Astana Oetara, Jejak Arsitektur Soekarno yang Jadi Peristirahatan Mangkunegara VI

Astana Oetara, Jejak Arsitektur Soekarno yang Jadi Peristirahatan Mangkunegara VI
info gambar utama

Astana Oetara yang kerap mendapat sebutan Pesarean Nayu merupakan salah satu situs sejarah dan wisata religi di Surakarta. Tempat ini berada di Kampung Nayu, Kelurahan Nusukan, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta.

Dinukil dari Kompas, Astana Oetara menjadi tempat pemakaman Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara VI beserta keluarga, kerabat, dan abdi dalem. Tempat ini pun cukup disucikan masyarakat sekitar.

Disebutkan Astana Oetara diambil dari serapan bahasa Jawa, yakni astana yakni kuburan dan oetara yang memiliki arti utara. Jadi secara harfiah, Astana Oetara bermakna pemakaman yang berada di sebelah utara.

Memburu Kelezatan Bubur Samin yang Jadi Primadona Kota Solo saat Ramadan

Pemilihan lokasi ini sebagai pemakaman MN VI juga cukup unik. Pasalnya sebagai adipati yang pernah bertahta di Praja Mangkunegaran Solo, MN VI tidak mau dimakamkan di Astana Girilayu, Matesih, Karanganyar yang jadi tempat pemakaman raja.

“Tempat itu dipilih agar MN VI dekat dengan rakyat,” tulis Kurniawan dalam Keunikan Astana Oetara Solo, Lokasi Makam MN VI yang Didesain Soekarno yang dimuat Solopos.

Arsitektur Jawa

Disebutkan oleh Kurniawan, pembangunan pasarean seluas lebih kurang 1,4 hektare itu dilakukan pada 1926, atau dua tahun sebelum MN VI mangkat. Pemilihan tempat itu sebagai pengingat wilayah perlawanan MN VI kepada Belanda.

Astana Oetara mempunyai keunikan sendiri dengan desain arsitektur bergaya Art Neuveau, perpaduan antara arsitektur Jawa dan Eropa. Desain inilah yang membedakan Astana Oetara dengan makam adipati Mangkunegaran lainnya.

“Arsitek dari Astana Oetara yaitu Ir. Soekarno yang pada kemudian hari menjadi Presiden RI,” ucapnya.

Tentang Surakarta, dari Aku Anak Asli Sumatera

Di pemakaman tersebut terdapat juga makam perintis Kemerdekaan RI, KPH Soejono Handajaningrat yang tak lain adalah putra MN VI. Ada juga tokoh reformasi Roy BB Janis, serta makam pejuang kemerdekaan dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR).

Status cagar budaya

Pemakaman Astana Oetara telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Pemkot Solo melalui Surat Keputusan (SK) Wali Kota Solo Nomor 432.22/50/1 tahun 2021. Pasarean itu dikelola Perkumpulan Keluarga Soejono Soewati dari trah MN VI.

Lurah Nusukan, Ari Ramadhani menjelaskan sangat mendukung berbagai kegiatan budaya, kesenian, dan sejarah di Astana Oetara. Baginya kegiatan seperti itu sangat penting untuk mengedukasi generasi muda.

Kreatif, Ketua RW Ini ‘Niat’ Bikin Aplikasi untuk Pantau Ronda

Seperti diketahui pada 21 Mei 2021 silam ada kegiatan budaya Laras Madyo, Macopatan, diskusi kebudayaan, kegiatan ibadah dan grebeg Asatan Oetara. Berbagai kegiatan ini dilakukan sebagai napak tilas perjuangan MN VI.

“Alhamdulilah dalam peringatan HUT Kota Solo ada kegiatan napak tilas Sang Adipati MN VI. Nusukan kebetulan punya slogan Nusukan Berbudaya sehingga akan kami gunakan dan perkenalkan ke teman-teman,” terangnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini