Mengenal Tradisi Katoba Masyarakat Etnis Muna

Mengenal Tradisi Katoba Masyarakat Etnis Muna
info gambar utama

Masyarakat etnis Muna, baik yang berada di Kabupaten Muna (Sulawesi Tenggara) maupun yang berada di wilayah-wilayah perantauan, masih melaksanakan tradisi-tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. Salah satunya yakni tradisi katoba.

Kata katoba berasal dari kata toba yang artinya ‘tobat’ atau ‘insaf’, karena dalam pelaksanaannya telah merepresentasikan nilai-nilai Islam yang mengutamakan tobat agar masyarakat etnis Muna senantiasa melakukan perbuatan-perbuatan berakhlak mulia.

Sebelum melaksanakan ritual katoba, ada tahapan yang bernama kangkilo (sunat/khitan) yang ditujukan untuk anak laki-laki maupun anak perempuan yang berusia di bawah 7 tahun. Setelah melaksanakan ritual kangkilo, dilanjutkan dengan ritual katoba (ritual pengislaman) yang diperuntukkan bagi anak laki-laki maupun anak perempuan berusia 7 hingga 14 tahun.

Pulang Basamo, Tradisi Mudik Ala Perantau Minangkabau

Khusus bagi anak perempuan, setelah melaksanakan ritual katoba dilanjutkan dengan ritual karia sebagai persiapan kedewasaan dan/atau pernikahan. Tahapan-tahapan ritual harus dilaksanakan sesuai dengan urutan, karena menjadi prasyarat tahapan ritual sebelumnya.

Awal Mula Lahirnya Tradisi Katoba Masyarakat Etnis Muna

Sejarah tradisi katoba berawal dari kedatangan ulama Arab yang bernama Sayid Raba Muna pada masa pemerintahan La Ode Abdul Rahman (1629-1665). Ia berniat ingin meningkatkan keimanan terhadap agama Islam yang ada di kawasan Muna.

Usaha yang dilakukan Sayid Raba Muna yakni dengan membangun lembaga-lembaga pendidikan. Ia memasukkan ajaran fikih Islam dalam materi pendidikan norma dan dalam ritual kangkilo (sunat/khitan) yang dilakukan dari mulai pusat kerajaan hingga kawasan pelosok di Muna.

Dapat dikatakan bahwa awal mula tradisi katoba dimulai dari proses Islamisasi yang kemudian berkembang menjadi kebiasaan dan melekat menjadi identitas masyarakat etnis Muna. Nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi katoba berasal dari percampuran antara nilai-nilai keaslian Muna dengan nilai-nilai Islam.

Tradisi Mengasapi Sarang untuk Mengambil Lebah Madu dari Desa Ulak Medang

Proses Pelaksanaan Ritual Katoba

Pada saat melaksanakan ritual katoba, keluarga yang mengadakan ritual wajib mengundang imam atau tokoh agama yang mengetahui tuntunan ritual katoba yang ada di sekitar wilayahnya. Keluarga juga menyiapkan berbagai perlengkapan ritual seperti kain putih, kelapa, beras satu gantang, dan orang yang mendampingi anak-anak peserta katoba.

Tahapan–Tahapan Pelaksanaan Ritual Katoba:

  1. Imam atau pemimpin ritual melakukan dialog dengan peserta katoba dan orang tua peserta katoba serta para tamu yang hadir.
  2. Imam memperkenalkan syarat toba kepada peserta katoba, antara lain: (1) syarat toba berjumlah empat, tiga ditujukan kepada sesama manusia dan satu kepada Tuhan, (2) ada empat hal yang harus ditakuti peserta katoba, yakni orang tua laki-laki ibarat Allah SWT., orang tua perempuan ibarat Nabi Muhammad SAW., kakak ditakuti ibarat malaikat, dan adik disukai dan disayangi ibarat mukminin, (3) nasihat untuk tidak mengambil hak milik orang lain.
  3. Imam menyampaikan inti dari ritual katoba, yakni dengan menuntun peserta katoba mengucapkan istigfar dan dua kalimat syahadat.
  4. Imam memperkenalkan jenis-jenis air yang sah dan air yang tidak sah.
  5. Imam menjelaskan tentang rukun-rukun salat yang terdiri dari niat, berdiri, takbiratul ihram, membaca surat Al-Fatihah, rukuk, thuma’ninah, i’tidal, sujud, duduk di antara dua sujud, duduk tasyahud akhir, membaca tasyahud akhir, membaca selawat nabi, salam, dan tertib.
  6. Penutup, yakni dengan membaca doa dan dilanjutkan menyantap hidangan yang disajikan oleh keluarga yang mengadakan ritual.

Ada sanksi bagi seseorang dari etnis Muna yang melakukan pelanggaran terhadap norma-norma agama atau budaya, yakni dianggap sebagai orang yang tidak mengenal katoba atau sering disebut tidak di-toba. Sedangkan bagi anak-anak dari etnis Muna, sebelum di-toba belum ada sanksi ketika melakukan pelanggaran terhadap agama dan budaya.

Jelajah Ragam Tradisi Lebaran dari Penjuru Nusantara

Referensi:

  • Ardianto, dkk. (2020). Tradisi Katoba pada Masyarakat Etnis Muna Makna, Nilai, dan Strategi Pelestariannya. Yogyakarta: Deepublish.
  • Sahidin, L. O., Amin, H. (2018). Tradisi Katoba: Model Penanaman Nilai-Nilai Islam pada Anak Masyarakat Muna. E-Journal IAIN Kendari.
  • (2017). Sejarah dan Bahasa Figuratif dalam Tradisi Katoba pada Masyarakat Muna. JURNAL AQLAM – Journal of Islam and Plurality 2(1).

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini