Cerita Penemuan Ladang Gas Raksasa di Papua Barat yang Gaet Investor Asing

Cerita Penemuan Ladang Gas Raksasa di Papua Barat yang Gaet Investor Asing
info gambar utama

Pemerintah Indonesia telah meresmikan kilang ketiga dari pengembangan ladang gas alam cair Tangguh LNG di Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat, Jumat (24/11/2023). Investasi proyek ini mencapai 4,83 miliar dolar AS atau setara Rp72,45 triliun.

Tangguh LNG mencakup enam lapangan gas terpadu yang terletak di wilayah Kontrak Kerja Sama (KKS) Wiriagar, Berau, dan Muturi. Ladang tersebut diklaim pemerintah menjadi produsen gas terbesar di Indonesia. Pengembangannya dioperasikan oleh investor asing asal Malaysia, BP Berau Ltd., yang memegang 40,22 persen kepemilikan proyek.

Jauh sebelum Indonesia memiliki cadangan gas raksasa di Teluk Bintuni, banyak perusahaan dari berbagai negara mengadakan eksplorasi di seluruh Indonesia untuk menemukan kekayaan migas. Setelah bertahun-tahun, ladang itu pun ditemukan enam warsa sebelum akhir abad ke-20.

Kilang Gas Alam Cair di Papua Barat Resmi Beroperasi, Habiskan Rp72,45 Triliun

Penjelajahan 1994

Menurut Persatuan Geologi Houston, Indonesia termasuk negara penghasil minyak dan gas yang produktif. Setidaknya 230 BBO dan 150 triliun kaki kubik gas (TCFG) telah ditemukan di sini. Sebagian besar hidrokarbon terperangkap dalam bebatuan era Tersier di cekungan Indonesia bagian barat dan di lepas pantai Jawa, Sumatra, serta Kalimantan.

Sepanjang abad ke-20, penjelajahan di Indonesia bagian timur awalnya tidak menemukan apa-apa. Namun, pencarian akhirnya membuahkan hasil ketika Atlantic Richfield Company (ARCO) asal Amerika Serikat menemukan akumulasi gas alam super raksasa di batuan pra-Tersier di Teluk Bintuni, Papua Parat, yang saat itu disebut Irian Jaya.

Penemuan ARCO berasal dari zaman Paleosen hingga Jurasik, letaknya di bawah ladang minyak yang sudah ada sejak periode Miosen. Daerah itu bernama Distrik Weriagar, Teluk Bintuni, Papua Barat.

Analisis tekanan di sumur penemuan menunjukkan bahwa ketinggian kolom gas melebihi 2000 kaki, sehingga potensi akumulasi gas cukup besar untuk mendukung pembangunan pabrik gas alam cair (LNG). Dari tahun 1994 hingga 1998, ARCO mengolah lahan tersebut yang mengandung sebagian besar hidrokarbon. Kemudian, mereka meningkatkan persyaratan komersial melalui negosiasi dengan pemerintah Indonesia, lalu menilai sumur awal.

Setelah beberapa lama melakukan eksplorasi, ARCO pun mengidentifikasi dan menemukan dua ladang gas di dekat Distrik Weriagar. Mereka pun melakukan program seismik 3D di darat dan lepas pantai yang ekstensif, lalu bekerja sama dengan sebuah perusahaan teknik untuk mensertifikasi 24 triliun kaki kubik gas alam sebagai cadangan. Cadangan itulah yang menjadi dasar pemerintah Indonesia menetapkan proyek LNG Tangguh pada 1997.

3 Megaproyek Bakal Dibangun di Papua Barat, Investasi Ratusan Triliun

Penemuan terbesar

Tangguh menjadi penemuan terbesar ketiga dalam perjalanan ARCO sekaligus penemuan hidrokarbon besar pertama pada masa pra-Tersier dalam sejarah eksplorasi minyak dan gas di Indonesia. Namun, pada 2000, ARCO diakuisisi sebesar 26,8 miliar dolar AS oleh raksasa minyak BP Amoco dari Inggris yang kemudian berubah nama menjadi BP PLC. Beberapa anak usahanya pun ikut terlibat dalam proyek Tangguh di antaranya: BP Muturi Holdings B.V., BP Wiriagar Ltd. dan Wiriagar Overseas Ltd.

Tangguh mulai berproduksi pada 2009, empat tahun setelah pemerintah Indonesia memberikan izin. Banyak perusahaan minyak dan gas ternama yang kini ikut dalam pengembangan Tangguh. Mereka terdiri dari MI Berau B.V dengan besaran kepemilikan 16,30 persen, CNOOC Muturi Ltd. (13,90 persen), Nippon Oil Exploration (Berau) Ltd. (12,23 persen), KG Berau Petroleum Ltd (8,56 persen), KG Wiriagar Petroleum Ltd. (1,44 persen), dan Indonesia Natural Gas Resources Muturi Inc. (7,35 persen).

Pasokan Gas Industri Pupuk Fakfak Akan Disuplai dari Pabrik Senilai Rp57 Triliun

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Afdal Hasan lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Afdal Hasan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini