Mitos Buk-Buk Neng, Tradisi yang Bisa Temukan Orang Hilang di Mojokerto

Mitos Buk-Buk Neng, Tradisi yang Bisa Temukan Orang Hilang di Mojokerto
info gambar utama

Kabar hilangnya bocah tiga tahun di Kalijati Subang, Jawa Barat menjadi perhatian masyarakat. Bocah bernama Darel Gaisan Rafasa itu hilang sejak Senin (24/4/2023) dan hingga kini belum ditemukan.

Sejak dilaporkan hilang, petugas Tim SAR gabungan sudah turun ke lokasi untuk melakukan pencarian terhadap bocah tiga tahun itu. Bahkan Polda Jabar serta Lanud Suryadharma juga menurunkan anjing pelacak.

Cerita Tragis Putri Pukes yang Kini Jadi Objek Wisata Andalan Warga Aceh

Karena hal tersebut banyak yang mengaitkan bahwa bocah tersebut diculik oleh mahluk gaib. Walau berita simpang siur ini langsung dibantah oleh ayah Dariel, Haerudin yang tidak percaya anaknya diculik makhluk gaib.

“Saya sangat kesal dan jengkel dengan banyaknya netizen yang membuat postingan tentang anak saya yang hilang misterius dikaitkan dengan isu-isu liar tak masuk akal,” tuturnya yang dimuat Kompas.

Tradisi mencari orang hilang

Hal yang sama juga pernah terjadi di Mojokerto ketika seorang pria paruh baya bernama Sumadi dikabarkan hilang. Warga saat itu selain mencari korban dengan menyusuri sungai Desa Beratkulon, Kecamatan Kemlagi juga melakukan ritual bung-buk Neng.

Ritual yang dilakukan oleh ibu-ibu tetangga Sumadi ini membawa berbagai peralatan dapur, mulai dari tampah, wajan, baskom, timba plastik, hingga panci. mereka akan berjalan menyusuri sungai Marmoyo mulai dari rumah Sumadi sampai tempat hilangnya korban.

Kisah Sultan Pajang yang Melarikan Diri dari Pasukan Gaib Mataram Islam

Pada saat menyusuri sungai itu, para ibu-ibu ini akan memukuli peralatan dapur tersebut dengan batang bambu sembari memanggil-manggil nama korban. Tradisi ini memang dipercaya bisa mencari orang hilang.

“Ini namanya buk-buk Neng, cara yang diyakini masyarakat sini untuk mencari orang hilang yang disembunyikan genderuwo,” kata Julaikah yang dimuat Detik.

Mengenal Buk-buk Neng

Jualaikah menjelaskan istilah buk-buk Neng diambil dari suara peralatan dapur saat ditabuh. Timba dan tampah akan mengeluarkan bunyi buk saat dipukul, sedangkan wajan, panci dan baskom berbunyi neng.

“Kalau ditabuh, konon genderuwonya berjoget. Katanya kalau gendruwonya joget, Sumadi dilepaskan,” terangnya.

Misteri Telaga Madiredo yang Dipercaya Tempat Mandi Hanoman

Dilansir dari Jawapos, pemerhati sejarah dan folklor Mojokerto, Iwan Abdullah mengatakan belum ada catatan pasti kapan buk-buk neng muncul. Namun dirinya menduga tradisi tersebut sudah muncul sejak era Kerajaan Majapahit.

“Masyarakat menggelar buk-buk neng untuk mencari orang hilang yang dianggap tak wajar,” terangnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini