Strategi Peningkatan Ekonomi Dalam Pariwisata Budaya Indonesia Melalui Analisis Emosi

Strategi Peningkatan Ekonomi Dalam Pariwisata Budaya Indonesia Melalui Analisis Emosi
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbung untuk Melambung

Pengukuran kuantitatif tentang kualitas kebudayaan Indonesia telah disusun secara lintas organisasi antara Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (‘Kemendikbudristek’); Kementerian PPN/Bappenas; dan Badan Pusat Statistik (‘BPS’) dan menghasilkan model Indeks Pembangunan Kebudayaan (‘IPK’). Terdapat 7 (tujuh) dimensi pengukuran yakni ekonomi budaya, pendidikan, ketahanan sosial-budaya, warisan budaya, ekspresi budaya, budaya literasi, dan gender.

Meskipun pengukuran ini belum dapat dikatakan mencerminkan kondisi riil, paling tidak pengukuran ini dapat dijadikan acuan awal dalam memotret kualitas budaya di Indonesia. Berdasarkan tren tahun 2018-2021, IPK Nasional rata-rata berada pada angka 54,05 dan dimensi ekonomi budaya menduduki posisi paling rendah dari dimensi lainnya.

Menurut The World Tourism Organization (‘UNWTO’), konsep pariwisata budaya merupakan jenis kegiatan wisata yang memberikan kesempatan kepada wisatawan untuk menemukan dan menikmati produk budaya baik yang sifatnya berwujud maupun tidak berwujud dalam suatu destinasi pariwisata. Dalam konteks kemajuan pariwisata yang diukur dengan Travel and Tourism Index (‘TTCI’), Indonesia menduduki peringkat yang cukup baik pada tahun 2021 yakni peringkat 32 dari 117 negara, namun demikian jika dibandingkan dengan data IPK tahun 2021 maka implikasi sektor pariwisata budaya secara khusus terhadap ekonomi masyarakat belum signfikan. Kondisi demikian menunjukkan bahwa masih ada peluang untuk memperbaiki kualitas integrasi budaya supaya dapat meningkatkan sirkulasi uang beredar pada destinasi pariwisata di Indonesia.

Nilai Aset Negara Capai Rp11.000 Triliun, Harus Dioptimalkan untuk Perekonomian

Salah satu strategi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan ekonomi dalam perspektif pariwisata budaya yakni mendapatkan pengetahuan yang komprehensif tentang persepsi publik yang menyiratkan kelemahan dan kelebihan serta keinginan publik terhadap suatu destinasi pariwisata budaya. Dalam era big data seperti saat ini, analisis emosi, yang merupakan salah satu analisis sentimen publik terhadap suatu topik tertentu, dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pelayanan atau produk berdasarkan masukan dari publik (Liu, 2012).

Emosi menjadi penting untuk dipetakan karena menjadi determinan dari perilaku manusia, saat ini analisis emosi cukup banyak digunaan pada industri e-commerce, industri jasa, industri kesehatan, dan industri jasa keuangan (Huang et.al, 2023). Salah satu aplikasi sederhana untuk melakukan analisis ini adalah Orange Data Mining, melalui fitur Tweet Profiler dengan model Ekman.

Namun demikian, penggunaan software seperti Phyton dan R akan lebih baik dalam menganalisis persepsi publik, misalnya saja seperti yang dilakukan oleh Aziz et. al (2022). Model Ekman akan mengklasifikasikan persepsi publik menjadi “Joy”, “Surprise”, “Sadness”, “Fear”, “Disgust”, dan “Anger”. Kemudian, perlu dipetakan lebih mendalam kata-kata apa yang paling sering muncul di dalam setiap klasifikasi emosi tersebut, sehingga analisis emosi ini dapat memberikan pengetahuan kepada pembuat kebijakan tentang bagaimana persepsi publik terhadap destinasi pariwisata tersebut, bahkan dapat dilakukan secara real-time.

Selanjutnya, wadah atau platform yang digunakan dalam menampung persepsi publik juga menjadi penting. Misalnya saja, Google Maps, Google Review, Instagram, TikTok dan X dapat menjadi wadah yang menampung beragam opini publik. Opini publik yang ditampung dalam wadah tersebut akan menjadi basis data yang digunakan dalam menganalisis emosi publik terhadap suatu destinasi pariwisata budaya.

RI Bukukan 99 Kontrak Dagang Senilai Rp77,6 Triliun di Hari Pertama TEI 2023

Namun demikian, setiap pengembang atau pemilik dari wadah tersebut memiliki kebijakan Application Programming Interface (‘API’) yang berbeda-beda. API merupakan sebuah software perantara yang memungkinkan dua aplikasi untuk berkomunikasi, terutama dalam ekstraksi dan berbagi data. Misalnya saja pada kasus X, yang memberikan limitasi untuk ekstraksi atas data-data opini publik dalam aplikasinya. Kondisi seperti ini akan menyulitkan seorang Data Analyst dalam melakukan analisis emosi.

Berdasarkan penjelasan atas strategi dan tantangan dalam eksekusi strategi peningkatan kualitas pariwisata budaya di Indonesia melalui analisis emosi persepsi publik, maka Pemerintah Indonesia perlu melakukan beberapa alternatif berikut:

  1. Menetapkan regulasi yang mendorong pelonggaran limitasi API oleh pengembang wadah atau platform media sosial dengan syarat penggunaan tersebut dibatasi untuk kepentingan pemerintah;
  2. Meningkatkan kapabilitas Data Analyst pada Kementerian/Lembaga agar dapat melakukan analisis emosi persepsi publik dengan lebih efektif;
  3. Mendorong advokasi kebijakan dari komunitas publik untuk berpartisipasi dalam menilai kelemahan dan kelebihan suatu destinasi pariwisata budaya melalui wadah atau platform media sosial.
24 Oktober Ditetapkan Sebagai Hari Ekonomi Kreatif Nasional

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

RV
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini