Memperkenalkan Budaya Tanpa Malu, Lalu Raih Kesuksesan! Kisah Inspirasi Kang Narman

Memperkenalkan Budaya Tanpa Malu,  Lalu Raih Kesuksesan! Kisah Inspirasi Kang Narman
info gambar utama

Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan ras dan budaya, pasti kawan GNFI tidak asing akan hal itu. Salah satu contoh keaneragaman hal itu nampak pada salah satu suku di Banten, yaitu suku Baduy.

Suku Baduy bertempat tinggal di Desa Kanekes, Kecamatan Leuewidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Suku Baduy dalam kegiatan sehari-hari mereka tanpa menggunakan alat-alat yang modern. Hal ini terlihat pada alat penerangan seadanya, alat mandi tanpa sabun dan sejenisnya, berjalan tidak memakai alas kaki dan pakaian pun sederhana. Dengan kata lain, suku Baduy ini masih mempertahankan hukum adat yang melarang adanya pengaruh luar memasuki kawasan suku Baduy (moderenitas). Mereka melakukan ini juga merupakan cara untuk melindungi ekosistem.

Suku Baduy terdiri dari suku Baduy luar dan dalam. Kang Narman, sapaan akrabnya, bermukim di Baduy luar. Beliaulah yang menginspirasi masyarakat sekitar untuk memasarkan secara luas hasil karya mereka. Merek yang dicetuskan untuk memayungi kumpulan karya masyarakat ialah baduycraft.

Perjuangan Sanggoe Darma Tanjung: Melawan Keterbatasan, Menggapai Medali Asian Games 2022

"Saya melihat banyak penghasil kerajinan di sekitar saya yang kesulitan dalam menjual produk-produk mereka," terangnya saat penulis mewawancarai melalui instagram seputar niatan awal mendirikan usaha tersebut.

Terdapat aturan adat yang sudah disinggung di atas, seperti tidak bisa meminta pemeriksaan pendirian pabrik, menyiapkan lapangan pekerjaan umum, serta tak bisa membuka pelatihan skill untuk bekerja dikarenakan hukum adat yang mengatakan bahwa orang Baduy harus tinggal dan bekerja di tanah itu sendiri. Maka dari itu Kang Narman hanya bisa membantu memasarkan produk, hal ini pula dianggap sebagai jalan yang benar karena tetap menjaga adat yang ada yaitu menggunakan buah karya masyarakat Baduy sendiri.

Perjalanan Kang Narman tidak selalu mulus, awalnya beliau ditegur oleh pemimpin adat karena menggunakan ponsel yang jelas telah melanggar hukum adat. Namun, Kang Narman berhasil memberikan penjelasan mengenai tujuan baiknya hingga berhasil meyakinkan pimpinan adat tersebut dan masyarakat.

Meskipun ada hukum adat yang mengikat tidak menyurutkan langkah Kang Narman untuk terus berjuang dalam memasarkan produk setempat. Salah satu produk hasil karya suku Baduy khususnya Baduy dalam ialah tenun. Menenun ialah kegiatan sehari-hari kaum perempuan ketika tidak pergi berladang. Uniknya kegiatan ini telah diajarkan sejak anak perempuan berumur 9 tahun. Terdapat pendapat bahwa bagi perempuan yang belum bisa menenun dilarang untuk menikah, sebab kegiatan ini sendiri dapat menggambarkan sosok perempuan itu sendiri, yaitu pribadi yang sabar, memiliki tanggung jawab, pekerja keras, dan disiplin.

Tenun dan hasil karya lainnya dipasarkan Kang Narman melalui sosial media instagram @baduycraft sejak 2016. Teknik pemasarannya yaitu menggunakan storytelling. Menurut Kang Narman menggunakan metode ini sebagai pembeda dari produk lainnya, sekaligus bisa memaparkan filosofi dari setiap produk. Hal ini bisa kawan GNFI lihat melalui laman instagram @baduycraft.

Dalam menjalan usaha ini sekiranya ada tiga tantangan yang dialami Kang Narman, antara lain :

Pertama, harus belajar otodidak beberapa hal karena untuk pendidikan formal dilarang hukum adat. Pendidikan sudah diajarkan melalui para orang tua. "Pada prinsipnya orang Baduy ialah pertapa yang mendapatkan tugas mulia . Tugas untuk menjaga kedamaian dunia dengan cara tidak ikut serta yang marak akan kompetisi. Orang Baduy sudah hidup sederhana dan mampu menjaga hal itu," terangnya," gak boleh sekolah jelas dengan bersekolah kita mengolah dunia, dengan mengolah dunia pasti ada hal yang merusak. Itulah kenapa keputusan adat sudah bulat."

Mendadak Galau Saat Hujan Ada Penjelasan Ilmiahnya, loh!

Kedua, di kampung susah sinyal. Alhasil, Kang Narman harus pergi ke luar wilayah Baduy. Sejatinya hukum adat tidak membatasi masyarakatnya untuk memenuhi kebutuhan hidup di luar, asalkan mereka tetap menjaga norma dan adat dalam diri.

Ketiga, managemen produksi kain tenun yang eksklusif yaitu hanya terdapat 5 pcs, ini dapat menjadi permasalahan bila ada yang memesan produk melebihi persediaan. Salah satu faktornya yaitu kegiatan menenun yang bila dilakukan 1 orang 1 kain menghabiskan waktu 4-7 hari. Setiap motif juga stok terbatas.

Sebagai penutup dari artikel ini, Kang Narman menitipkan pesan untuk pemuda yang ingin mengikuti jejaknya dalam berkarir wirausaha.

"Jangan lupakan budaya kita, Indonesia itu kaya akan budaya, di tiap-tiap keluarga meskipun tinggal di perkotaan tetap harus menjunjung tinggi tradisi keluarga. Ingat-ingat dulu apa yang orang tua katakan. Itulah yang membuat kita Indonesia kaya ...

terus bagi siapapun jangan malu untuk berusaha apapun itu terutama jika jenis usahanya berkaitan dengan budaya. Meskipun, tantangan pasti ada bahkan bisa diejek karena ketinggalan jaman gapapa, justru produk-produk viral di luar sana sebetulnya berasal dari produk tradisional."

Itulah sosok Kang Narman yang telah memberikan wawasan baru serta membagikan pengalaman yang bermakna. Menurut kawan GNFI pesan apa saja yang Kang Narman berikan pada kita?

Semoga dengan artikel ini bisa memotivasi kawan GNFI. Sampai jumpa lagi!

Justitia Avila Veda, Perempuan Inspiratif Penegak Keadilan Bagi Korban Kekerasan Seksual

#kabarbaiksatuindonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

LO
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini