Rumah Lanting yang Dihanyut Zaman

Rumah Lanting yang Dihanyut Zaman
info gambar utama

Barangkali yang terlintas di benak kawan GNFI ketika mendengar kata Kalimantan, dan khususnya Kalimantan Selatan maka yang segera terbayang adalah terbentangnya tambang batu bara atau luasnya perkebunan sawit.

Atau bisa jadi yang terngiang malah tentang kuyang, sosok kepala yang melayang di udara tanpa badan, atau barangkali malah tentang Saranjana? Kota gaib yang sedang ramai diperbincangkan.

Padahal di Kalimantan Selatan ada banyak hal yang bisa dibincangkan, tidak melulu tentang perusahaan tambang dan juga kisah hantu.

Rumah Lanting atau rumah yang berdiri di atas rakit salah satunya. Rumah yang merupakan bagian dari rumah adat suku Banjar dari Kalimantan Selatan. Lalu, apa yang menarik untuk dibincangkan perihal rumah adat? Khususnya Rumah Lanting dan potensi yang dimilikinya di masa depan.

Alih-alih ditaklukan dan dipaksa untuk memenuhi segala hasrat kita, alam harusnya dirangkul untuk menjadi kawan, dan oleh karena itu kita, manusia Indonesia yang menginginkan Indonesia yang lebih baik, Indonesia yang modern, tetapi tanpa merusak alam, bisa menjadikan Rumah Lanting sebagai pijakan awal untuk bisa berkreasi.

Rumah Lanting adalah bukti nyata, tetapi terabaikan. Bahwa manusia bisa beradaptasi dengan alam dan lingkungan, bersahabat, tanpa mengeksploitasi.

Mengenal Rumah Gadang, Rumah Adat Sumatera Barat

Rumah Lanting

Suku Banjar yang mendiami Kalimantan Selatan sudah sejak dulu menjadikan sungai sebagai bagian dari kehidupannya. Salah satu bentuk hubungan unik suku Banjar dengan sungai adalah terciptanya Rumah Lanting. Sebuah hunian tempat tinggal yang dibangun di atas rakit dan mengapung di atas sungai.

Meski masih ada, Rumah Lanting seakan hanya menunggu waktu untuk dihanyut zaman, tergerus oleh keadaan dan juga modernitas. Di Banjarmasin yang mendapat gelar sebagai kota seribu sungai, keberadaan Rumah Lanting hanya tersisa beberapa dan teronggok begitu saja untuk sekadar mengisi pojok-pojok sunyi tepian sungai Martapura.

Padahal Rumah Lanting adalah hasil kreasi dan adaptasi orang Banjar terhadap lingkungan, terhadap sungai-sungai besar yang melingkupinya dulu. Mengabaikannya berarti melupakan masa lalu, dan dengan tidak mengindahkan warisan nenek moyang dulu, artinya kita kehilangan kesempatan untuk mengembangkan pengetahuan ke tahap berikutnya.

Dengan menengok ke masa lalu, mempelajarinya, kemudian mengadaptasinya kepada kondisi saat ini adalah cara paling bijak untuk bisa menjadi modern dan tetap ramah terhadap alam.

Rumah Limas: Mengenal Rumah Adat Sumatera Selatan dari Fungsi hingga Filosofinya

Ciri-ciri Rumah Lanting

Rumah Lanting | ahmad denny syahputra/Shutterstock
info gambar

Selain dibangun di atas rakit yang mengapung di atas sungai, Rumah Lanting sebagai produk budaya orang Banjar memiliki kekhasan tersendiri yang menjadi pembeda dan juga penanda dirinya.

Salah satu kekhasan rumah adat ini adalah bentuk atapnya yang berbentuk seperti pelana. Dengan bumbungan atap yang berbentuk seperti pelana, dipercaya mampu menyerap panas lebih baik.

Sungai bagi orang Banjar adalah jalan raya, tempat untuk beraktifitas, dan sosialisasi. Oleh karena itu, Rumah Lanting pun beradaptasi dengan menghadirkan dua buah pintu. Pintu pertama mengarah kepada daratan dan pintu yang kedua mengarah ke hamparan sungai. Hal ini juga disebabkan karena penggunaan jukung sebagai sarana transportasi sehari-hari.

Rumah Lanting juga memiliki dua buah jendela di kedua buah sisinya yang berfungsi untuk sirkulasi udara.

Laiknya rumah pada umumnya, Rumah Lanting pun memiliki ruangan untuk kamar tidur dan ruang tamu. Namun, karena keterbatasan ukuran serta efisiensi penggunaan ruang. Biasanya Rumah Lanting hanya memiliki satu ruang tamu yang apabila malam tiba akan berganti jadi kamar tidur.

Rumah Lanting terbuat dari kayu dan di bagian dasarnya biasanya terbuat dari kayu gelondongan atau drum plastik yang disusun berjajar sebagai fondasi dan juha upaya agar rumah di atasnya bisa mengapung dengan baik.

Meski mengapung di tepian sungai, Rumah Lanting dan juga penghuninya tetap terhubung dengan daratan. Sebagai upaya agar Lanting tetap memiliki akses terhadap daratan maka dibangunlah titian atau jembatan kecil yang terbuat dari kayu yang menyentuh tepian daratan. Panjang titian biasanya disesuaikan dengan kebutuhan.

Agar tidak hanyut terbawa arus sungai, maka Rumah Lanting harus ditambatkan dan diikat dengan erat kepada pohon atau tiang kayu di tepian sungai. Panjang dan pendeknya tali yang mengikat pun tergantung dengan pasang surut sungai.

Ketika air sungai sedang pasang, maka tali yang digunakan akan lebih pendek agar Lanting lebih dekat dengan daratan, sedangkan saat air sungai sedang surut maka tali yang digunakan akan lebih panjang agar rumah bisa diulurkan menjauh ke bagian sungai yang masih dalam agar tetap bisa mengapung.

Taneyan Lanjhang, Rumah Adat Madura yang Menyimpan Banyak Keunikan

Harapan dan hambatan

Menjadi modern dan mengikuti arus zaman kadang kala diartikan dengan mengabaikan segala hal yang dianggap kuno. Warisan budaya yang terkesan ‘lampau’ dan tidak lagi relevan dengan kondisi saat ini akhirnya perlahan dilupakan.

Semakin langkanya keberadaan Rumah Lanting saat ini pun tidak dapat dipisahkan pada kenyataan bahwa budaya sungai yang semula menjadi karakter orang Banjar akhirnya mulai luntur. Dengan terpisahnya orang Banjar dengan sungai, maka segala aktifitas dan laku hidup yang semula saling kait mengait itu akhirnya perlahan ditinggalkan.

Terhanyut oleh modernitas dan berpalingnya orang Banjar kepada daratan mengakibatkan keberadaan Rumah Lanting menjadi semakin langka.

Mahalnya biaya untuk membangun rumah yang bisa mengapung di atas sungai ini pun menjadi salah satu alasan kenapa pada akhirnya Lanting ini ditinggalkan.

Pula, rumah yang hanya diamankan dengan tali yang hanya diikat pada pohon atau pancangan kayu ini rentan terhadap pencurian. Masalah lainnya adalah ketika musim kemarau tiba dan sungai mengering, Lanting menjadi lebih mudah rusak.

Sebagai produk budaya Rumah Lanting idealnya harus tetap lestari. Bagaimanapun juga kemajuan zaman tidaklah harus menggerus keberadaannya, boleh jadi dengan ilmu pengetahuan yang semakin maju, Rumah Lanting bisa dijadikan sebuah pijakan awal untuk bisa menjadi prototipe rumah anti banjir yang tentu akan berguna di kemudian hari.

Referensi:Wikipedia | Kemendikbud.id

10 Rumah Adat Tradisional Terunik Dan Terpopuler Di Indonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

ZF
KO
SA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini