Muasal Kerajinan Keramik Kasongan Demi Lanjutkan Perjuangan Diponegoro

Muasal Kerajinan Keramik Kasongan Demi Lanjutkan Perjuangan Diponegoro
info gambar utama

Kerajinan keramik yang dipertahankan masyarakat Kasongan di Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Bantul ternyata terkait erat dengan perjuangan melawan Belanda. Hal ini bahkan terkait dengan sosok pengikut Pangeran Diponegoro, Kiai Song.

Dimuat dari Kompas, sosok Kiai Song yang bergelar Kiai Guru Kasongan Ngabdul Raupi ini tetap melakukan perlawanan secara diam-diam pasca penangkapan Pangeran Diponegoro. Perlawanan ini dilakukan dengan mengajak warga tak bertani.

Museum Seni Rupa dan Keramik dengan Wajah Barunya

Ketika itu dirinya mengajak warga beralih profesi menjadi pekundi atau pembuat peralatan dapur dari tanah liat. Kepada masyarakat, dia mengajarkan keahlian baru sebagai perajin gerabah dari tanah liat.

“Imbauan Kiai Song agar warga tak bercocok tanam disebabkan sebagian hasil pertanian masyarakat saat itu harus diserahkan kepada Pemerintah Belanda,” ucap Timbul Raharjo, tokoh masyarakat Kasongan.

Strategi perjuangan

Timbul menjelaskan bahwa strategi perjuangan nonfisik ini dengan nama pekundi (berasal dari kata kundi yang juga berarti kendi). Diharapkan dengan strategi ini lahan persawahan di sekitar Kasongan menjadi tidak subur dan tak bisa ditanam.

Pada buku Historisitas Desa Gerabah Kasongan yang ditulis Timbul disebutkan bahwa ketakutan warga Kasongan terhadap Pemerintah Belanda digambarkan dengan sikap warga setempat saat itu.

“Sikap warga setempat akan melepaskan hak tanahnya ketika ditemukan seekor kuda milik reserse Belanda yang meninggal tepat di atas lahan mereka. Waktu itu tak ada kisah yang bersedia mengaku kepemilikan tanah tersebut,” ucapnya.

Kinerja Produk Keramik dalam Mendukung Ekonomi Kreatif Indonesia

Kisah ini sejalan dengan fenomena masyarakat Kasongan, pasalnya hingga saat ini sebagian besar dari mereka tak memiliki lahan pertanian. Karena itu, tak heran jika selama bertahun-tahun mereka menggantungkan hidup sebagai pembuat gerabah.

Kampung seni

Perkembangan Kasongan sebagai daerah pembuat gerabah semakin semarak dengan hadirnya sosok bernama Mbah Jembuk alias Soikromo pada tahun 1935. Sosok inilah yang merintis pembaharuan kreasi gerabah dari sekadar alat rumah tangga jadi kerajinan.

“Karya baru seperti malaikat (angel), macan, dan loro blonyo mendapatkan perhatian dari Pemerintah Belanda,” ucapnya.

Air Penuh Khasiat di Wisata Pemandian Air Panas Guci Tegal

Karena kreasi inilah konon orang Belanda menjadi sangat tertarik. Mereka lantas memesan beberapa patung berbentuk macan dan memasangnya di dam dam sebagai penanda bahwa bangunan tersebut dibuat oleh mereka.

Karya keramik patung angel yang muncul sekitar tahun 1935 itu diduga merupakan pengaruh barat. Bahkan tidak menutup kemungkinan karena ada pengaruh dari kreator dari Eropa, yakni seniman Belanda.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini