapat pada tubuh landak karena dipercaya dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit ganas seperti kanker,” paparnya.

Diburu untuk batu mustika

Dikatakan Iskandar, pada masa lalu keberadaan landak kerap meresahkan bagi petani. Hal ini karena hewan ini dianggap mengganggu dan merusak tanaman, sehingga kerap diburu dan musnahkan.

Menukil dari Mongabay, kini landak malah diburu karena untuk mendapatkan batu mustika (geliga) yang ada di tubuh landak. Batu ini dipercaya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti kanker, tumor, hipertensi, demam berdarah hingga liver.

Harga batu mustika tersebut berkisar antara Rp500 ribu - Rp1 juta per gram. Padahal hingga saat ini keberadaan serta khasiat dari batu geliga pada landak belum dapat dibuktikan secara medis.

Cacing Beludru, Cacing Predator Purba Penghuni Hutan Hujan Kalimantan

Dari berbagai situs online, batu landak juga dijadikan ramuan obat kuno yang telh digunakan oleh suku pedalaman di China Selatan dan Asia Tenggara. Tabib-tabib di China telah menggunakan batu landak sebagai anti-inflamasi, antioksidan dan antibodi alami.

Batu mustika ini ditemukan di dalam tubuh landak yang memiliki vitalitas kuat, sering sakit dan gampang menyembuhkan diri. Landak pandai mencari tumbuhan-tumbuhan obat yang berkhasiat menyembuhkan dirinya.

Namun tidak semua landak menghasilkan geliga. Kalaupun ada, seekor landak hanya dapat menghasilkan satu batu sepanjang usianya. Faktor ini kemudian membuat harganya mahal karena tergolong langka.

Tingginya perdagangan hewan

Pada 2014, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatra Barat memantau perdagangan satwa-satwa dilindungi masih tinggi. Beberapa satwa seperti trenggiling (Manis javanica) dan landak (Hystrix brachyura) serta berbagai jenis burung.

Landak juga termasuk hewan yang paling sering diperjualbelikan karena batu mustikanya. Hal ini disampaikan oleh Kepala Satuan Kehutanan BKSDA Sumbar kala itu, Zulmi Gusrul yang menyebut menggagalkan aksi penyelundupan 35 ekor landak.

Pada operasi penangkapan tersebut diamankan dua orang masyarakat sipil dan dua orang oknum TNI yang diduga jadi beking aksi penyelundupan itu. Kala itu kasus tersebut ditangani oleh pihak kejaksaan guna diproses secara hukum.

Anjing Bernyanyi Papua, Anjing Hutan Yang Pernah Punah

“Saat dilakukan penangkapan, tersangka tidak dapat menunjukkan izin pengangkutan hewan dilindungi tersebut. Kuat dugaan kegiatan ini ilegal,” ucapnya.

Zulmi menegaskan bahwa perdagangan satwa dilindungi baik dalam keadaan hidup, mati ataupun menjual bagian tubuhnya, kesemuanya itu dilarang berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini