Mengenal Pangeran Antasari dan Perjuangannya untuk Tanah Banjar

Mengenal Pangeran Antasari dan Perjuangannya untuk Tanah Banjar
info gambar utama

Pangeran Antasari adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia yang berasal dari Kalimantan Selatan. Ia memiliki peran besar dalam sejarah panjang kemerdekaan Republik Indonesia. Jasanya dalam melawan para penjajah Kolonial Belanda di Perang Banjar membuatnya dikenal sebagai sosok yang cukup cerdas dan pemberani.

Sebagai seorang Sultan Banjar, Gusti Inu Kartapati nama mudanya, memang dikenal sebagai pewaris Kerajaan Banjar dan pemimpin suku Banjar juga suku Suku Ngaju, Maanyan, Siang, Sihong, Kutai, Pasir, Murung, Bakumpai serta beberapa suku lainnya yang berada di kawasan pendalaman maupun kawasan sungai Barito.

Silsilah Singkat Pangeran Antasari

sekilas perjuangan Pangeran Antasari
info gambar

Gusti Inu Kartapati lahir di Kayu Tangi, Kasultanan Banjar pada tahun 1809. Ia berasal dari keluarga Kerajaan Banjar. Lahir dari ibu Gusti Hadijah binti Sultan Sulaiman dan ayah Pangeran Masohut (Mas'ud) bin Pangeran Amir. Pangeran Antasari adalah cucu dari Pangeran Amir yang gagal naik tahta pada tahun 1785.

Pangeran Antasari melanjutkan kepemimpinan di Kerajaan Banjar pada 14 Maret 1862 setelah Sultan Hidayatullah ditipu Belanda dengan menyandera ibudanya, Ratu Siti, lalu diasingkan ke Cianjur.

Sebagai pewaris Kerajaan Banjar dan sepupu Sultan Hidayatullah, Pangeran Antasari melanjutkan perjuangan rakyat Banjar dengan dikukuhkan pada 14 Maret 1862 yang dimulai dengan seruannya:

“Hidup untuk Allah dan Mati untuk Allah!”

Dan diserukan oleh seluruh rakyat Banjar, para panglima Dayak, alim ulama, dan bangsawan-bangsawan di Banjar lalu mengangkatnya menjadi Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin yang berarti pemimpin pemerintahan, panglima perang dan pemuka agama tertinggi.

Ratu Kalinyamat dari Tanah Jepara, Pembangun Poros Maritim dan Disegani Portugis

Perjuangan Antasari di Perang Banjar

Perlawanan rakyat Banjar terhadap Belanda dimulai ketika Sultan Adam yang saat itu sebagai pemimpin Kasultanan Banjar melakukan hubungan diplomatik dengan Belanda. Keputusan ini justru membuat kegaduhan ketika Sultan Adam wafat pada 1857 dan terjadi krisis untuk menunjuk suksesi kepemimpinan selanjutnya di Kasultanan Banjar.

Belanda secara sepihak menunjuk Tamjidillah sebagai penerus yang justru bertentangan dengan wasiat Sultan Adam yang menunjuk Pangeran Hidayatullah sebagai penerusnya.

Campur tangan Belanda dengan penunjukkan sepihak ini lah yang membuat kegaduhan dan pertentangan serta membuat rakyat Banjar melakukan perlawanan di bawah kepemimpinan Pangeran Hidayatullah yang juga sebagai pewaris sah tahta Kasultanan Banjar. Karena perlawanannya, Pangeran Hidayatullah ditangkap oleh Belanda dan diasingkan ke Cianjur.

Tertangkapnya Pangeran Hidayatullah membuat Pangeran Antasari kemudian naik tahta dan melanjutkan perjuangan untuk melawan Belanda bersama seluruh rakyat Banjar. Perjuangan yang dipimpin oleh Pangeran Antasari ini kemudian dikenal sebagai Perang Banjar yang berlangsung pada 1895 hingga 1905.

Perang Banjar dimulai ketika Pangeran Antasari bersama rakyat Banjar menyerang tambang batu bara yang dimiliki Belanda di wilayah Pengaron pada 25 April 1895. Lalu dilanjutkan dengan berbagai penyerangan terhadap pos-pos Belanda di wilayah Martapura, Hulu Sungai, Riam Laut hingga Tabalong. Orang-orang Belanda dibuat tidak berkutik akibat serangan dan tembakan yang dilancarkan secara bertubi-bertubi oleh rakyat Benua Ampat.

Biografi Sam Ratulangi, Sang Pahlawan Nasional Sekaligus Gubernur Pertama Sulawesi

Dikutip dari Historia.id, pusat kekuatan Belanda terus diserang dan terus digempur oleh laskar Rakyat Banjar. Pemberontakan yang dilakukan selama ini memang didalangi oleh Pangeran Antasari yang membuat dirinya semakin dikenal luas di wilayah Kalimantan.

Setelah serangan yang dilancarkan oleh Pangeran Antasari beserta rakyat Banjar, Belanda meminta bantuan dari Batavia untuk pasukan tambahan yang sudah dilengkapi dengan persenjataan yang cukup modern untuk menyerang balik.

Serangan Belanda yang semakin kuat ternyata membuat pasukan Antasari menjadi semakin terdesak dan membuatnya terpukul mundur hingga ke Muara Teweh. Keterdesakan ini juga membuat Pangeran Antasari membentuk pemerintahan darurat Kasultanan Banjar.

Tak hanya melancarkan serangan, Belanda juga berkali-kali mencoba bernegosiasi dengan membujuk Antasari untuk segera menyerah namun tidak dihiraukaunnya dengan sebuah surat yang ditujukan kepada Letnan Kolonel Gustave Verspijck di Banjarmasin tertanggal 20 Juli 1861. Adapun kutipan isi suratnya yang disadur dari wikipedia yaitu:

“...dengan tegas kami terangkan kepada tuan: Kami tidak setuju terhadap usul minta ampun dan kami berjuang terus menuntut hak pusaka (kemerdekaan)...”

Tak habis akal, Belanda juga pernah juga memberikan sebuah sayembara bagi siapa pun yang berhasil menangkap dan membunuh Pangeran Antasari akan diberikan upeti sebanyak 10.000 gulden. Namun, kecerdasan dan keberanian Pangeran Antasari membuat mereka kesulitan menangkapnya hingga peperangan ini berakhir karena tidak ada satupun yang mau menerima sayembara ini.

Perang Banjar ini berakhir ketika Pangeran Antasari wafat karena penyakit paru-paru dan cacar pada 11 Oktober 1862, di usia 52 tahun. Setelah wafat, perjuangannya dilanjutkan oleh anaknya yaitu Sultan Muhammad Seman dan Pangeran Muhammad Said. Perjuangannya bersama rakyat Banjar terus dilakukan untuk melawan Belanda.

Perang Banjar berakhir setelah putra Pangeran Antasari, Sultan Muhammad Seman ketika mempertahankan Benteng Baras Kuning dari serangan Belanda pada 24 Januari 1905. Hal ini juga menjadikan Perang Banjar secara resmi berakhir.

Profil Cut Nyak Dhien, Pahlawan Perempuan dari Aceh yang Pemberani

Bentuk Penghormatan kepada Pangeran Antasari

pangeran antasari dalam uang rupiah 2000
info gambar

Berkat perjuangannya yang gigih untuk mempertahankan tanah Banjar, Pangeran Antasari memiliki tempat tersendiri bagi rakyat Banjar. Ia juga wafat di tengah-tengah pasukannya yang terus berjuang hingga tidak tertipu oleh bujuk rayu Belanda pada 11 Oktober 1862 di Tanah Kampung Bayan Begok, Sampirang, dalam usia lebih kurang 75 tahun.

Dikutip dari civitasbook.com, setelah 91 tahun atas permintaan dari rakyat Banjar dan persetujuan keluarganya dilakukan pengangkatan kerangkanya pada tanggal 11 November 1958 yang kemudian dipindahkan untuk dimakamkan kembali Taman Makam Perang Banjar, Banjarmasin.

Atas perjuangannya terhadap tanah Banjar dan kemerdekaan Indonesia, Pangeran Antasari dianugerahi gelar Pahlawan Nasional dan Kemerdekaan oleh Pemerintahan Republik Indonesia berdasarkan SK No. 06/TK/1968 di Jakarta, tertanggal 27 Maret 1968.

Namanya juga diabadikan menjadi sebuah nama Korem 101/Antasari dan menjadi julukan untuk Kalimantan Selatan yaitu Bumi Antasari. Tak hanya itu, Pangeran Antasari dikenalkan secara luas oleh Pemerintah Indonesia melalui Bank Indonesia dengan mencetak dan mengabadikan nama serta gambarnya dalam uang kertas nominal Rp2.000,-

Baca juga: Untung Suropati: Biografi Singkat, Perjuangan, dan Akhir Hayatnya

Referensi:Wikipedia | Katadata | Civitasbook | Merdeka.com | Kompas.com | Historia.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Nasuha Ali lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Nasuha Ali. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

NA
KO
RP
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini