Memperkenalkan Silase ke Masyarakat Enggano untuk Pengganti Pakan Ternak di Musim Kemarau

Memperkenalkan Silase ke Masyarakat Enggano untuk Pengganti Pakan Ternak di Musim Kemarau
info gambar utama

Pulau Enggano merupakan pulau terluar Indonesia. Secara demografis, luas wilayahnya mencapai 400,6 km² yang terdiri dari enam desa, yaitu Desa Banjarsari, Meok, Apoho, Malakoni, Kaana, dan Kahyapu. Jarak Pulau Enggano ke Ibukota Provinsi Bengkulu sekitar 156 km atau 90 mil laut. Sedangkan jarak terdekat adalah ke kota Manna, Bengkulu Selatan sekitar 96 km atau 60 mil laut.

Perjalanan menuju ibu kota provinsi dapat ditempuh melalui jalur laut dan udara dengan jadwal 2 minggu sekali. Terbatasnya mobilitas yang ada mengharuskan masyarakat untuk bergantung dengan alam dan beradaptasi dengan memanfaatkan kondisi lahan juga sumber daya yang ada di pulau.

Di Desa Banjarsari, masyarakat banyak yang mengelola peternakan seperti kerbau, sapi, kambing, ayam, dan itik dalam skala kecil. Hasil peternakan ini biasanya digunakan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari masyarakat. Didukung dengan kondisi hamparan lahan yang luas membuat masyarakat juga dapat memanfaatkannya untuk menunjang pakan ternak.

Mencicipi Tauco Cap Meong dari Cianjur yang Telah Bertahan Selama 1 Abad

Akan tetapi, hal ini menjadi permasalahan bagi masyarakat ketika datang musim kemarau. Pasalnya pasokan untuk pakan ternak menjadi berkurang dan berdampak pada hewan ternak.

Brian, salah satu mahasiswa KKN-PPM UGM 2023 dari Jurusan Peternakan, memperkenalkan pembuatan silase sebagai pengganti pakan ternak pada musim kemarau di Desa Banjarsari, Kecamatan Enggano. Brian merasa pembuatan silase ini dapat menjadi solusi untuk masyarakat khususnya di Desa Banjarsari.

Hal ini dirasa perlu dilakukan karena mempertimbangkan bahwa banyak masyarakat yang memiliki ternak, sehingga silase ini dapat menjadi solusi yang tepat untuk para peternak di musim kemarau.

Silase adalah pakan berbahan dasar hijauan yang dilakukan fermentasi selama kurang lebih 3 minggu. Silase dijadikan sebagai alternatif yang memiliki kandungan karbohidrat, protein dan vitamin yang stabil. Prinsip dasar pembuatan silase memacu terjadinya kondisi aerob dan asam.

Ada tiga hal paling penting untuk mendapatkan kondisi tersebut yakni menghilangkan udara dengan cepat, menghasilkan asam laktat yang membantu menurunkan pH, mencegah masuknya oksigen ke dalam silo, dan menghambat pertumbuhan jamur selama penyimpanan. Tujuan dari pembuatan silase adalah untuk mengawetkan hijauan saat musim kemarau atau kesulitan untuk mendapatkan hijauan.

Bagaimana Mengetahui Kualitas Silase yang Baik?

Kualitas silase dapat berdampak pada hewan ternak. Oleh karena itu, perlu diperhatikan dengan saksama terkait proses pembuatan hingga hasil yang didapat. Berikut beberapa ciri-ciri yang dapat diperhatikan secara langsung:

a.Memiliki aroma dan berasa asam,

b.Tidak berbau busuk, hal ini dapat memengaruhi kualitas dari hasil silase,

c.Hijauan berwarna hijau kekuningan-kuningan, apabila dipegang terasa lembut dan empuk tetapi tidak basah,

d.Silase tidak menggumpal dan berjamur, pH berkisar antara 3,2-4,5. Apabila terdapat jamur, warna hitam, berair, dan aroma tidak sedap maka kualitas silase buruk.

Viktor Frankl dan Kebutuhan Manusia akan Makna Hidup

Tata Cara Pembuatan Silase

Pembuatan silase sangat sederhana dan bahannya cukup mudah untuk ditemukan. Berikut adalah tata cara pembuatan silase yang bisa Kawan GNFI ikuti:

Alat:

  • Tong,
  • Ember,
  • Timbangan,
  • Terpal, dan
  • Gelas ukur.

Bahan:

  • Hijauan pakan ternak,
  • Molasses 5%,
  • Air, dan
  • EM4.

Adapun untuk cara membuatnya, kamu bisa menyimak di bawah ini!

a.Molases diencerkan menggunakan air.

b.Kemudian, molases diberikan ke hijauan pakan ternak secara merata.

c.Selanjutnya, silase dimasukkan ke dalam wadah dan ditutup rapat sehingga tidak ada rongga.

Alun Alun Pati, Ruang Terbuka Hijau Untuk Spot Olahraga dan Rekreasi

Silase dapat bertahan antara 6 bulan hingga 1 tahun tergantung pada perawatan setelah silase selesai. Silase dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak di segala musim terutama sebagai makanan cadangan ketika musim kemarau atau bahkan musim paceklik.

Sehingga ini dapat menjadi bentuk pencegahan dari dampak musim kemarau yang dapat terjadi sewaktu-waktu. Pemanfaatan silase ini juga merupakan salah satu cara meningkatkan nilai guna limbah pertanian. Limbah pertanian yang biasanya terbuang sia-sia, dapat digunakan sebagai makanan jangka panjang untuk ternak.

Brian beranggapan bahwa pembuatan silase ini cukup mudah dipahami dan dilakukan, sehingga dapat dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat di Desa Banjarsari.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KE
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini