Anjangsana Ke Kota Angin Nganjuk di Masa Kejayaan Mataram

Anjangsana Ke Kota Angin Nganjuk di Masa Kejayaan Mataram
info gambar utama

Menyelami lautan histori berdirinya tiap kota di daerah Jawa Timur tak lekang oleh waktu. Sarat dalam tulisan dan sirat penuh dengan makna menjadi gambaran perjuangan masa lampau. Terutama rekam jejak kejayaan zaman Mataram yang selalu menjadi sorotan di Jawadwipa.

Meski sempat mengalami kekalahan dari tragedi pertempuran pasukan Dinasti Kula Sanjaya atau Mataram Kuno dengan pasukan Melayu Sriwijaya yang terjadi sepanjang pesisir Jawa Barat hingga Jawa Tengah, tetapi darah juang Mataram Kuno patut diacungi jempol.

Ketika medan pertempuran beralih ke Jawa Timur di daerah Anjuk Ladang, Mataram Kuno dengan pasukan Mpu Sendok sebagai panglima perang bergelar Mahamantri I Hino berhasil meraih kemenangan dengan keikutsertaan masyarakat desa di sekitar area pertempuran.

Ilustrasi Nganjuk © pexels.com
info gambar

Kemenangan Mpu Sendok membuahkan hasil dengan penobatan gelar raja Sri Maharaja Mpu Sendok Sri Isanawikrama Dharmatunggadewad pada tahun 929 M sekaligus menjadi raja pertama Kerajaan Medang Kamulan (Dinasti Isyana/Isana).

Pada kekuasaan Mpu Sendok, banyak kerajaan-kerajaan besar bermunculan di Jawa Timur yang membentang di sepanjang lembah Sungai Madiun hingga Sungai Brantas. Tak heran apabila Jawa Timur terkenal sebagai wilayah penopang Kerajaan Mataram Kuno.

Kemenangan Mpu Sendok juga diapresiasi oleh masyarakat desa hingga diberi hadiah berupa desa perdikan (diartikan sebagai desa bebas pajak). Selain itu, ia juga menyandang status Sima Swatantra bernama Anjuk Ladang, yang mempunyai makna kemenangan gilang gemilang.

Sima Swatantra merupakan istilah kuno yang terdiri dari kata ‘Sima’ berarti wilayah bebas pajak dan ‘Swatantra’ berarti daerah yang diberi hak untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Maka dari itu, Anjuk Ladang merupakan wilayah dengan pemerintahan daerah dikelola sendiri oleh daerah itu sendiri atau biasa disebut wilayah desentralisasi.

Mencari Berkah dari Sumur Tujuh yang Keramat di Puncak Gunung Karang

Asal-muasal Nama Nganjuk

Bermekar layaknya bunga. Anjuk Ladang sebagai desa perdik milik Mpu Sendok yang semula hanya desa kini meluas menjadi kabupaten bernama Nganjuk berasal dari kata ‘Anjuk’ yang berarti tinggi dengan penambahan konsonan ‘Ng’ sebagai penunjuk tempat oleh masyarakat lokal.

Secara gramatikal, kata ‘Nganjuk’ juga merupakan hasil proses perubahan tatanan bahasa (atau biasa disebut morfologi) warga lokal yang telah menjadi ciri khas dan struktural bahasa Jawa. Kata tersebut juga termasuk kosakata kuno atas gejala internalisasi dari bentuk informalisasi.

Histori mencatat keberadaan Nganjuk baru muncul pada pertengahan abad pertama abad 10 atau sekitar tahun 927 hingga 937 Masehi dengan ditemukan bukti sejarah berupa prasasti yang tersebar di beberapa daerah.

Desa Tanjungkalang di Kecamatan Ngronggot menyimpan prasasti yang terpatri tahun 856 Saka atau sekitar 937 Masehi berisikan Wawa (desa) Kinawe, wilayah Wateg (desa besar) Kandangan sebagai desa perdikan.

Selanjutnya Desa Kujonmanis Kecamatan Tanjunganom di tahun yang sama menyebutkan jual beli ‘lemah sawah’ yang sangat luas dan beberapa nama seperti Hering, Marganung, dan Hujung sebagai ‘protonun’ dari desa Keringan Ganung, dan Ngujung sekarang ini. Sebagai informasi, lemah dalam bahasa Jawa artinya adalah tanah dan protoun adalah nama asli.

Tidak hanya bukti jual beli sawah dan daftar nama desa di jaman dahulu, prasasti di Desa Kujonmanis juga mencatat keberadaan nama raja yang memerintah pada saat itu, yakni Sri Maharaja Mpu Sendok Isanawikrama Dharmatunggadewa.

Upaya Pemerintah Cegah Pantura Tenggelam: Bangun Bendungan hingga Giant Sea Wall
 Motif Jayastamba pada kain © Dokumentasi Pribadi 2023
info gambar

Sampai pada prasasti terakhir yang tergolong terkenal dibanding dua lainnya, yakni prasasti Candi Lor di Desa Candi Lor, Kecamatan Loceret. Prasasti yang memiliki nama lain Jayastamba berarti Tugu Kemenangan dan Jayamerta berarti Candi Kemenangan.

Prasasti Candi Lor pada akhirnya mampu mengangkat nama Kota Angin Jawa Timur, Nganjuk dalam pencatatan pada Sejarah Indonesia Lama. Faktanya, bentuk prasasti Candi Lor atau Jayastamba dijadikan sebagai ikon sejarah yang terpatri pada motif kain batik khas Nganjuk.

Kemenangan masyarakat Nganjuk ditunjukkan dengan Tugu Jayastamba di tengah alun-alun kota Nganjuk di Jalan Ahmad Yani. Tidak hanya sebagai ajang pamer, justru Tugu Jayastamba digunakan sebagai pengingat dan rasa bangga akan kejayaan Nganjuk di masa lampau.

Meski tidak sepopuler kota lain karena Nganjuk sedang berbenah diri dan menyembuhkan diri dari bidang politik, kini Nganjuk perlahan bangkit dengan beragam tempat wisata alam bagi warga lokal dan pelancong luar kota. Sampai jumpa di Kota Angin Jawa Timur!

Gunung Telomoyo Jawa Tengah, Satu-Satunya Gunung yang Bisa Didaki Menggunakan Kendaraan

Memayu Hayuning Bawana, Ambrasto dhur Angkoro

Percantik Keindahan Dunia, Berantaslah Keangkaramurkaan

Referensi:

  • https://www.kompasiana.com/berlyn/599a887b04ca2422354291e2/j-a-l-part-i-jayastamba-saksi-bisu-zaman-kejayaan
  • https://www.nganjukkab.go.id/detail-kabar/pikat-wisatawan-pemkab-nganjuk-berencana-bangun-gedung-prasasti-jayastamba
  • https://www.kompas.com/stori/read/2022/12/19/220000079/prasasti-anjuk-ladang-asal-muasal-nama-nganjuk?page=all
  • https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/1953/8TAHUN1953PP.htm#:~:text=daerah%20Swatantra%2C%20ialah%20daerah%20yang,undang%20Dasar%20Sementara%20Republik%20Indonesia.
  • https://www.kompasiana.com/berlyn/59aff37ca7249b1a401c23d2/1080-tahun-berbenah-diri-memayu-hayuning-buwana-anjuk-ladang-part-ii

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NU
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini