Sambangi Desa Trayang dengan Aktivitas Tempo Dulu yang Masih Berlaku

Sambangi Desa Trayang dengan Aktivitas Tempo Dulu yang Masih Berlaku
info gambar utama

Desa Trayang merupakan desa kecil di Kabupaten Nganjuk yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Kediri. Desa ini hanya terpisahkan oleh aliran sungai anak cabang Brantas. Tak punya pula prestasi cemerlang dan predikat desa wisata, tapi Desa Trayang telah merekam banyak kejadian bersejarah pada zaman penjajahan Belanda dan Jepang.

Penjajahan 3,5 abad oleh Belanda dan 3,5 tahun oleh Jepang menyisakan kebiasaan yang diakulturasikan dengan tradisi Jawa hingga dewasa ini membudaya di masyarakat desa. Sederet aktivitas tempo dulu yang masih berlaku di masyarakat Desa Trayang dirangkum berdasarkan observasi dan relasi dengan ilmu sosiologi.

Barter

Barter merupakan metode pembayaran kuno dengan cara tukar-menukarkan barang yang masih berlaku di Desa Trayang, bahkan antar desa sekalipun. Misalkan penjual pecel membeli daun pisang kepok dengan menjualkan satu porsi pecel kepada penjual pisang.

Begitu pun dengan penjual tahu lontong yang menjual satu porsi tahu lontong kepada penjual beras saat membutuhkan beras. Barter dirasa mudah dilakukan dibanding menggunakan uang karena tiap orang langsung mengetahui barang yang diinginkan dan menyiapkan barang yang akan dijual.

Bahasa Jawa Krama Inggil, Berkomunikasi Santun kepada Sesepuh

Mouth to Mouth

Era modernisasi memunculkan banyak perlengkapan alat elektronik sebagai sarana penyebaran informasi maupun bertukar informasi seperti televisi dan telepon. Namun, terlihat jelas Desa Trayang masih mengadopsi metode mouth to mouth untuk bertukar informasi dari jaman penjajahan.

Desa Trayang juga mempunyai 'surat kabar berjalan' sebagai julukan bagi pria paruh baya sekaligus warga Desa Trayang yang gemar berkelana dari desa asal hingga desa tetangga. Aktivitas bertukar informasi menggunakan metode mouth to mouth dianggap lebih akurat dan terpercaya karena penyampai berita (sender) dan penerima berita (receiver) saling bertatap muka secara langsung tanpa batasan apa pun.

Metode tersebut juga memudahkan para lansia Desa Trayang untuk memperoleh berita tanpa harus berkunjung ke desa tetangga.

Ilustrasi Nongkrong di Warkop © unsplash.com
info gambar

Nongkrong di Warung Kopi

Warkop atau Warung kopi masih banyak ditemui pada sudut gang maupun antar rumah di Desa Trayang. Aroma biji kopi yang disangrai tiap malam merebak hingga rumah tetangga dan selalu berhasil memikat orang yang sedang melintas di depan warung.

Tidak hanya untuk meneguk secangkir kopi, tetapi juga sebagai wadah untuk bercengkerama bagi sesama petani maupun buruh. Warung kopi Desa Trayang juga difasilitasi permainan biliar yang telah menggantikan permainan karambol. Tak ayal warung kopi menjadi pionir dan inspirasi pemilik kafe di kota-kota besar.

Gotong Royong

Tak memandang status dan kelas sosial, warga Desa Trayang akan berbondong-bondong membantu tetangga yang sedang kesusahan. Gotong royong sebagai aktivitas dan budaya asli Indonesia sejak jaman penjajahan yang masih sering dijumpai di sudut jalan.

Solidaritas antar tetangga masih banyak ditemui hingga mematahkan kelas sosial dan menumbuhkan rasa kekeluargaan, meski bukan keluarga kandung. Pemandangan indah inilah yang membuat hati tenteram, damai, sejahtera, dan bahagia.

Cerita Pemeliharaan Bahasa Amarasi: Heronimus Bani dan Terbitnya Kamus Maruna’

Bersepeda

Mobilitas sederhana yang mencontoh para kolonial Belanda adalah bersepeda. Tak lekang waktu, setiap warga Desa Trayang masih mengayuh pedal sepeda untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Mulai dari anak sekolah, petani, pedagang, buruh, hingga ibu rumah tangga. Tak banyak tetapi tak sedikit pula yang menggunakan sepeda sebagai transportasi murah meriah dan praktis sembari berolahraga.

Ilustrasi Bersepeda © unsplash.com
info gambar

Sapa dan Ramah

Setiap warga Desa Trayang yang sedang berpapasan, hanya dengan senyuman maupun anggukan akan dianggap perhatian, ramah, dan santun terhadap orang tersebut. Terlebih apabila saling sapa-menyapa, maka sudah dianggap lebih menghargai orang tersebut dengan dilanjut obrolan ringan sepintas, baik basa-basi maupun menanyakan akan pergi ke mana.

Inilah alasan mengapa Indonesia bisa menjadi salah satu negara teramah di dunia berdasarkan penilaian World Crunch di tahun 2023.

Desa Trayang sebagai salah satu contoh dari desa lain di Pulau Padi yang masih mempraktikkan aktivitas tersebut. Terkesan sederhana, tetapi aktivitas tersebut mungkin akan jarang ditemui di perkotaan karena kurangnya etika-moral pada generasi sekarang ini.

Tak bosan-bosannya untuk terus mengenalkan dan mengajari aktivitas tersebut ke generasi selanjutnya, sehingga Indonesia tetap menjadi negara teramah dan bermoral dengan cara elegan tanpa menghilangkan identitas bangsa.

5 Rekomendasi Tempat Kuliner Sate di Jawa Timur, di Mana Saja?

Referensi:

https://worldcrunch.com/living-abroad/best-worst-countries-expats-2023

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NU
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini