Mengulik Rendang: dari Dapur Minangkabau hingga Filosofi Merantau

Mengulik Rendang: dari Dapur Minangkabau hingga Filosofi Merantau
info gambar utama

Rendang, sebuah hidangan khas Indonesia yang mendunia, telah menjadi favorit lintas strata sosial di tanah air. Lezatnya rendang, yang terbuat dari daging dan rempah-rempah khas Minangkabau, tak hanya memikat lidah orang Indonesia, tapi juga telah menawan hati pecinta kuliner global. Bahkan, restoran Padang di berbagai penjuru dunia sering kali menampilkan rendang sebagai menu andalan.

Prestasi rendang di panggung kuliner internasional bukanlah hal baru. Di tahun 2016, CNN menobatkannya sebagai makanan terlezat di dunia. Fenomena ini berlanjut hingga 2017, saat rendang kembali memenangkan hati 35.000 pemilih dalam sebuah jajak pendapat di Facebook, yang diselenggarakan oleh CNN.

Namun, di balik ketenarannya yang telah melintasi samudra dan menyihir lidah dunia, rendang ternyata menyimpan mozaik sejarah dan gugusan filosofi yang mendalam. Di setiap lapis daging yang empuk dan bumbu yang meresap sempurna, tersembunyi kisah-kisah masa silam. Yang mana para leluhur di Minangkabau, dengan cermat dan penuh kesabaran, mengolah rendang sebagai simbol perjuangan dan ketahanan. Yuk, temukan maknanya di penjelasan berikut!

Rendang: sebagai Media Gastrodiplomasi Indonesia di KTT ASEAN ke-43

Sejarah mencatat bahwa nama 'rendang' berasal dari kata 'randang' dalam bahasa Minang, yang merujuk pada proses memasak yang panjang dan telaten hingga menciptakan masakan kering yang kaya rasa. Rendang merupakan buah dari akulturasi budaya, salah satunya terinspirasi dari kuliner kari India.

Rendang awalnya dikembangkan oleh masyarakat Minangkabau sebagai metode untuk mengawetkan daging. Dalam iklim tropis Indonesia, daging cepat membusuk. Oleh karena itu, orang Minangkabau menciptakan cara untuk mengolah daging dengan rempah-rempah dan santan kelapa. Metode memasak ini secara perlahan mengurangi kandungan air, meningkatkan umur simpan daging, dan menghasilkan cita rasa yang kaya.

Seiring waktu, rendang berkembang menjadi lebih dari sekadar metode pengawetan. Ia menjadi bagian penting dalam upacara dan perayaan adat di Minangkabau. Rendang sering disajikan dalam acara-acara penting seperti pernikahan, kelahiran, dan acara keagamaan.

Dalam wawancara eksklusif dengan Kompas.com, Yevita Nurti, seorang ahli antropologi dari Universitas Andalas, mengungkap bahwa rendang adalah hasil dari percampuran budaya yang dibawa oleh pendatang, termasuk dari India. Menurutnya, proses akulturasi dan perkawinan budaya membuat bumbu-bumbu masakan seperti rendang tersebar dan dimodifikasi oleh masyarakat Minang.

Festival Marandang Sebagai Wujud Kota Payakumbuh untuk Melestarikan Rendang

Lebih dari sekadar masakan, rendang juga merupakan bagian integral dari kebudayaan Minangkabau, berkaitan erat dengan tradisi merantau dan keahlian pandai besi. Tradisi merantau membuat rendang menjadi bekal pilihan karena ketahanan dan daya awetnya. Yevi menambahkan bahwa di masa lalu, rendang dimasak menggunakan tungku dan kuali besi, mencerminkan kemahiran pandai besi masyarakat Minang sejak zaman dahulu.

Profesor Gusti Asnan, seorang sejarawan dari Universitas Andalas, mengemukakan bahwa rendang, sebuah masakan populer, mulai menyebar luas sejak awal abad ke-16. Hal ini berkaitan dengan orang Minang yang berlayar ke Malaka untuk berdagang, membawa serta rendang sebagai bekal. Berdasarkan keawetannya yang bisa bertahan berbulan-bulan, rendang kering menjadi pilihan ideal untuk bekal selama perjalanan panjang dan melewati sungai.

Selain itu, keberadaan rendang dapat ditemui dalam kesusastraan Melayu klasik, seperti dalam Hikayat Amir Hamzah. Hal ini menunjukkan bahwa rendang telah menjadi bagian dari seni kuliner Melayu sejak pertengahan abad ke-16, sekitar tahun 1550-an.

Rendang juga merupakan hasil dari pengaruh budaya dan bahan masakan asing, seperti rempah-rempah dari India yang dibawa oleh pedagang Gujarat. Ciri khas rendang yang terus diaduk hingga berwarna hitam dan tanpa kuah juga menjadi bagian penting dari sejarah kuliner ini.

Melalui kisah rendang ini, kita dapat melihat bagaimana sebuah masakan tidak hanya menjadi simbol kebanggaan kuliner, tapi juga cerminan dari perjalanan sejarah dan kebudayaan Nusantara yang kaya.

Memperdebatkan Asal Rendang di Festival Pusako, Pekan Kebudayaan Nasional 2023

Sumber referensi:

  • https://id.wikipedia.org/wiki/Rendang
  • https://amp.kompas.com/food/read/2022/01/06/113400575/sejarah-rendang-berkaitan-dengan-tradisi-merantau-orang-minangkabau

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

AN
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini