Menjajaki Ekowisata di Sumatera Utara, Tempat Tersimpannya Kekayaan Flora dan Fauna

Menjajaki Ekowisata di Sumatera Utara, Tempat Tersimpannya Kekayaan Flora dan Fauna
info gambar utama

Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi. Biodiversitas sebagai kekayaan terpendam tersebut tentunya harus dilindungi dan dilestarikan.

Berbagai usaha untuk melindungi, menangkarkan, dan mengembangbiakkan flora dan fauna yang terdapat di wilayah ini pun dilakukan. Hal tersebut terbukti dengan adanya kawasan-kawasan yang dijadikan sebagai cagar alam, suaka, margasatwa, taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam.

Kawan GNFI penasaran dengan kawasan-kawasan konservasi yang terdapat di wilayah Provinsi Sumatera Utara? Simak ulasan berikut!

Baca juga: Eksplorasi Keanekaragaman Flora dan Fauna Lewat Ekowisata Kalimantan Barat

Taman Hutan Raya Bukit Barisan

Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Barisan terletak di Dusun Tongkoh, Desa Daulat Rakyat, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo. Taman ini merupakan Tahura ketiga di Indonesia yang ditetapkan oleh presiden dengan Surat Keputusan Presiden RI No. 48 Tahun 1988 tanggal 19 November 1988. Tahura Bukit Barisan merupakan kawasan hutan lindung dan kawasan konservasi dengan luas 51.600 ha.

Kawasan hutan ini didominasi oleh jenis-jenis pohon pegunungan baik jenis lokal maupun yang berasal dari luar wilayah. Beberapa jenis pohon pegunungan tersebut, di antaranya pinus merkusi, Altingia exelsa, Schima wallichii, Podocarpus sp, Toona surei, dan jenis yang lain; seperti durian, dadap, rambutan, pulai, aren, dan rotan.

Adapun beberapa fauna yang hidup di kawasan ini, antara lain monyet, harimau, siamang, babi hutan, ular, elang kecil, rusa, dan tenggiling.

Baca juga: Mengenal Savana dari Ciri Hingga Flora dan Fauna di Dalamnya

Taman Nasional Gunung Leuser

Kawasan Batu Katak Langkat yang berada di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser | Foto: Kemenparekraf/kemenparekraf.go.id
info gambar

Taman Nasional Gunung Leuser, biasa disingkat TNGL, adalah sebuah cagar alam berstatus taman nasional yang terletak di perbatasan Provinsi Aceh dan Provinsi Sumatera Utara.

Taman Nasional Gunung Leuser merupakan salah satu kawasan yang ditetapkan oleh UNESCO sebagai Cagar Biosfir, yaitu area yang diakui secara internasional sebagai situs model untuk pelestarian keanekaragaman hayati, penelitian, pendidikan, dan pembangunan berkelanjutan. Berdasarkan kerja sama antara Indonesia-Malaysia, kawasan ini juga ditetapkan sebagai “Sister Park” dengan Taman Negara National Park berada di Malaysia.

Taman nasional ini mengambil nama dari Gunung Leuser yang memiliki ketinggian 3.404 meter di atas permukaan laut. Kawasan tersebut mencakup ekosistem alam, mulai dari pantai sampai pegunungan tinggi yang diliputi oleh hutan lebat khas hujan tropis. Taman nasional ini secara resmi diakui sebagai cagar alam nasional melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan pada tahun 1980.

Gunung Leuser digunakan sebagai lokasi wisata petualangan mendaki, tempat perkemahan, hingga melakukan pengamatan satwa langka. Di taman ini juga terdapat Sungai Alas sebagai lokasi arum jeram.

Jika berwisata ke Taman Nasional Gunung Leuser, Kawan dapat melihat berbagai satwa langka dan dilindungi, seperti mawas/orangutan, siamang, gajah sumatra, badak sumatra, harimau sumatra, kambing hutan, rangkong, rusa sambar, dan kucing hutan.

Suaka Marga Satwa Barumun

Kawasan Suaka Marga Satwa Barumun merupakan kawasan konservasi terluas kedua setelah Taman Hutan Raya Bukit Barisan. Luas suaka margasatwa ini sekitar 40.330 ha. Secara administratif, area ini terletak di Kecamatan Sosopan, Kecamatan Barumun, Kecamatan Siabu, dan Kecamatan Penyabungan, Kabupaten Tapanuli Selatan.

Jenis satwa yang terdapat di kawasan ini, di antaranya harimau, gajah, beruang, tapir, siamang, rusa, dan babi hutan. Ada juga berbagai jenis reptil, seperti ular sawah, ular gendang, dan jenis ular berbisa. Di dalamnya juga hidup berbagai jenis burung, misalnya perkutut, pergam, ketilang, dan ayam hutan.

Baca juga: Mengenal Flora dan Fauna di Tanah Borneo, Khususnya Kawasan Taman Nasional Kutai

Taman Wisata Alam Sicikeh-Cikeh

Taman Wisata Alam Sicikeh-Cikeh terletak di Desa Pancar Nuli, Kecamatan Sedikalang, Kabupaten Dairi. Keadaan vegetasi di TWA Sicikeh-Cikeh ini merupakan hutan hujan tropis pegunungan dengan jenis-jenis tumbuhan, seperti samponus bunga, kemenyan, kecing, dan haundolok.

Ketika berkunjung ke taman wisata ini, Kawan dapat menemukan beberapa jenis satwa langka, seperti beruang madu, kambing hutan, harimau, babi hutan, dan rusa.

Taman Wisata Alam Sijaba Hutaginjang

Kawasan Taman Wisata Alam Sijaba Hutaginjang berada di dekat Danau Toba | Foto: Kemenparekraf/kemenparekraf.go.id
info gambar

Taman Wisata Alam Sijaba Hutaginjang terletak di Desa Soso Lumban Siaro, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara. Keadaan vegetasi di TWA Sijaba Hutaginjang termasuk tipe hutan tropis yang didominasi oleh tumbuhan jenis pepohonan, salah satunya pohon tusam. Sementara itu, beberapa jenis satwa yang dapat dijumpai di kawasan ini, antara lain kera, siamang, ayam hutan, dan beberapa jenis burung.

Taman Wisata Alam Sijaba Hutaginjang memang sangat potensial sebagai tempat wisata, apalagi didukung oleh keindahan alam di sekitar Danau Toba yang dapat menambah daya tarik objek wisata ini.

Taman Wisata Alam Holiday Resort

Kawasan Taman Wisata Alam Holiday Resort yang memiliki luas 1.963,75 ha, terletak di Desa Aek Raso, Kecamatan Torgamba, Kabupaten Labuhan Batu. Bukan hanya dijadikan sebagai tempat wisata, tetapi juga sebagai Pusat Konservasi Gajah (PKG).

Selain gajah, satwa lain yang hidup di kawasan itu adalah berbagai jenis burung, seperti perkutut, murai batu, dan jalak. Di taman ini juga tempat hidup mamalia, di antaranya rusa, beruang madu, kijang, dan monyet.

Baca juga: Eksplore Ekowisata Nusa Tenggara Barat, Banyak Tersimpan Kekayaan Flora dan Fauna

Suaka Margasatwa Dolok Surungan

Suaka Margasatwa Dolok Surungan merupakan kawasan Hutan Dolok Surungan dengan luas 10.800 ha dan Kawasan Hutan Dolok Sihobun seluas 13.000 ha, sebagaimana yang ditetapkan Surat Keputusan Zelfbestuur tanggal 25 Juni 1924 Nomor 50.

Namun, sejak tanggal 2 Februari 1974, berdasarkan Surat Menteri Pertanian No. 43/Kpts/Um/2/1974 kedua kawasan tersebut (Dolok Surungan dan Dolok Sihobun) ditetapkan menjadi kawasan Suaka Margasatwa Dolok Surungan dengan luas 23.800 ha.

Kawasan Suaka Margasatwa Dolok Surungan terletak di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Tapanuli Utara (Kecamatan Habinsaran) dan Kabupaten Asahan (Kecamatan Bandar Pulau). Area ini menjadi kawasan konservasi terluas ketiga setelah Taman Hutan Raya Bukit Barisan dan Suaka Margasatwa Barumun.

Suaka Marga Satwa Dolok Surungan merupakan tempat hidup habitat satwa langka, sepertirusa, babi hutan, harimau sumatra, landak, elang, siamang, dan tapir.

Bagi Kawan GNFI yang tinggal di Sumatera Utara, kira-kira ekowisata apa saja yang sudah kamu kunjungi?

#WritingCamp

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

S
GI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini