Cerita Pesantren Kasepuhan Raden Rahmat: Tempat Belajar Agama Para Lansia

Cerita Pesantren Kasepuhan Raden Rahmat: Tempat Belajar Agama Para Lansia
info gambar utama

Pesantren Kasepuhan Raden Rahmat, di Desa Gedong, Kabupaten Semarang bisa menjadi contoh bahwa belajar tak kenal dengan usia. Di pesantren ini rata-rata santrinya adalah mereka yang sudah dewasa dan lanjut usia.

Dinukil dari Solopos, Ahmad Winarno, pria asal Desa Gedong adalah sosok yang menjadi penggagas berdirinya pesantren lansia itu. Hal itu berawal setelah dirinya pulang dari merantau di Bekasi dan Jakarta.

Tetesan Tinta Kiai Pembaharu dalam Modernisasi Pesantren di Indonesia

“Selama 20 tahun saya merantau. Tahun 2017 pulang kampung. Di kampung itu saya melihat banyak permasalahan masyarakat. Salah satunya yang membuat saya tersentuh banyaknya kaum lansia yang terlantar,” ungkapnya.

Dirinya mengaku sangat prihatin melihat para lansia yang hidup nyaris tanpa perhatian. Apalagi banyak masyarakat yang menilai para lansia sebagai warga negara kelas dua, pasalnya dianggap sudah tidak produktif lagi.

Proses pendirian

Winarno mengungkapkan ada juga alasan pribadi yang membuatnya membangun pesantren tersebut. Hal ini dilatarbelakangi agar ibunya yang baru masuk Islam dan belum bisa mengaji.

“Niat awal saya sebenarnya sederhana, ingin menemani ibu. Beliau masuk Islam paling akhir tapi belum bisa mengaji. Salatnya saya juga masih belum bagus. Kemudian saya mendirikan Tempat Pembelajaran Quran (TPQ) lansia agar ibu punya teman belajar agama,” terangnya.

Dari TPQ lansia itulah kemudian hari menjadi cikal bakal berdirinya Pesantren Kasepuhan Raden Rahmat. Dirinya kemudian bekerjasama dengan Ustaz Solihin selaku petugas layanan lansia kecamatan Banyubiru.

Pencak Dor: Tradisi Bela Diri Pesantren yang Lahirkan Pendekar Silat

“Kami bertukar gagasan dan akhirnya terbayang sebuah lembaga yang memberikan layanan kepada warga lansia secara komprehensif, yaitu dari olah rogo, olah jiwa, dan olah roso,” terangnya.

Akhirnya pada tahun 2018, TPQ lansia yang sangat sederhana itu berubah menjadi Pesantren Kasepuhan Raden Rahmat. Banyak santri mulai berdatangan untuk mondok di tempat tersebut.

Dikembangkan

Winarno mengungkapkan banyak santri lansia yang datang bukan hanya dari Semarang dan sekitarnya. Tetapi dari berbagai kota di Indonesia, seperti Surabaya, Jakarta, Padang, Balikpapan, Palu, dan Gorontalo.

“Ada juga yang sudah betah di sini sampai beberapa kali Ramadan tidak pulang. Anaknya yang justru di suruh ke sini,” ungkapnya.

Dirinya mengatakan ingin mengembangkan lagi Pesantren Kasepuhan Raden Rahmat. Mulai dari membangun lebih banyak lagi tempat atau kamar untuk santri. Selain itu ada juga pendirian sekolah untuk merawat para lansia.

Pelajaran Menarik yang Hanya Ada di Pesantren!

Sri, salah seorang santri mengatakan dia merasa senang bermukim di sana. Terutama ketika Ramadan seperti sekarang banyak kegiatan yang bisa diikuti wisatawan dan santri bermukim.

“Yang dirasakan senang, terus bisa segar begitu tubuhnya, terus melihat pemandangannya itu kok bagaimana begitu lho, bisa itu, dalam hati saya itu kok, nggak bisa mengungkapkan,” ujarnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini