Situasi Berat Umat Kristen pada Masa Jepang, Gereja Disegel hingga Pendeta Diburu

Situasi Berat Umat Kristen pada Masa Jepang, Gereja Disegel hingga Pendeta Diburu
info gambar utama

Kolonialisme Jepang yang datang ke Hindia Belanda pada 1942 memberikan dampak buruk kepada rakyat, termasuk umat Kristen. Kondisi Gereja Kristen pada zaman Jepang begitu suram dan tidak berkembang karena para misionaris ditawan, hingga misi mandek.

Novita P Mail dan kawan-kawan dalam Gereja di Indonesia pada Masa Pendudukan Jepang menyebut selama tahun pertama kehadiran Jepang di Indonesia mereka mengambil tindakan kepada umat Kristen.

“Di beberapa daerah, mereka menghentikan penganiayaan orang Kristen oleh oknum-oknum tertentu. Tetapi di daerah lainnya, mereka membakar rumah sakit milik gereja, membunuh seorang pekabar Belanda karena menolak untuk mengingkari imannya, dan sejumlah orang Kristen dianiaya dengan alasan yang sama,” tulisnya.

Katedral Antipolo di Filipina Resmi Menjadi Tempat Suci Internasional, Pertama di Kawasan

RD Simon Petrus L Thahjadi dalam Surviving The “Dai Nippon” mengungkapkan bahwa Jepang mengakui agama bila menguntungkannya. Tetapi Agama Kristen dianggap oleh mereka sebagai musuh.

Dilanjutkannya, contoh paling jelas adalah eksekusi kepada Mgr Aerts dan tujuh imam tarekat Hati Kudus di Langgur, Kepulauan Kei. Tanpa pembuktian dan pengadilan, mereka dibunuh atas tuduhan berkolaborasi dengan tentara Australia.

“Banyak dampak yang ditimbulkan penjajahan Jepang bagi Gereja Katolik. Ada 74 imam, 47 bruder, dan 161 suster meninggal di tempat tahanan,” jelasnya.

Gereja disegel

Kolonial Jepang juga memutuskan supaya semua sekolah yang sebelumnya dikelola oleh zending dan misi, diserahkan kepada pemerintah. Hal itu berarti di sekolah-sekolah tidak dapat lagi diberikan pengajaran agama yang digantikan pengajaran semangat Jepang.

Mereka juga mengeluarkan larangan beribadah di gedung sekolah. Karena itulah gereja kehilangan tenaga pengantar jemaat. Sekolah zending itu dijadikan sekolah negeri, sehingga para guru tak lagi bersedia mencurahkan tenaga di jemaat.

“Sehingga di banyak jemaat di cari tenaga pengganti yaitu penatua jemaat atau siswa pendidikan guru Injil dan sebagainya yang telah pulang kampung akibat perang,” ucap Novi.

Biara Santa Maria Ursulin: Cerita Kebangkitan Kaum Hawa Kaum Kristiani

Bukan hanya sekolah, banyak juga gereja yang disegel oleh penjajah Jepang. Tujuannya supaya gereja tak menjadi tempat persembunyian dan menjadi pusat gerakan politik melawan penguasa.

Makin hari gereja yang disegel cukup banyak. Penyegelan ini dilakukan bersama dengan penangkapan seluruh pendeta dan misionaris. Mereka kemudian diperlakukan tidak manusiawi di kamp tahanan.

“Mereka dipaksa kerja, disiksa, dan meratapi nasib buruk karena terlahir sebagai seorang berkulit putih,” yang dimuat dari VOI.

Mereka yang berjuang

Walau dalam keadaan sulit, saat itu terdapat saksi imam yang bertahan dari kesulitan besar. Kebanyakan mereka adalah orang awam yang kuat tanpa bantuan Barat. Para misionaris ini berhasil melalui gelombang besar di bawah kekuasaan Jepang.

Di seluruh Nusantara, hanya dua uskup kulit putih yang tidak ditahan oleh pemerintah Jepang, yaitu Mgr Willekens di Jakarta dan Mgr Leven di Ende. Jepang segan karena keduanya punya pengaruh kuat.

“Jepang segan dengan Mgr Willekens karena posisinya sebagai wakil Tahta Suci yang memiliki hubungan diplomatik dengan Jepang. Kemudian Mgr Leven dibela oleh tim Klerus dari Jepang,” jelas RD Simon.

Keunikan Arsitektur Gereja Merah yang Kembarannya Hanya Ada di Belanda

Sementara itu walau sekolah dibatasi, namun kegiatan sosial dan medis di berbagai tempat dibiarkan. Dalam keadaan sulit, para pelayan gereja pribumi di antaranya Mgr Soegijapranata tetap bergerak leluasa.

“Dalam situasi darurat itu para katekis, guru, dan tokoh awam setempat bekerja secara mandiri, tanpa imbalan apa pun. Memang itu sungguh banyak memantapkan kesadaran Gereja sendiri,” lanjutnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini